KHUTBAH PERTAMA
إنَّ الْحَمْدَ لِلّٰهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللّٰهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللّٰهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلٰهَ اِلاَّ اللّٰهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ
خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا.
وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا.
اَللّٰهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا. أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللّٰهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللّٰهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى
مِنْ اَجْلِ ذٰلِكَ ۛ كَتَبْنَا عَلٰى بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ اَنَّهٗ مَنْ قَتَلَ نَفْسًاۢ بِغَيْرِ نَفْسٍ اَوْ فَسَادٍ فِى الْاَرْضِ فَكَاَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيْعًاۗ وَمَنْ اَحْيَاهَا فَكَاَنَّمَآ اَحْيَا النَّاسَ جَمِيْعًا ۗوَلَقَدْ جَاۤءَتْهُمْ رُسُلُنَا بِالْبَيِّنٰتِ ثُمَّ اِنَّ كَثِيْرًا مِّنْهُمْ بَعْدَ ذٰلِكَ فِى الْاَرْضِ لَمُسْرِفُوْنَ
Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin, Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala yang telah menganugerahkan kita nikmat iman dan Islam, serta mempertemukan kita di tempat yang diberkahi ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, beserta keluarga, sahabat, dan seluruh umatnya hingga akhir zaman.
Bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa. Jauhi perbuatan dosa. Taatlah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala di mana pun dan kapan pun.
Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,
Nyawa adalah anugerah paling berharga yang tidak ternilai harganya. Menjaga kehidupan setiap individu adalah kewajiban bersama, baik oleh masyarakat maupun negara. Namun, kenyataan di Indonesia menunjukkan bahwa penghormatan terhadap nyawa manusia semakin tergerus, tergantikan oleh maraknya kekerasan dan konflik yang berujung pada tragedi kehilangan nyawa.
Dalam empat tahun terakhir, lebih dari 3.000 orang tewas dibunuh, menurut data Polri. Motif pembunuhan beragam, mulai dari perampokan hingga konflik asmara, dengan mayoritas korban adalah laki-laki. Ironisnya, beberapa kasus melibatkan oknum aparat keamanan yang justru seharusnya melindungi masyarakat. Salah satu yang mengejutkan adalah insiden di Bogor, di mana seorang oknum polisi membunuh ibu kandungnya. Sebelumnya, ada anak membunuh ayah dan neneknya.
Kasus serupa kian meningkat, dengan 600 penembakan oleh aparat dilaporkan setiap tahun, namun 80% di antaranya tak jelas kelanjutannya. Fakta ini mencerminkan lemahnya penegakan hukum serta krisis nilai sosial yang mengarah pada penyelesaian konflik melalui kekerasan.
Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,
Islam memandang nyawa manusia sebagai sesuatu yang sangat berharga. Allah Subhanahu wa Ta'ala melarang keras pembunuhan tanpa alasan yang dibenarkan, sebagaimana firman-Nya:
وَلَا تَقْتُلُوا النَّفْسَ الَّتِيْ حَرَّمَ اللّٰهُ اِلَّا بِالْحَقِّۗ
Janganlah kalian membunuh jiwa manusia yang telah Allah haramkan (untuk dibunuh), kecuali dengan alasan yang benar. (TQS al-Isra’ [17]: 33).
Bahkan, pembunuhan satu jiwa tanpa haq disamakan dengan membunuh seluruh manusia (TQS al-Maidah [5]: 32). Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam juga melarang segala bentuk tindakan yang membahayakan jiwa, bahkan sekadar menakut-nakuti sesama Muslim (HR Abu Dawud dan Ahmad).
Dalam Islam, pembunuhan adalah dosa besar yang balasannya sangat berat. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Hilangnya dunia lebih ringan di sisi Allah dibandingkan dengan terbunuhnya seorang Muslim (HR an-Nasai, at-Tirmidzi, dan Ahmad). Pelaku pembunuhan sengaja diancam dengan azab yang pedih di Neraka Jahanam:
مَنْ قَتَلَ مُؤْمِنًا مُتَعَمِّدًا فَجَزَاؤُهُ جَهَنَّمُ خَالِدًا فِيهَا
“Siapa saja yang membunuh seorang Mukmin dengan sengaja, maka balasannya adalah Neraka Jahanam, dia kekal di dalamnya” (HR al-Bukhari dan Muslim).
Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,
Islam menetapkan hukuman tegas berupa qishaash (balasan setimpal) bagi pelaku pembunuhan disengaja. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: Telah diwajibkan atas kalian hukum qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh (TQS al-Baqarah [2]: 178). Hukum ini bertujuan untuk menjaga kehidupan, sebagaimana ditegaskan dalam ayat berikut: Dalam hukum qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagi kalian, wahai orang-orang yang berakal (TQS al-Baqarah [2]: 179).
Al-Quran juga menegaskan prinsip kesetaraan dalam hukum qishaash: Kami telah menetapkan bagi mereka di dalamnya (Taurat) bahwa jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka-luka (pun) ada qishaash-nya. Namun, siapa saja yang membebaskan (memaafkan)-nya, maka itu menjadi penebus dosa bagi dirinya. Siapa saja yang tidak berhukum dengan hukum Allah, mereka adalah kaum yang zalim (TQS al-Maidah [5]: 45). Syariat juga membuka pintu bagi pemaafan atau penggantian diyat sebagai bentuk perdamaian.
Para ulama sepakat bahwa hukum qishaash wajib diterapkan dalam kasus pembunuhan disengaja jika ahli waris korban menuntutnya. Imam Ibn Qudamah dalam Al-Mughni menyatakan bahwa qishaash hanya gugur jika ada perdamaian atau maaf dari pihak korban. Imam Asy-Syafii dalam Al-Umm juga menegaskan bahwa pelaksanaan hukum qishaash wajib kecuali jika terjadi kesepakatan damai atau pemberian maaf. Hal ini menunjukkan betapa seriusnya Islam dalam menjaga nyawa dan menegakkan keadilan.
Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,
Islam menegaskan bahwa negara dan aparat keamanan bertanggung jawab melindungi masyarakat, menjaga hak-hak mereka, dan memastikan keamanan. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, Tolong-menolonglah kalian dalam (mengerjakan) kebajikan dan ketakwaan, jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran (TQS al-Maidah [5]: 2). Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda, Seorang pemimpin adalah pengurus rakyat dan bertanggung jawab atas mereka (HR al-Bukhari dan Muslim). Para ulama seperti Imam Al-Mawardi, Imam An-Nawawi, dan Ibn Khaldun menegaskan pentingnya fungsi negara dalam menjaga keamanan dan ketenteraman rakyat sebagai bagian dari prinsip pemerintahan yang adil dan bertanggung jawab.
Penerapan hukum-hukum Islam secara sempurna, termasuk hukum qishaash, hanya mungkin ditegakkan dalam sistem pemerintahan Khilafah. Dalam naungan Khilafah, syariah Islam diterapkan secara kaaffah, menjamin keamanan dan perlindungan nyawa setiap warganya. Sejarah mencatat keadilan dan stabilitas yang tercipta dalam Kekhilafahan Islam selama berabad-abad, sebagaimana diakui oleh orientalis Montgomery Watt yang memuji perlindungan hak-hak manusia, baik Muslim maupun non-Muslim, di bawah sistem pemerintahan Islam. WalLaahu alam bi ash-shawaab. []
بَارَكَ اللّٰهُ لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ وَتَقَبَّلَ اللّٰهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللّٰهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
KHUTBAH KEDUA
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلٰهَ إِلاَّ اللّٰهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إِلَى رِضْوَانِهِ، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ؛ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُواللّٰهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللّٰهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَّى بِمَلآ ئِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ، وَقَالَ تَعاَلَى: إِنَّ اللّٰهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ، وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ، وَارْضَ اللّٰهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ، أَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِي، وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ، وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءَ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، اَللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ، وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيْنَ، وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ، وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ، وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَاْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ، وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ بُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ، رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَ اللّٰهِ ! إِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللّٰهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللّٰهِ أَكْبَرْ
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar