Luka di Bumi Pertiwi: Antara Bencana Alam dan Abainya Kita Terhadap Lingkungan


Oleh: Amri (Mahasiswi & Aktivis Remaja)

"Alam tidak pernah berkhianat. Ia hanya memberikan cermin atas perbuatan kita. Bencana yang silih berganti, bukan sekadar musibah, tetapi seruan untuk muhasabah."

Bencana kembali menyapa Pualu Lombok, salah satunya di wilayah Lombok Barat. Di tengah hamparan sawah dan pantai yang indah, alam seolah mengirimkan isyarat. Cuaca ekstrem yang melanda beberapa hari terakhir telah membawa duka bagi puluhan dusun. Banjir merendam rumah-rumah, sementara angin puting beliung dan longsor meninggalkan kerusakan yang memilukan.

Kalak BPBD Lobar, Sabidin, mengungkapkan bahwa bencana melanda berbagai wilayah, mulai dari banjir, angin puting beliung, hingga longsor. Data sementara menunjukkan beberapa wilayah terdampak, seperti beberapa dusun di Desa Kuripan, Dusun Selat Barat dan Nyiur Lembang di Kecamatan Narmada. Di wilayah Gerung, ada Dusun Bongor (Desa Taman Ayu), Dusun Pelepok, Dasan Ketujur, dan Mesanggok (Desa Mesanggok), Dusun Egok, Tempos, dan Desa Giri Sasak. Banyumulek (Kecamatan Kediri), Sekotong Barat dan Pelangan (Sekotong), Senggigi, serta dua dusun di Batulayar Barat dan satu titik di Desa Sandik juga tak luput dari terjangan bencana.

Banjir seolah menjadi tamu tahunan di beberapa dusun di Desa Mesanggok, Kecamatan Gerung, Lombok Barat. Setiap musim hujan tiba, air kembali menggenangi wilayah ini, menghantui warga dengan kekhawatiran dan kerugian.

Duka serupa juga menyelimuti Bima. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bima, NTB, mencatat dampak cuaca ekstrem telah merendam ratusan rumah warga di dua desa. Sebanyak 376 rumah, sekolah, dan lahan pertanian di Desa Rada dan Nggembe (Kecamatan Bolo) terdampak banjir, seperti yang dilaporkan oleh Kalak BPBD Kabupaten Bima, Isyrah.


Akar Permasalahan Bencana di Tangan Manusia

Banjir dan longsor memang kerap dipahami sebagai konsekuensi alamiah dari curah hujan tinggi dan luapan sungai. Memang benar cuaca ekstrem berperan, tetapi jika ditelisik lebih dalam, benang merah permasalahan justru terletak pada aktivitas manusia yang merusak alam dan lingkungan. Alih-alih menjaga keseimbangan alam, praktik eksploitasi atas nama pembangunan justru membuka celah bagi bencana selanjutnya datang. Hutan yang gundul tak mampu lagi menahan laju air, alih fungsi lahan yang serampangan memperparah erosi, dan sistem drainase yang buruk semakin memperbesar dampak banjir. Singkatnya, bencana ini bukan semata-mata "kiriman" alam, melainkan buah dari interaksi manusia yang abai terhadap lingkungan.

Selain itu, bencana alam yang terjadi disebabkan oleh manusia jauh dari aturan sang pencipta. Banyak pelanggaran terjadi karena kehidupan tidak diatur dengan syariat yang benar (Islam), yang mengajarkan harmoni antara manusia dan alam. Eksploitasi alam atas nama pembangunan tanpa memperhatikan dampak lingkungan terus terjadi. Keuntungan materi semata telah membutakan mata manusia dari bencana jangka panjang yang harus ditanggung di masa mendatang. Akibatnya bencana alam terus berulang dan semakin parah.


Solusi Tepat Kembali Kepada Syari’at

Terjadinya bencana alam memang layak membuat kita muhasabah. Bencana yang datang silih berganti seharusnya menyadarkan akan kebutuhan mendesak untuk kembali pada aturan Allah (syariat). Ini bukan semata-mata persoalan ritual ibadah semata, tetapi juga menyangkut tata
cara hidup bermasyarakat, bernegara, dan berinteraksi dengan alam. Terlebih, ketika kita sadar bahwa saat ini Indonesia tidak menerapkan hukum Islam secara kaffah. Sudah saatnya kita bertobat dan berupaya sungguh-sungguh agar syariat Islam segera tegak di bawah kepemimpinan yang benar. Penegakan syariat ini merupakan solusi fundamental untuk mengatasi berbagai permasalahan, termasuk masalah lingkungan yang berujung pada bencana.

Dalam Islam, negara memiliki peran sentral sebagai raa’in (pemelihara) dan junnah (perisai) bagi rakyatnya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al-A’raf : 96
وَلَوْاَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ ِمنَ السَّمَاۤءِوَاْلَْرْضِ وَلٰكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبون
“Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, niscaya Kami akan membukakan untuk mereka berbagai keberkahan dari langit dan bumi. Akan tetapi, mereka mendustakan (para rasul dan ayat-ayat Kami). Maka, Kami menyiksa mereka disebabkan oleh apa yang selalu mereka kerjakan.”

Ayat ini menegaskan bahwa keberkahan akan turun apabila manusia beriman dan bertakwa. Negara yang menerapkan syariat Islam secara kaffah akan memastikan terpenuhinya kebutuhan rakyat, memberikan perlindungan, dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi terciptanya masyarakat yang sejahtera dan penuh dengan keberkahan dari Allah SWT.

Wallahualam bissawab.



Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar