{SPESIAL SPACE} : REFLEKSI & EVALUASI MUSLIMAH DI UJUNG TAHUN 2024


Oleh : Syamsi Widad

Kaulah Ibuku (Lagu Muhajir Lamkaruna)
 
1. Bersinar kau bagai cahaya
Yang selalu beriku penerangan
Selembut sutra, kasihmu 'kan
S'lalu kurasa dalam suka dan duka

2. Kaulah ibuku, cinta kasihku
Terima kasihku takkan pernah terhenti
Kau bagai matahari yang s'lalu bersinar sinari hidupku dengan kehangatanmu

3. Bagaikan embun, kausejukkan
Hati ini dengan kasih sayangmu
Betapa kau sangat berarti
Dan bagiku, kau takkan pernah terganti,
 
Lagu diatas sangat familiar, video ataupun lagunya sering diputar saat ceremonial wisuda, pembagian rapot, akhirusanah ataupun langsung terdengar dari mulut anak kita yang balita.

Lirik yang sederhana tapi sangat menyentuh, otomatis membuat kita berfiki dan merenung, apakah itu saya? sudah menjadi ibu yang di maksud dalam lagu diatas? Begitu pula, lagu himne ibu dll dengan tema yang serupa seolah mengingatkan keistimewaan seorang ibu.

Apalagi di bulan terakhir tahun 2024 ini,tepatnya 22 Desember menjadi hari Istimewa secara internasional yaitu hari ibu/mother day. Berbagai perayaan, pemberian gift kepada para ibu pada hari tersebut menjadi symbol & mewakili rasa terimakasih dan penghormatan bagi para ibu.

Sekali dayung dua tiga pulaupun terlampaui, moment 22 Desember nanti sebagai hari ibu sekaligus menjadi ajang refleksi diri potret peran dan kehidupan ibu, perempuan umumnya di tahun 2024 ini.

Sepanjang tahun 2024, para ibu/Istri /perempuan secara garis besar mengalami peristiwa KDRT, perselingkuhan, pembunuhan oleh suami, kemiskinan, mental healt, perceraian, pemerkosaan serta pembunuhan. Selain itu maraknya kasus pembuangan bayi menunjukkan betapa tingginya pergaulan bebas dan juga kasus aborsi. Artinya para generasi muda khususnya para perempuan tidak lah sedang baik baik saja. Kasus bunuh membunuh diantara anggota keluarga juga menunjukkan peningkatan.

Peristiwa diatas menimbulkan luka batin dan trauma bagi perempuan ataupun menjadi kekhawatiran dan presepsi negative terhadap pernikahan. Mereka ingin keadilan secara hukum positif. Posisi yang sama antara perempuan dan laki laki. Mengapa? Karena mereka menganggap bahwa kasus kasus diatas terjadi karena perempuan terbelenggu dalam jebakan pernikahan, perempuan tidak mandiri secara ekonomi, kemiskinan keluarga menyebabkan hak hak perempuan tidak terpenuhi sehingga perempuan, ibu, anak pun menjadi pelampiasan emosi dan kekerasan fisik. 

Kesempatan inipun tidak disia siakan para pengusung Kesetaraan Gender dan Feminisme. Para perempuan baik yang sudah menjadi ibu ataupun belum yang notabene muslimah pun banyak yang terjebak dalam paham ini. Merasa bahwa keadilan dan hak hak nya terpenuhi dengan mengikuti paham ini. 

Potret lain para perempuan adalah semakin terbukanya media sosial menjadi ruang ekpresi diri mereka, meskipun mengumbar aurat, rasa malu yang terkikis, bahkan media sosial sebagai ajang mencari chuan. Dalam dunia industry pun, lapangan pekerjaan lebih banyak memberikan peluang kepada perempuan sehingga kaum hawapun berbondong bondong mengisinya. Bagi paham Feminisme hal ini menjadi salah satu cara perempuan mendapatkan posisi adil dan kebebasan, solusi bagi persoalan diatas. Kaum feminisme juga memiliki target dan hal perpolitikan praktis, berjuang agar perempuan memliki kursi di parlemen sehingga suara dan hak perempuan dapat mempengaruhi kebijakan publik dan melindungi hak perempuan. 

Mari membuka mata, potret buramnya kehidupan para ibu, perempuan juga terjadi di negeri lain, baik negeri muslim ataupun bukan dan disana kaum feminisme pun hadir untuk membebaskan belenggu para perempuan secara global dengan menawarkan kesetaraan gender.

Perempuan dan Laki laki dianggap sama baik hak ataupun kewajibannya di ranah domestic ataupun public. Perempuan bebas menentukan menikah atau tidak, memiliki anak atau tidak, memiliki hak sama dalam system waris dll. Kedudukan sama ini dianggap salah satu solusi dari penderitaan “ pernikahan”.

Benarkah Ide kaum feminisme, kesetaraan gendaer adalah solusi bagi kehidupan buram para perempuan? Patut di cermati bahwa ide dasar kesetraan gender adalah sekulerisme kapitalis. Artinya memisahkan agama dalam permasalahan dunia. Kapitalisme adalah paham yang lahir dari barat, sebagai salah satu ideologi yang eksis di dunia ini dan sekaligus rival atau lawan dari ideologi Islam. 

Mencermati standardisasi global seputar kesetaraan gender tadi, seolah-olah Barat hendak dan jelas-jelas sangat gigih untuk selalu mempertahankan kesetaraan gender sebagai surga bagi kaum hawa. Barat bahkan sengaja memberikan fatamorgana kehidupan di negeri tertentu khususnya muslim .Sehingga kehidupan perempuan semakin jauh dari Islam. Jika ini terealisasi, perempuan jauh dari Islam maka akan memudahkan Barat untuk mencengkram negeri muslim.

Sejatinya, kesetaraan gender menyebabkan kaum perempuan terlalu sibuk dengan ego sektoral dalam urusan kaumnya semata, sedangkan krisis sosial kemasyarakatan di Barat bahkan tidak kalah bobroknya. Harus kita sadari bahwa sekularisme adalah ide dasar bagi tegaknya peradaban Barat yang telah melahirkan beragam kezaliman yang nyatanya tidak hanya menimpa kaum perempuan. Sekularisme bahkan terbukti selalu memihak dan memberi panggung bagi pemilik modal selaku pihak yang kuat sehingga mereka bisa dengan mudahnya berkamuflase melalui sistem demokrasi.

Sekularisme juga melandasi lahirnya kesetaraan gender, bahkan memosisikannya sebagai bagian dari upaya tambal sulam bagi rusaknya peradaban Barat. Jadi jelas, jangankan surga, sekularisme sebagai ide yang memisahkan agama dari kehidupan, justru makin menyesatkan kaum perempuan.

Inilah Refleksi di ujung tahun ini, Jadi untuk mengembalikan posisi, kemuliaan ibu, perempuan keutuhan keluarga dan masyarakat bukanlah melalui kesetraan gender. Secara alami perempuan dan laki laki diciptakan berbeda karena masing2 memiliki kewajiban yang berbeda, Tidak dapat di tukar satu sama lain. Begitulah Allah menciptakan makhluk Nya, Allah juga memberikan panduan kehidupan untuk menjaga dan mengatur agar kehidupan antara perempuan dan laki berjalan harmonis baik dalam kehidupan domestic ataupun public, aturan tersebut adalah Islam Kaffah bukan yg lain.

Di dalam Islam, kedudukan kaum perempuan tidak membutuhkan kesetaraan gender sedikit pun agar mereka bisa disebut mulia dan terhormat. Islam adalah akidah yang sesuai fitrah, memuaskan akal, dan menenteramkan jiwa. Oleh karena itu, jika segala persoalan perempuan—maupun selainnya—dikembalikan kepada Islam, pasti akan menemukan solusi tuntasnya.

Kesetaraan gender justru sebuah wujud kebusukan dan kejahatan sekularisme yang Barat fungsikan untuk “menebus dosa” karena di baliknya ada fragmen kehidupan sekuler yang telah zalim kepada kaum perempuan. Negara dengan indeks kesetaraan gender terbaik di dunia adalah surga palsu, yang justru hanya akan menjauhkan perempuan dari fitrahnya sebagai manusia ciptaan Allah Taala. Pada saat yang sama, akibat meyakini dan memperjuangkan kesetaraan gender, kaum perempuan akan semakin tersesat lingkaran setan sekularisasi.

Jadi inilah penelusuran dan refleksi diri mengapa di negeri ini kehidupam perempuan semakin buram, hancurnya pranata sosial dan keluarga, Bahwan Hukum positifpun tidak bisa optimal melindungi para perempuan. 

Dan sebagai titik balik, bangkitnya kehidupan perempuan agar sesuai kodratnya, sebagai istri sohehah,perhiasan dunia, pencetak generasi yang kokoh kepribadian Islamnya, generasi penerus kejayaan Islam adalah dengan kembali kepada Islam kaffah. 

Secara individu, titik balik kita adalah dengan merubah pemikiran kita terkait Aqidah dan Syariat islam, semakin belajar Islam, menguatkan akidah kita dan Bersama belajar dalam suatu komunitas yang saling menasehati dan peduli kepada masyarakat.

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara kafah (keseluruhan), dan janganlah kamu turuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS Al-Baqarah [2]: 208).

"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS Al-A’raf [7]: 96). 

Wallahualam bissawab.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar