Monster Itu Bernama Demokrasi


Oleh: Imas Royani, S.Pd.

Presiden ke-7 Joko Widodo, mengungkapkan dirinya mendukung 84 calon kepala daerah pada Pemilihan Kepala Daerah atau Pilkada 2024. Jokowi meng-endorse beberapa pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur yang diusung Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus.

"Saya nggak ngitung (jumlah yang sudah menemui atau menghubungi). Seingat saya yang saya berikan endorse 84 (calon kepala daerah). Bukan karena endorse, tapi memang beliau-beliaunya bekerja keras. Mengkonsolidasi politik di daerah masing-masing, bisa pendekatan berkomunikasi yang baik dengan masyarakat sehingga diterima. Bukan karena saya. Saya bisa apa sih?" ujar Jokowi saat ditemui di rumahnya, Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari, Kota Solo, Jawa Tengah, Selasa, 3 Desember 2024. (Tempo, 5/12/2024).

Sebelumnya, diberitakan kekhawatiran Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Sukarnoputri, yang mengkritisi penyelenggaraan pilkada serentak 2024. Dia menyebut, kedaulatan rakyat telah dimanipulasi hanya karena kekuasaan. Dia mengklaim jika keadaan seperti ini terus terjadi di Indonesia pada masa yang akan datang. "Demokrasi kini terancam mati akibat kekuatan yang menghalalkan segala cara. Kekuatan ini mampu menggunakan sumber daya dan alat-alat negara," katanya melalui pernyataan video pada Rabu malam, 27 November 2024. (Tempo, 28/11/2024).

Siapa di sini yang menjadi monster? Jokowi? Atau guru Jokowi yang telah mengajarkan dan membesarkan namanya? Atau rakyat yang telah memilihnya? Atau sistem yang telah melahirkan begitu banyak politikus yang haus kekuasaan? 

Sistem demokrasi yang dikhawatirkan akan mati oleh banyak politikus. Demokrasi yang prinsip kekuasaannya dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat. Rakyatlah yang memilih pemimpin untuk memegang kekuasaan. Rakyat memilih penguasa untuk menjalankan hukum buatan rakyat, bukan hukum syariat. Kedaulatan juga ada di tangan rakyat, artinya kewenangan tertinggi untuk menetapkan hukum ada di tangan rakyat, bukan di tangan Allah SWT.

Lantas, prestasi apa yang telah diraih demokrasi sehingga layak untuk dipertahankan? Kebaikan apa telah demokrasi berikan sehingga mati-matian dilindungi segala kebobrokannya? Kita, yang katanya telah merdeka sejak 79 tahun yang lalu. Pada masanya pemimpin berganti dengan menyimpan harapan bahwa kepemimpinan berikutnya akan lebih baik. Tapi nyatanya? Benarkah salah perseorangan? 

Nyatanya tidak! Bahkan pada era reformasi yang katanya lebih demokratis dibanding era Orde Baru, rakyat Indonesia kondisinya tidak lebih baik. Angka kemiskinan, utang pemerintah, korupsi, dekadensi moral, dominasi asing dalam politik dan ekonomi, menjadi makin gila-gilaan justru di era reformasi hingga sekarang.

Jadi, apakah dengan jumlah partai politik yang lebih banyak saat ini kondisi umat menjadi lebih baik? Apakah dengan peran serta orang Islam dalam lembaga legislatif (DPR dan MPR) yang dipilih langsung oleh rakyat, kondisi umat lebih baik? Apakah dengan peran serta umat Islam memilih langsung presiden dan wakil presiden, memilih langsung kepala daerahnya dalam Pilkada, membuat kondisi umat lebih baik? Tidak bukan?

Untuk mengetahui dalamnya jurang, kita tidak perlu masuk ke dalamnya. Bukannya jadi tahu kedalamnya, kita malah kesusahan mencari jalan untuk kembali ke atas saking pengapnya. Untuk memperbaiki rumah yang bobrok dan lapuk, kita juga tidak perlu dengan berada di dalamnya karena nanti. bukannya bisa memperbaiki, malah kita yang akan terkena reruntuhannya.

Begitupun untuk mencegah dominasi kekuasaan dikuasai oleh orang-orang serakah dan rusak, tidak serta-merta harus masuk sistem demokrasi. Bahaya itu tidak muncul dengan sendirinya, melainkan muncul karena adanya sumber bahaya, yaitu sistem demokrasi itu sendiri. Sistem demokrasilah yang memberikan kesempatan kepada mereka untuk menimpakan bahaya kepada rakyatnya. 

Jadi, sistem demokrasilah yang mestinya lebih patut dan lebih utama untuk dihilangkan, bukan bahaya-bahaya lainnya sebagai ekses sistem demokrasi. Sebab sistem demokrasi telah menjadi sarana (wasilah) pada sesuatu yang haram, yaitu munculnya bahaya. Sistem demokrasi adalah: al-wasilah ila al-haram muharramah (segala sarana menuju yang haram hukumnya diharamkan). Sistem demokrasi hukumnya haram karena dapat menimbulkan sesuatu yang haram, yaitu bahaya berupa melahirkan orang-orang serakah dan haus kekuasaan.

Seorang profesor telah mengatakan, bahwa jika malaikat saja yang masuk pada sistem demokrasi maka akan berubah menjadi iblis. Apalagi manusia? Rumus ini telah dibuktikan sendiri oleh sang profesor yang ikut terjebak dalam lingkaran hitam demokrasi dan tak bisa lagi keluar meski demokrasi telah menjadikannya terhina.

Sudah saatnya kita melek fakta, sudah saatnya kita bangkit dari keterpurukan. Bukan salah Jokowi, bukan salah Megawati, bukan salah pemimpin terdahulu yang lainnya. Siapapun pemimpinnya jika sistemnya masih sistem demokrasi sudah dapat dipastikan sebaik apapun, sejujur apapun, senasionalis apapun, sepatriotis apapun, apapun itu, akan terkontaminasi oleh busuknya sistem demokrasi.

Sudah seharusnya yang diganti adalah sistem demokrasinya. Mari kita mencontoh Rasulullah Saw., yaitu menekuni jalan dakwah melalui aktivitas perjuangan politik (kifah siyasi ) dan perang ideologi (shira’ fikri ), serta berupaya melakukan thalabun-nushrah (mencari dukungan) dari pihak-pihak yang mampu menyerahkan kekuasaan untuk menegakkan Khilafah demi tegaknya syariat secara kafah. Inilah satu-satunya cara yang wajib ditempuh umat untuk kembali pada sistem politik Islam yang telah terbukti melahirkan banyak pemimpin amanah dalam mengurus umat selama 13 abad.

Dengan adanya sistem politik Islam, dominasi kapitalis dalam pembuatan UU yang berbahaya juga akan dibabat habis. Dalam Islam, kedaulatan ada di tangan syariat, bukan manusia. Para kapitalis tidak akan bisa membuat atau memengaruhi berbagai kebijakan dan produk hukum sebagaimana dalam demokrasi.

Sumber hukum Islam adalah Al-Qur’an dan Sunah. Kepala negara akan menerapkan syariat Islam dan menggali hukum-hukum Islam berdasarkan sumber hukum tersebut. Pergantian kepemimpinan dalam Islam berjalan efektif, murah, dan efisien. Pemimpin yang dilahirkan pun adalah pemimpin yang sangat takut mendurhakai Allah SWT., sehingga menjadikan senantiasa taat kepada seluruh aturan dari Sang Pencipta sekaligus Sang Pengatur.

Allah SWT. berfirman:
وَمَنْ يَّعْصِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ وَيَتَعَدَّ حُدُوْدَهٗ يُدْخِلْهُ نَا رًا خَا لِدًا فِيْهَا ۖ وَلَهٗ عَذَا بٌ مُّهِيْنٌ
"Dan barang siapa mendurhakai Allah dan rasul-Nya dan melanggar batas-batas hukum-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka, dia kekal di dalamnya dan dia akan mendapat azab yang menghinakan." (QS. An-Nisa': 14).

Mereka juga yakin akan firman Allah SWT.,
اَللّٰهُ وَلِيُّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا يُخْرِجُهُمْ مِّنَ الظُّلُمٰتِ اِلَى النُّوْرِ ۗ وَا لَّذِيْنَ كَفَرُوْۤا اَوْلِيٰۤــئُهُمُ الطَّا غُوْتُ ۙ يُخْرِجُوْنَهُمْ مِّنَ النُّوْرِ اِلَى الظُّلُمٰتِ ۗ اُولٰٓئِكَ اَصْحٰبُ النَّا رِ ۚ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ
"Allah Pelindung orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya adalah setan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan. Mereka adalah penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya." (QS. Al-Baqarah: 257).

Tunggu apa lagi? Mari kita bersama-sama menerapkan sistem Islam demi menyelamatkan negeri kita tercinta serta dunia secara keseluruhan. Langkah pertama adalah dengan mengkaji Islam kaffah bersama kelompok dakwah Islam ideologis.

Wallahu'alam bishshawab.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar