Oleh : Erni Setianingsih (Aktivis Muslimah)
Dilansir dari timesindonesia.co.id, 17/10)2024, di balik layar kehidupan sosial media yang tampak sempurna, tersimpan jeritan diam yang tak terdengar. Krisis kesehatan mental pada remaja Indonesia semakin mengkhawatirkan, menjadi ancaman serius bagi generasi penerus bangsa. Data Badan Pusat Statistik mencatat populasi remaja dan dewasa muda yang signifikan: 22,12 juta jiwa berusia 15-19 tahun dan 22,28 juta jiwa berusia 20-24 tahun, angka yang menunjukkan besarnya potensi sekaligus tantangan yang dihadapi bangsa (BPS, 2024).
Ditambah lagi Angka pengangguran di kalangan Generasi Z di Indonesia telah mencapai titik kritis, yaitu sebanyak 9,9 juta orang (22/10/2024). Ini berarti sekitar 22,25% dari total penduduk usia 15-24 tahun masih belum memiliki pekerjaan yang stabil. (radarjogja.radarpos.com, 23/10/ba)
Dari paparan fakta di atas merupakan sederet kondisi yang menimpa gen-Z. Itulah potret generasi muda saat ini sungguh miris dan makin mengkhawatirkan. Dari berbagai sisi gen-Z mengalami kondisi darurat mulai dari kesehatan mental, pengangguran, UKT mahal, kekerasan dan lain-lain. Ini menandakan Indonesia darurat, ini merupakan kondisi mendesak, dibutuhkan solusi tuntas dan totalitas untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan tepat dan sempurna.
Sistem Demokrasi Sekuler kapitalisme Biang Keroknya
Dengan kondisi problem yang begitu banyak menimpa gen-Z seperti banyaknya pengangguran, gangguan mental, UKT mahal, kekerasan seksual, bunuh diri, dan lain-lain. Ini disebabkan dari sistem yang diambil bukan sistem Islam, melainkan sistem demokrasi sekuler kapitalis yang melahirkan aturan yang rusak. Aturan yang dibuat oleh manusia yang terbatas, yang menjadikan akal dan hawa nafsunya untuk membuat kebijakan dalam aturan hidup, baik dirinya, bermasyarakat dan bernegara. Sehingga tidak memikirkan nilai-nilai agama dan syar'iah Islam dalam berfikir serta berbuat, apalagi dalam membuat aturan. Halal-haram tidak lagi menjadi standar dalam berbuat, tapi malah untuk kepentingan dan materi yang dijadikan standar dalam perbuatan.
Dengan sistem ekonomi kapitalisme yang sumber pendapatannya dari pajak, hutang luar negeri, dan riba inilah yang memiskinkan rakyat apalagi gen Z. Negara sekuler kapitalisme inilah yang telah membebani rakyat dan generasi dengan aturan yang dzolim. Sebab penguhasa demokrasi kapitalisme telah abai dalam memberikan pekerjaan kepada rakyatnya yang laki-laki apalagi dengan gen-Z. Sehingga 9,9 juta generasi Z terancam pengangguran. Apalagi para penguasa saat ini tidak menghubungkan generasi dengan Al-Qur'an dan as-sunah, akibatnya tingkat depresi tinggi yang dialami gen-Z dan sampai banyak yang melakukan bunuh diri.
Ditambah lagi dengan SDA (Sumber Daya Alam) Indonesia yang melimpah ruah, seharusnya pemerintah mengelola untuk kepentingan kesejahteraan rakyat. Namun, menyerahkannya semua aset kekayaan milik umat kepada para penjajah melalui instrumen hutang-piutang serta dilindungi dengan seperangkat kebijakan undang-undang yang berpihak kepada negara kapitalis penjajah asing dan cina yang menguasai negeri ini. Misalnya dalam UU SDA, UU Omnibus law cipta kerja, UU pendidikan, UU pelegalan Kondom, dan banyak lagi. Ini semua dibuat untuk kepentingan oligarki.
Disisi lain gen-Z terjebak dalam gaya hidup rusak, mulai dari FOMO, konsumerisme, hedonism. Karena gen-Z saat ini tidak mampu untuk membentengi dirinya dari pengaruh sistem kehidupan sekuler yang sedang merusak pemikiran mereka. Fenomena FOMO yang menimbulkan kerusakan mental, konsumerisme yang menjadikan pemahaman anak muda sibuk menghabiskan uang dengan boros, berbelanja dengan menyenangkan hati mereka bahkan dengan barang yang tidak ada manfaat untuk masa depan mereka. Ditambah lagi dengan sikap hedonisme yaitu sikap berhura-hura, bermewah-mewahan, bersena-senang, menghabiskan waktu dan hidup berfoya-foya.
Sungguh, potret pergaulan bebas yang menimpa generasi muda saat ini, yaitu seks bebas yang menjadi lumrah dikalangan remaja saat ini. Inilah aturan sistem sekuler yang mendewakan hawa nafsu dan kebebasan bertingkah laku. Generasi sudah terkontaminasi dalam budaya barat yang menjijikan. Sehingga membuat remaja dan gen- Z tidak punya tujuan hidup di dunia ini, yang seharusnya mereka beribadah kepada Rabb-Nya. Sehingga dengan hal itu mereka tidak menyia-nyiakan masa muda mereka dengan hal yang sia-sia.
Penggunaan Teknologi yang Tidak Terkendali
Dengan adanya teknologi digital seharusnya menjadi alat yang mendukung perkembangan positif bagi generasi, bukan sebaliknya menjadi sumber gangguan psikologis. Namun, karena minimnya pendidikan literasi digital dan kesehatan mental membuat banyak anak muda tidak mampu mengelola dampak negatif dari paparan teknologi tersebut. Seperti, kecenderungan untuk membandingkan diri dengan orang lain (FOMO) di media sosial, yang sering kali mengarah pada depresi dan kecemasan yang lebih tinggi, apalagi ketika standar yang ditampilkan tidak realistis atau manipulatif. Memang sungguh ironis kondisi gen-Z yang mudah terpengaruh gaya hidup.
Dari semua kerusakan ini makin menunjukkan kepada Umat bahwasanya sistem demokrasi kapitalisme dengan akidah sekuler kapitalisme sudah merusak generasi penerus umat di masa yang akan datang. Kalau begini realita generasi muda saat ini, tentu bukannya generasi emas yang dicetak tapi generasi bikin cemas. Astaghfirullah.
Mengaktivasi Peran Gen Z dengan Perjuangan Penegakan Islam Kafah
Untuk mengaktivasi peran gen-Z dengan perjuangan Islam Kaffah, kita mengakui bahwa produktivitas besar gen-Z saat ini jelas-jelas dibajak dan disesatkan oleh sistem rusak yaitu demokrasi sekuler kapitalisme. Jadi, solusi tuntasnya harus pula secara sistemis yaitu dengan mengganti sistem yang tegak saat ini dengan sistem Islam yaitu Khilafah. Sejatinya generasi mudalah kunci kebangkitan peradaban. Potensi ini harus diaktivasi agar tidak buyar di tengah jalan. Perjalanan panjang menuju tegaknya Khilafah tidak bisa diisi oleh generasi rapuh, melainkan harus generasi tangguh.
Sebab, Islam akan memberikan mereka arah dan tujuan yang jelas. Dengan Islam pula generasi muda akan ditempa melalui proses pembinaan mengenai akidah Islam, aktivitas dakwah menuju tegaknya Khilafah, serta gerakan dakwah yang memperjuangkan cita-cita untuk melanjutkan kembali kehidupan Islam Kaffah dengan meneladani metode dakwah Rasulullah Saw.
Konsep ini sangat penting bagi pengarahan identitas dan produktivitas generasi muda sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah Saw. dalam membina para sahabat di Makkah untuk mempersiapkan mereka menjadi bibit-bibit unggul menuju tegaknya Daulah Islam yang pertama di Madinah sebagai institusi yang menerapkan Islam Kaffah. Dan penting juga bagi generasi muda memahami tujuan visi misi hidup hakiki yang berlandaskan akidah Islam.
Selanjutnya mereka harus bergabung dengan sebuah jamaah dakwah yang meneladani metode dakwah Rasulullah Saw. serta mencita-citakan tegaknya kembali kehidupan Islam melalui tegaknya Khilafah. Dengan jamaah itulah yang berperan untuk mengaktivasi peran gen-Z melalui pembinaan dengan tsaqofah Islam ideologis dengan talqiyan fikriyan (proses menjadikan ilmu menjadi pemahaman dengan proses berpikir). Proses pembinaan ini berjalan intesif dan tidak instan sehingga benar-benar akan menghasilkan para pengembang dakwah yang siap menghadapi segala rintangan yang menghadang dakwah.
Wallahu alam bish shawwab.
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar