OLAHRAGA COUNTER KENAKALAN REMAJA?


Oleh : Noura (Pemerhati Sosial dan Generasi)

Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kalimantan Timur mengajak generasi muda untuk aktif dalam kegiatan olahraga guna menghindari kenakalan remaja. Kepala Bidang Prestasi Olahraga Dispora Kaltim, Rasman, menekankan bahwa partisipasi dalam olahraga dapat meningkatkan produktivitas dan fokus pada hal-hal positif. Dispora juga berupaya menjadikan olahraga sebagai bagian dari pendidikan karakter sejak usia dini. "Kami mulai melatih anak-anak dari usia SD. Pembinaan sejak usia dini penting untuk membentuk karakter dan mempersiapkan mereka menjadi atlet berprestasi," tambahnya. (https://selasar.co/read/2024/10/31/13069/dispora-kaltim-ajak-generasi-muda-jauhi-kenakalan-remaja-melalui-olahraga#google_vignette)

Ajakan agar remaja aktif dalam kegiatan olahraga untuk menuntaskan problem kenakalan remaja apakah tepat dan efektif? Mengapa para remaja seolah tidak bisa lepas dari stigma pembangkang dan trouble maker ? Lalu apa solusi hakiki yang bisa menyelesaikan persoalan ini?


Kepribadian Bermasalah Efek Sistem Sekuler

Tidak bisa dipungkiri bahwa pemikiran yang ada pada remaja saat ini adalah pemikiran yang tumbuh dari pemisahan antara agama dan kehidupan (sekulerisme). Kehidupan diwarnai dengan corak liberal yang menjunjung tinggi kebebasan. Maka remaja yang masuk fase krisis identitas ini butuh validasi atas dirinya sehingga saat melakukan sesuatu pertimbangannya bukan salah - benar melainkan hal tersebut menyenangkan atau tidak tanpa melihat dampak dari perbuatannya. 

Badan Narkotika Nasional (BNN) mencatat ada peningkatan signifikan terhadap penggunaan narkotika dikalangan remaja. Per tahun 2020 laporan dari BNN merilis data sekitar 2,29 juta remaja menjadi pengguna. 

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) per Agustus 2024 menyebut remaja usia 15 - 19 tahun sudah melakukan hubungan seks diluar nikah. Angkanya naik signifikan dibarengi dengan maraknya tren singlehood. 

Berkaca pada data-data tersebut tentu memberikan solusi giat berolahraga untuk menangkal kenakalan remaja adalah solusi instan yang tidak tepat. 

Semua pasti sepakat bahwa olahraga memberikan dampak positif bagi kesehatan fisik. Seperti badan yang lebih bugar serta memperkuat otot dan tulang. Namun aktivitas ini tidak akan bisa merubah perilaku toxic menjadi baik. Sejatinya perilaku seseorang sangat ditentukan oleh pemahamannya. Maka jika ingin mengubah tingkah laku yang rendah menjadi luhur harus ada upaya untuk merubah mafhum terlebih dulu. (Syeikh Taqiyuddin an Nabhani, dalam kitab Nidzom Al Islam). 

Mafhum atau pemahaman inilah yang akan membentuk sikap. Penanaman konsep pemahaman yang benar tersebut dapat dilakukan dengan melakukan pembinaan para remaja agar mereka paham bahwa Islam adalah agama yang sempurna, sebagaimana firmanNya : 
ÙˆَÙ†َزَّÙ„ْÙ†َا عَÙ„َÙŠْÙƒَ الْÙƒِتٰبَ تِبْÙŠَانًا Ù„ِّÙƒُÙ„ِّ Ø´َÙŠْØ¡ٍ ÙˆَّÙ‡ُدًÙ‰ ÙˆَّرَØ­ْÙ…َØ©ً ÙˆَّبُØ´ْرٰÙ‰ Ù„ِÙ„ْÙ…ُسْÙ„ِÙ…ِينَ
Artinya : Dan Kami turunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu, sebagai petunjuk, serta rahmat dan kabar gembira bagi orang yang berserah diri (muslim) Q.S An-Nahl [16]: 89

Para remaja harus diarahkan untuk berpikir kritis memaknai hidup mereka. Sayangnya aktivitas amar ma'ruf nahi munkar pada remaja ini sering kali di lekatkan dengan konotasi negatif. Islam sebagai ajaran yang menyeluruh dengan penanaman akidah dan syariat selalu dianggap musuh. 

Tantangan dalam menyelesaikan dekadensi moral pada remaja adalah karena adanya penerapan ideologi Kapitalisme sekuler. Sistem ini mendorong remaja tumbuh dengan orientasi materi ditambah dengan gencarnya endorse terhadap paham moderasi agama sehingga kiblat para remaja adalah barat dan tenggelam dalam gelombang Hallyu sehingga mereka makin jauh dari Islam. 


Islam is The Real Counter Kenakalan Remaja

Jika sejak dini mereka dikenalkan dengan Islam sebagai sebuah peraturan hidup, para remaja akan memahami apa tujuan hidupnya, siapa yang menciptakan mereka, serta sadar bahwa akhirat itu nyata. Mereka bukan hanya diajak mengimani Allah SWT dan Rasulullah Saw dalam kaitannya dengan akidah nya sebagai seorang muslim. Namun juga mereka didorong untuk berlomba-lomba dalam mengamalkan ajaran Islam. Dengan memfasilitasi dan mendorong mereka untuk hadir pada kajian-kajian Islam pemikirannya akan dibentuk sesuai dengan fitrah, yakni pemikiran Islam (Aqliyah Islamiyyah) serta akan terbentuk pula pola sikap yang selaras dengan Islam (Nafsiyah Islamiyyah). 

Kekuatan Aqliyah dan nafsiyah Islam inilah yang akan membentuk kepribadian Islam. Pengkajian Islam secara mendalam dan komprehensif ini dilakukan dalam rangka memahamkan ajaran Islam yang kaffah (menyeluruh) ke tengah-tengah remaja agar terbentuk opini bahwa Islam yang bisa menyolusi berbagai permasalahan baik di level individu, masyarakat dan persoalan sistemik yang butuh campur tangan negara.

Bahwa agar masalah kenakalan remaja tidak bisa diselesaikan dengan solusi individu semacam olahraga tadi, tapi butuh peran negara dengan penerapan sanksi yang tegas. Ketegasan aturan syariat ini akan berdampak pada terjaganya pergaulan sehingga pelanggaran terhadap syariat bisa dituntaskan.

Islam memiliki tiga pilar penjagaan terhadap remaja yang setiap pilarnya memiliki peranannya masing-masing.

Pilar individu, dimana setiap diri dibentuk untuk memiliki kepribadian Islam dengan mengkaji Islam secara kaffah agar memahami posisinya sebagai hamba Allah SWT.

Pilar masyarakat, dalam komunitas masyarakat terdorong untuk melakukan amar ma'ruf nahi munkar sehingga tidak ada yang abai terhadap setiap pelanggaran dan berlomba untuk fastabiqul khoirot.

Pilar negara, dengan menerapkan sistem Islam maka seluruh remaja terjaga agar tetap pada fitrahnya. Negara melindungi remaja dari paham berbahaya seperti sekulerisme termasuk moderasi agama. Negara juga yang memberikan sanksi atas kejahatan (Jarimah) yang dilakukan dimana sanksi tersebut berasal dari syariat Islam. 

Tentu penjagaan tiga pilar ini ada jika sistem Islam diterapkan dalam kehidupan. Semestinya jika memang kita semua serius dalam persoalan ini maka tidak ada pilihan lain selain mengambil Islam sebagai solusi.
والله أعلمُ بالـصـواب




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar