Terjebak FOMO, Gen-Z dalam Lingkaran Hidup Materialistik


Oleh: Yeni Aida

Fenomena Fear of Missing out (FOMO) adalah gejala sosial yang timbul ketika seseorang tidak ingin ketinggalan oleh sebuah tren yang ada. Di kalangan gen Z, tren ini sangat signifikan. Bahkan mereka rela melakukan apapun supaya tidak tertinggal dengan teman-temannya.

FOMO yang diidap gen-Z sangat berdampak besar dalam interaksinya di dunia nyata dan maya. Fenomena yang berbasis teknologi sering kali mengganggu psikologi dan perilaku komunikasi individu, terutama di kalangan remaja dan dewasa muda. Dengan kehadiran teknologi digital terutama media sosial, kecenderungan untuk merasa tertinggal atau tidak terlibat dalam kegiatan yang dianggap penting menjadi semakin nyata.

Gen Z merupakan generasi digital native. Saking berkembangnya media sosial, maka yang beredar tidak sekedar menampilkan konten informasi berita namun juga konten-konten yang menampilkan gaya hidup, pengalaman, pencapaian, penampilan, popularitas.

Tidak ada standar kemuliaan yang benar sehingga membuat gen-Z membandingkan kehidupan mereka dengan kehidupan yang dipamerkan orang lain. Ketika mereka merasa kurang dibandingkan dengan standar yang ditampilkan, muncul kecemasan akan ketertinggalan atau keterasingan bahkan demi tidak ketinggalan tren mereka sampai melakukan doom spending alias gemar berhutang.

Jika FOMO terus berlanjut, gaya hidup ini membahayakan generasi muda. Alhasil mereka terbiasa berperilaku konsumtif hingga krisis identitas. Sejatinya akar masalah gaya hidup FOMO tidak serta merta akibat tren media sosial. Dalam kitab nidzhomul Islam, bab thariqul iman menjelaskan bahwa seseorang berperilaku sesuai dengan pemahamannya, sementara itu pemahaman yang merebak saat ini dipengaruhi ide sekulerisme, kapitalisme, liberalisme.

Ide-ide inilah yang mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap pencapaian dan akhirnya kepuasan materi yang menjadi orientasi hidup mereka. Maka tidak aneh jika atmosfer kehidupan hari ini sangat jauh dari nilai agama dan hanya mengedepankan validasi dari orang lain. Muncullah gaya hidup liberal, hedon, dan konsumtif.

Semua kesenangan dunia sesaat menjadi prioritas utama, apalagi regulasi dalam sistem kapitalisme tidak memberikan perlindungan bagi gen Z. Misalnya dari sistem pendidikan sekularisme kapitalisme membekali siswa dengan pemahaman hidup yang materialistik. Platform media sosial dibiarkan menciptakan gaya hidup FOMO yang semakin menjerumuskan generasi pada lingkaran materialistik. Inilah yang membuat gaya hidup FOMO semakin mendapat tempat di kalangan generasi.

Sistem Islam yang diterapkan negara Khilafah akan memberikan perlindungan ekstra kepada semua warganya tak terkecuali gen Z. Perlindungan ini cerminan dari akidah Islam yang mengharuskan siapapun terikat dengan aturan Allah SWT dalam kehidupan. Negara berfungsi sebagai junnah (pelindung), sedangkan pemuda memiliki potensi yang luar biasa dan kekuatannya sangat dibutuhkan umat sebagai agen perubahan menuju kebangkitan Islam. Oleh karena itu, negara Khilafah memastikan potensi generasi Z terarah untuk kemuliaan Islam dan kaum muslimin.

Islam memiliki sistem pendidikan yang mampu melejitkan potensi gen Z dan mengarahkan hidupnya sesuai dengan tujuan penciptaan dan mempersembahkan karya terbaik untuk umat dan Islam. Hal ini dikarenakan sistem pendidikan Islam memastikan setiap individu memiliki kepribadian Islam dan keahlian ilmu kehidupan. Tolak ukur kepribadian Islam di lihat dari aqliyah dan nafsiyah sesuai dengan syariah. Dengan demikian setiap individu akan memiliki kesadaran untuk beramal sesuai dengan syariat Islam.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar