Toleransi Ala Moderasi, Yakin Mampu Menjadi Solusi?


Oleh : Wulan Safariyah (Aktivis Dakwah)

Sebagai bentuk implementasi penguatan moderasi sekaligus mendukung pencapaian sasaran penguatan program,  Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kota Balikpapan menggelar kegiatan pengembangan Kampung Moderasi. Kegiatan dilaksanakan di Aula Kecamatan Balikpapan Tengah, Senin (25/11/2024). 

Kegiatan tersebut di hadiri Kepala Kantor Kemenag Balikpapan Masrivani, Kasi Kesos Kecamatan Balikpapan Tengah, Lurah GSI, TNI, Polri, LPM, dan ketua RT. Narasumber Badan Intelijen Negara (BIN) Abi Muhammad dan Dekan FKIP Uniba Sugiant.
Kepala Kantor Kemenag Balikpapan Masrivani mengatakan, pembentukan kampung moderasi yaitu sebuah masyarakat yang majemuk. Suku dan agama berbeda-beda, tapi tetap memiliki tingkat kerukunan yang baik.

Menurut Masrivani, daerah-daerah yang punya potensi seperti itu perlu dikembangkan. Untuk kota Balikpapan ini sudah diputuskan ada dua tempat yang dipandang layak untuk sebagai kampung moderasi. Dari enam kecamatan di Balikpapan, ada dua yang ditunjuk. Yaitu Kecamatan Balikpapan Tengah dan Balikpapan Utara. Dilansir dari media (kaltimpos.id tanggal 26/11/2024)


Makna Toleransi 

Sepintas, program kegiatan ini tampak sebagai aktivitas kebaikan. Akan tetapi, jika kita telusuri, acara-acara semacam ini seharusnya patut kita waspadai. Tentu bukan tanpa alasan, diduga kuat, hal itu dilakukan untuk memancing balasan dari umat Islam. 

Harapannya, ketika non muslim berhari raya atau melakukan ibadah-ibadah tertentu, umat Islam juga harus melakukan hal yang serupa sebagaimana yang sudah mereka lakukan terhadap umat Islam yaitu saling toleran sebagai wujud kerukunan antar umat beragama.

Jika ini berlaku, apa yang akan terjadi terhadap umat Islam? Umat Islam akan merasa “tidak enak” jika tidak membalas. Umat Islam akan dituntut menunjukkan kepeduliannya, baik dengan mengucapkan selamat hari raya kepada mereka atau membantu menyiapkan peringatannya, seperti menghias pohon Natal atau telur Paskah, bahkan sampai mengikuti acaranya.  

Inilah makna “toleransi” dalam kacamata moderasi beragama. Jika seperti ini, maka mampukah toleransi semacam ini mewujudkan kerukunan antar umat beragama?


Bukan Solusi 

Program Kampung Moderasi adalah salah satu proyek untuk menguatkan moderasi beragama. Proyek ini butuh disosialisasikan kepada masyarakat tujuannya untuk menumbuhkan nilai-nilai keberagaman. Sehingga perlu menumbuhkan semangat moderasi dari segala aspek. 

Proyek moderasi menjadi agenda nasional sekaligus agenda global yang selalu diklaim sebagai ujung tombak persatuan dan kesatuan suatu bangsa. Namun, apakah program toleransi ala moderasi ini mampu mensolusi masalah yang kini terjadi?

Meskipun sangat sering disosialisasikan, faktanya masalah yang ada di tengah masyarakat hingga kini belum juga tuntas teratasi. Justru yang ada sebaliknya. Masalah yang ada semakin pelik dan mencekik. 

Masalah kemiskinan, pengangguran, kerusakan generasi, stunting, tingginya angka perceraian, buruknya pendidikan dan kesehatan, dan masih banyak masalah sistemik lainnya. Semua masalah ini tak menjadi fokus utama. Malahan proyek moderasi yang menjadi fokus saat ini.

Sejatinya program ini bukan solusi bagi permasalahan umat. Demikian pula program ini bukan untuk menumbuhkan kerukunan antar warga yang beragam suku dan agamanya. Mengapa? Ini karena, moderasi sebenarnya adalah upaya dari Barat untuk mengaburkan Islam di tengah masyarakat.

Islam tidak boleh tampak, Islam disetarakan dengan agama lain atau paham pluralisme (semua agama sama). Moderasi beragama bukan permasalahan sederhana karena mengarah pada terpecah belahnya umat Islam. 

Tidak hanya menyebabkan keterpecahbelahan, moderasi juga mengajarkan toleransi kebablasan yang merusak akidah dan menoleransi kemaksiatan. Merusak akidah karena atas nama toleransi beragama umat Islam dituntut untuk mengakui kebenaran semua agama. 

Dengan melihat realitas yang ada, ternyata toleransi ala moderasi tidak mampu mewujudkan kerukunan antar umat beragama. Justru yang telah terjadi dan akan terus terjadi adalah memecah belah umat, toleransi kebablasan, dan ujung-ujungnya umat makin jauh dari Islam. 

Moderasi agama secara garis besar adalah paham keagamaan yang moderat. moderat adalah paham keagamaan (Islam) yang sesuai selera Barat, yakni sesuai dengan nilai-nilai Barat yang notabene sekuler (memisahkan agama dari kehidupan). Jadi, setiap perbuatan dipisahkan dari agama.

Moderat sering dilawankan dengan radikal. Radikal adalah paham keagamaan (Islam) yang dilekatkan pada kelompok-kelompok Islam yang menolak keras sekulerisme Barat. Faham ini, membahayakan kepada kemurnian agama Islam, karena akan mengaburkan pemahaman-pemahaman yang benar. 

Moderasi adalah upaya Barat untuk menghalangi kebangkitan Islam. Agar kaum muslimin tidak bersatu, mau menerima pemahaman selain Islam dengan toleransi dan perdamaian. Pemikiran moderat akan terus digaungkan, semisal, beragama yang netral, tidak boleh terlalu ekstrim, tidak boleh terlalu berat yang setengah-setengah saja. 

Agar umat Islam tidak bangga sebagai muslim. Umat Islam digiring agar menerima pandangan-pandangan barat, menerima undang-undang buatan barat dan menerima budaya barat.

Moderat akan menjadikan umat Islam anti terhadap agamanya sendiri. Termasuk juga ini adalah salah satu cara untuk mengadu domba umat Islam, memunculkan perpecahan ditengah umat Islam. Ini sangat di inginkan oleh barat.

Sehingga jelaslah, solusi moderasi agama, bukanlah solusi masalah sistemis yang mampu menyelesaikan permasalahan yang sedang menerpa negeri saat ini, melainkan menambah masalah yang ada.


Agama dan Aturan

️Islam adalah agama (ad-dîn) yang diturunkan oleh Allah Swt. kepada Nabi Muhammad Saw untuk mengatur manusia. Islam mampu menyelesaikan masalah kehidupan. Jika manusia beriman dan bertakwa kepada Allah, maka Allah berikan keberkahan dari langit dan dari bumi. 

Saat ini dimana-mana terjadi kerusakan karena mereka mendustakan ayat-ayat Allah. Padahal Al Qur'an sudah sangat jelas, manusia diperintahkan oleh Allah masuk Islam secara kaffah. Islam sudah sangat sempurna, mengatur semua hubungan manusia, hubungan terhadap Allah, hubungan terhadap diri sendiri dan hubungan terhadap sesamanya.

Selain itu, Islam juga bukan hanya mengatur masalah akidah, ibadah, dan akhlak, tetapi juga mengatur masalah ekonomi, pemerintahan, sosial, pendidikan, peradilan dan sanksi hukum, serta politik luar negeri.

Tidak ada pengotak-otakan dalam Islam, tradisional, radikal atau Islam fundamental. Islam adalah satu. Di dalam Islam  ada toleransi yang sesuai syariat Islam. 

Oleh karenanya, selama belasan abad Islam diterapkan dalam sebuah sistem politik, kejayaan menyelimuti di setiap negerinya. Toleransi tidak pernah diserukan atau diajarkan karena agama Islam itu sendiri lah yang sudah toleran kepada umat agama lain. 

Hal ini dibuktikan dengan catatan sejarah yang terekam di buku-buku sejarah. Seperti Pada masa Rasulullah saw, beliau dalam Piagam Madinah menyebutkan butir-butir toleransi seperti sikap saling menghormati di antara agama yang ada, tidak saling menyakiti, serta harus saling melindungi. Pernah suatu ketika ada yang mengiringi jenazah Yahudi, beliau SAW, berdiri untuk menghormatinya. Ketika beliau ditanya tentang membantu orang Yahudi, beliau menjawab boleh dan berpahala.

Begitupun pada masa kekhalifahan Abbasiyah, kekuasaan umat Islam saat itu sudah meliputi tiga benua. Para penganut keyakinan animisme dan dinamisme di pedalaman Afrika, hingga kaum musyrik di Asia Utara dan Asia Tengah tetap mendapatkan perlakuan baik dari pemerintahan Islam, termasuk kaum Paganis di Steppa Eurasia yang terbiasa hidup nomaden. Bahkan, saat Islam tersebar di antara kaum Paganis itu, mereka berlomba menjadi para ksatria Islam dengan bergabung dalam akademi-akademi militer yang dibangun oleh para khalifah Abbasiyah. 

Demikianlah ketika Islam jaya, toleransi dalam Islam adalah yang terindah sepanjang masa. Umat selain Islam tinggal berdampingan padahal berbeda keyakinan. Sesungguhnya Allah menciptakan manusia bersuku-suku dan berbangsa-bangsa untuk saling mengenal.

Sebagaimana firman Allah SWT :
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
Artinya: Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti. (QS. Al-Hujurat : 13)

Wallahu'alam bissawab 






Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar