Oleh : Rohmah SE.Sy
Laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menunjukkan bahwa bencana terbanyak yang terjadi adalah bencana banjir. Pengamat lingkungan Despry Nur Annisa Ahmad, S.T., M.Sc. menerangkan, banjir merupakan salah satu bencana akibat kritisnya kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS).
“Jika kita melihat data secara time series, jumlah DAS kritis mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Ciri utama kondisi suatu DAS itu kritis, jelasnya, dapat diamati secara sederhana dari kondisinya yang saat musim hujan akan meluap dan pada area hulu mengalami longsor. “Kemudian pada saat musim kemarau DAS mengalami kekeringan, seperti yang baru-baru ini juga telah banyak dirasakan masyarakat saat musim kemarau.
Berbagai literatur ilmiah maupun opini populer di berbagai media menyebutkan bahwa alih fungsi lahan menyebabkan kondisi DAS mengalami kritis. “Bahkan sebuah riset menarik yang pernah dirilis oleh Ramadhan D (2021) menyatakan bahwa alih fungsi lahan memberi porsi terbesar dalam penyebab kekritisan lahan DAS, yakni sebesar 63,15%. Sementara itu faktor curah hujan, berkontribusi 36,84% terhadap lahan DAS yang kritis,” kutipnya.
Hasil temuan riset ini, lanjutnya, menjadi pukulan telak bagi pihak yang selama ini hanya melakukan klaim sepihak bahwa kejadian banjir yang sering terjadi dalam beberapa waktu belakangan hanya karena faktor curah hujan saja yang lebih besar.
Dengan kata lain, tambahnya, kebijakan desentralisasi fiskal dari negara adalah upaya perlahan negara melepaskan diri membiayai beban pembangunan suatu daerah.
“Berdasar pada dua hal tersebut, banyak praktik pemda mencari jalan sendiri untuk pembangunan daerahnya. Salah satunya melalui izin-izin liar pembukaan lahan (alih fungsi kawasan lindung-red.) oleh para oligarki yang tidak memperhatikan daya tampung dan daya dukung lingkungan hidup.
Berdasarkan pantauan, Kecamatan dengan dampak terparah di Kabupaten Sukabumi meliputi Sagaranten dan Parbuaran. Akses jalan Provinsi Baros-Sagaranten juga dilaporkan terputus. Kondisi ini menyulitkan pergerakan menuju wilayah Selatan karena hanya tersisa satu jalur melalui Cikembar dan Jampang Tengah.
Selain banjir, dalam waktu bersamaan BPBD Sukabumi juga melaporkan adanya bencana tanah longsor dan pergerakan tanah. Hasil rekapitulasi sementara kejadian bencana untuk bencana tanah longsor terjadi di 13 titik, banjir sembilan titik, angin kencang tujuh titik, dan pergerakan tanah di empat titik, yang tersebar di 22 kecamatan.
Tidak hanya itu, cuaca ekstrem gelombang tinggi yang disertai angin kencang juga menyebabkan bencana di Pantai Ujunggenteng, Kabupaten Sukabumi. Puluhan kapal yang tengah disandarkan di Dermaga Ujunggenteng rusak dan karam.
Potensi Bencana
Terkait bencana yang sering menyapa Indonesia, peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Prof. Fahmi Amhar mengingatkan, Indonesia memang bukan hanya negeri yang kaya dengan sumber daya alam, tetapi juga negeri dengan potensi bencana alam yang berlimpah."Kita berada di persimpangan angin dan arus laut antara Asia–Australia dan antara Hindia–Pasifik, maka bencana banjir, abrasi gelombang pasang, puting beliung, kekeringan hingga kebakaran hutan rajin berkunjung,” tuturnya kepada MNews, Kamis (5-12-2024).
Daulah Islam Pada Masa Lalu dalam Menangani Bencana
Wilayah Daulah Islam yang amat luas juga bersentuhan dengan berbagai potensi bencana alam. Wilayah sekitar gurun di Timur Tengah dan Afrika Utara amat rawan kekeringan. Lembah sungai Nil di Mesir atau sungai Eufrat-Tigris di Irak amat rawan banjir. Selain itu kadang-kadang wabah penyakit yang hingga abad 18 belum diketahui pasti penyebab maupun obatnya datang menghantam, misalnya cacar (variolla) atau pes. Namun toh Daulah Islam tetap berdiri tegak lebih dari 12 abad karena penguasa Daulah Islam menaruh perhatian yang besar agar tersedia fasilitas umum yang mampu melindungi rakyat dari berbagai bencana.
Mereka membayar para insinyur untuk membuat alat dan metode peringatan dini, mendirikan bangunan tahan bencana, membangun bunker cadangan logistik, hingga melatih masyarakat untuk selalu tanggap darurat.
Para pemimpin dalam Daulah Islam, lanjutnya, juga orang-orang yang terlatih dalam tanggap darurat. Mereka orang-orang yang tahu apa yang harus dikerjakan dalam situasi normal maupun genting.
Semoga negara ini banyak belajar dari Daulah Islam dalam memitigasi bencana. Sehingga kerugian baik harta maupun jiwa dapat diminimalisir. Akan lebih baik lagi kalau menerapkan seluruh aturan illahi, karena bencana yang terjadi bisa jadi teguran dari sang pencipta agar manusia kembali kepada seluruh aturanNya.
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar