Oleh: Ferdina Kurniawati (Aktivis Dakwah)
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Paser melalui Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) menggelar Bimbingan Teknis Promosi dan Pemasaran Digitalisasi Kepariwisataan selama tiga hari. Bimtek yang menggandeng Poltekpar NHI Bandung itu pun diikuti oleh 16 peserta.
Kepala Disporapar Paser, Kurniawan mengatakan bahwa kolaborasi antara Pemkab Paser dan Poltekpar NHI Bandung menjadi langkah strategis untuk kedua belah pihak.
"Kolaborasi tersebut bukan hanya tentang transfer ilmu, tetapi juga membangun generasi muda yang siap menghadapi tantangan dan menciptakan inovasi di sektor pariwisata," katanya.
"Semoga melalui kerja sama ini, pariwisata Kabupaten Paser semakin dikenal dan mampu memberikan dampak positif bagi masyarakat serta menjadi inspirasi bagi daerah lain," jelas Kurniawan.
Ia pun berharap agar Bimtek yang dihadirkan dapat memberikan output yang positif untuk seluruh peserta.
"Mari kita jalani program ini dengan penuh semangat, kerja sama, dan doa agar tujuan besar yang dicita-citakan bersama dapat tercapai, dan masih ada program-program selanjutnya yang akan dilaksanakan bersama dengan Poltekpar NHI Bandung," ujar Kurniawan.
Jadi Mitra Strategis
Bimbingan Teknis Promosi dan Pemasaran Digitalisasi Kepariwisataan merupakan lanjutan dari kerja sama yang sudah dibangun Pemkab Paser dengan Poltekpar NHI Bandung. Sebagai institusi pendidikan kepariwisataan terbaik di Indonesia, Poltekpar NHI Bandung menjadi mitra strategis Kabupaten Paser dalam menghadirkan inovasi di sektor pariwisata.
Dengan ditandatanganinya kesepakatan bersama NOMOR: 019.8/18/KS/IX/2024 dan NOMOR: KB/029/DIR/PTP.1/2024 pada 13 September 2024, kerja sama ini menjadi tonggak awal transformasi pariwisata yang lebih adaptif, kompetitif, dan berkelanjutan.
Langkah ini mencerminkan komitmen kami untuk memadukan keunggulan akademik Poltekpar NHI Bandung dengan potensi luar biasa Kabupaten Paser, menciptakan strategi yang relevan untuk menghadapi tantangan globalisasi.
Potensi Pemuda dalam Sistem Kapitalisme Diarahkan Menjadi Penggerak Ekonomi
Sektor pariwisata merupakan sektor penopang ekonomi yang cukup besar dalam meningkatkan devisa negara. Indonesia dengan kekayaan dan keindahan alamnya mampu menarik wisatawan asing untuk menikmati pariwisata di Indonesia.
Sistem kapitalisme tentu tidak menyia-nyiakan hal ini sektor pariwisata terus digenjot untuk terus menarik wisatawan datang ke Indonesia, sehingga potensi lain yang seharusnya jadi fokus utama pendapatan negara seperti SDAE teralihkan. Tentunya ini melibatkan para pemuda untuk menjadi icon pariwisatanya. Potensi mereka dibajak melalui program-program. Salah satunya duta pariwisata, pemuda disuruh berinovasi menyiarkan pariwisata. Seolah-olah melalui keterlibatan tersebut para pemuda sudah berpartisipasi dalam pembangunan. Tapi disisi lain mereka dijauhkan dari ajaran agama (sekulerisme) didekatkan dengan moderasi. Padahal, semua ini bertentangan dengan akidah Islam yang meyakini Allah Swt. sebagai Al-Khaliq (Maha Pencipta) sekaligus Al-Mudabbir (Maha Pengatur). Pada akhirnya, pemuda muslim akan meninggalkan cita-cita kebangkitan Islam dan praktik keislaman kafah dengan cara mengaitkannya dengan moderasi.
Pemuda muslim pun makin jauh dari keyakinan bahwa Islam adalah agama spiritual sekaligus politik, yakni hukum Islam kafah sebagai solusi kehidupan, konsep persatuan umat global menolak demokrasi, sekularisme, dan nilai-nilai liberal, mendukung konsep jihad dalam Islam implementasi syariat. Mereka disibukkan dalam hal yang tidak ada manfaatnya untuk Islam.
Peran Semua Pihak dalam Mengembalikan Peran Duta Islam
Saat ini, tatkala negara pelindung umat tidak ada di tengah kita, tugas ini (menyelamatkan pemuda muslim untuk menjadi duta Islam yang berjuang menegakkan kembali Khilafah) bertumpu pada orang tua atau keluarga, jemaah dakwah, dan masyarakat secara umum.
Berikut langkah-langkah yang bisa dilakukan:
1. Membentuk akidah dengan keyakinan yang kukuh.
Pertama, melalui pendidikan orang tua dan keluarga dengan visi membentuk generasi muda yang taat dan berjuang untuk agamanya. Imam Ghazali berkata, “Anak merupakan amanah bagi kedua orang tuanya. Hatinya yang masih suci merupakan mutiara polos tanpa ukiran dan gambar. Ia siap diukir dan cenderung kepada apa saja yang memengaruhinya. Jika ia dibiasakan dan diajarkan untuk berbuat kebaikan, ia akan tumbuh menjadi anak yang baik. Dengan begitu, kedua orang tuanya akan berbahagia di dunia dan akhirat. Demikian juga guru dan pendidiknya. Sedangkan apabila ia dibiasakan berbuat jahat dan dibiarkan begitu saja seperti membiarkan binatang ternak, ia akan sengsara dan binasa. Dosanya pun akan dipikul oleh walinya dan orang yang bertanggung jawab untuk mengurusnya.”
Kedua, melalui pembinaan kajian Islam kafah dan berjuang bersama jemaah dakwah yang memiliki tujuan penerapan Islam kafah. Pembinaan intensif akan merendam pemuda Islam dengan akidah yang kukuh dan pemahaman Islam kafah sebagai solusi kehidupan. Metode penerapannya yang sahih akan menjadi modal yang cukup dalam perannya sebagai duta Islam kafah.
2. Menguak iming-iming jalan hidup sekuler liberal dan membongkar kegagalan kapitalisme sekuler. Bukan ideologi Islam yang “jahat” yang memicu terorisme, melainkan kemarahan yang didorong oleh campur tangan dan perang kolonial Barat di dunia muslim yang telah membunuh ratusan ribu umat Islam. Kapitalisme sekuler telah gagal menyejahterakan, menyebabkan ketakadilan, dan merusak perdamaian dunia. Para pemuda harus penuh percaya diri bahwa tidak ada istilah “ekstrem” dalam menyerukan syariat Islam atau Khilafah sebagai kewajiban konsekuensi akidahnya.
3. Memahami bahwa Islam adalah din sebagai solusi masalah kehidupan dan membangun kebanggaan terhadap peradaban Islam. Sesungguhnya, Islam adalah din yang komprehensif yang memiliki prinsip-prinsip, hukum, dan solusi untuk berbagai masalah dunia modern di setiap lini kehidupan, baik spiritual, moral, sosial, politik, hukum, pendidikan, ekonomi, dan lainnya.
Dengan keyakinan ini, kita juga harus membangun kebanggaan para pemuda muslim terhadap peradaban dan sejarah Islam, serta segala capaiannya bagi dunia ini, yakni dalam hal keadilan, kemakmuran, stabilitas, kemajuan ilmu pengetahuan, kemanusiaan, maupun perlindungan hak-hak perempuan dan minoritas agama. Selama berabad-abad, kekuasaan ini ada di bawah naungan Islam yang mulia.
Wallaualam' bisawab.
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar