Anjungan Negara Kian Memudar Berdampak Degradasi Moral Remaja Semakin Mengkhawatirkan


Oleh : Rohmatika Dia Rofa

Belum lama ini samarinda kembali terjadi pemberontakan dan saling anarkis dimana pelakunya sekelompok remaja di bawah umur yang menjadi ukuran tolak yang harusnya mereka menabiatkan Pendidikan nomor 1 untuk diampu dan diterapkan dikehidupan yang dimana sebagai pegangan kokoh untuk bekal menjadi cikal generasi demi kemajuan bangsa dan negara.

Telah diberitakan oleh Polresta Samarinda, pada laman website resminya yaitu Personil Sat Samapta Polresta Samarinda bertindak cepat merespons laporan masyarakat terkait tawuran antar pelajar yang terjadi pada Jumat siang, pukul 11.30 WITA. Tawuran ini melibatkan siswa dari SMPN 21 Samarinda dan SMPN 9 Samarinda di Jalan Tongkol, tepat di depan SMPN 21 Samarinda. Sabtu (17/08). Dan ini menjadi respon tercepat dalam menangani namun bukan kah ini bukan satu satunya dalam laman resmi website nya pun di himbau akhir-akhir ini, kasus tawuran pelajar sering terjadi di beberapa wilayah di Indonesia. Pelakunya bukan hanya dari siswa SMA/SMK saja melainkan juga dari siswa SMP.

Untuk mencegah kasus tawuran pelajar dan kasus-kasus kenalakan remaja lainnya, Polsek Kawasan Pelabuhan Samarinda melakukan apel pembinaan kepada semua siswa SMKN 7 Samarinda. Dalam apel pembinaan tersebut, selain diikuti oleh seluruh pelajar, juga dihadiri langsung kepala sekolah dan semua dewan guru. Menyampaikan Dalam kegiatan tersebut Iptu Kasidi, S. H., menghimbau kepada seluruh Siswa-siswi agar mampu menjaga diri dengan baik. Jangan mudah terjurumus dalam pergaulan yang menyesatkan dan bernilai negatif. Yaitu agar jangan minum minuman beralkohol, karena hal itu berdampak buruk, serta menjauhi narkotika dan obat-obat terlarang (narkoba). “Kalian adalah remaja, tumpuan masa depan bangsa. Jauhi perilaku negatif,” dan larangan membawa senjata tajam (Sajam). “Bila tertangkap membawa sajam, termasuk ikat pinggang yang dimodifikasi menjadi senjata akan langsung diproses di Polres Samarinda,” serta mengikuti peraturan standart keamanan berlalu lintas tegasnya.

Degredasi moral remaja yang kian merambah tak terkendali adalah bentuk ketidakstabilan pengawasan dan tanggung jawab yang dimulai dari lingkup pondasi keluarga hingga negara, karena segala bentuk hal serupa yang dimana seharusnya pelajar menjadi terdidik malah semakin buta akan akhlak moral yang merosot jauh ke dalam hal buruk. Berbagai aspek penyebab dimulai dari pergaulan dan kecanggihan akses teknologi yang tak kenal waktu, berbagai kebersimpangan arah pergaulan dan bebas nya dunia saat ini. 

Dan dimana menimba ilmu saat ini banyak yang bertujuan didalam dunia Pendidikan generasi dicetak untuk menjadi pekerja atau entrepreneur, dimana masalah moral sudah susut untuk ditegakkan sebab beban guru yang berlipat-lipat jadi bukan hanya perihal penanganan berbeda-beda peserta didik yang kian bervariasi di tiap Gen nya, yang mana istilah tersebut seperti generasi x hingga z dan saat ini alpha, sampai perlindungan ketat yang merajalela kelewat batas peraturan yang mengikat tentang perlindungan anak dalam aspek yang nyata Pendidikan moral lah yang sedang harus dibangun dan diterapkan. Namun dibelenggu dalam rantai atas nama hukum, yang mana menyebabkan ketidakberdayaan seorang guru, jadi tantangan bukan hanya disisi peserta didik, administrasi yang menggunung berbelitnya mencakup kurikulum dan lain sebagainya. Hingga banyak terabaikan atau bisa kita sebut degresi moral remaja.

Solusi bukan hanya sosialisasi himbauan agar kasus diatas tidak terjadi lagi, jadi negara serta seluruh lapisan Masyarakat memerlukan Kerjasama yang dibalut 1 solidaritas dalam sama-sama menjaga yang dimana ini bisa diwujudkan dengan peraturan yang adil dan sesuai fitrah manusia jadi penyelesaian tuntas tidak hanya menggunakan metode ceramah namun aksi nyata tauladan serta fokus utama dalam dunia Pendidikan yang tujuannya bukan hanya menjadi budak korporasi duniawi namun berbudi luhur highness moral,cerdas dengan landasan keimanan yang kuat. Perwujudan ini tidak bisa terwujud, jika sistem negara masih mengandalkan semua dari pandangan dari aspek kehidupan dijadikan materi yaitu sistem sekuler dimana semuanya dinilai dari segi materi kapitalisme dengan keuntungan materi bernilai namun dengan minim kesadaran. Jadi memang ini problemnya sangat sistemis, harus diselesaikan secara komprehensif dan secara menyeluruh.

Berbeda dengan sistem kehidupan sekuler liberal, sistem kehidupan Islam menghendaki umat untuk melandasi setiap aktivitasnya pada akidah Islam. Penanaman akidah pada umat semestinya dilakukan di berbagai lapisan, mulai dari keluarga, masyarakat, hingga negara. Dengan begitu, seorang remaja akan memiliki akidah yang kuat dan perilakunya akan senantiasa terikat dengan syariat. Di sisi lain, para ibu selaku pendidik pertama dan utama di tengah keluarga, adalah orang yang sangat paham dengan kewajiban utamanya, yaitu mendidik anak-anaknya berbasis akidah Islam serta dengan penuh kasih sayang.

Dari keluarga yang demikian ini, akan lahir generasi yang kuat dalam mengarungi kehidupan bermasyarakat. Untuk itu, pada titik ini, kaum ibu bukanlah orang-orang yang dalam kesehariannya hanya tertarik untuk membesarkan eksistensi dirinya di luar rumah. Begitu pula masyarakat, sistem kontrol masyarakat dalam Islam begitu kuat, tidak seperti sistem sekuler yang individualistis. Hal ini menjadikan seorang muslim akan sangat peduli pada sesamanya. Jika ada yang berbuat maksiat, seperti tawuran, ia akan bersegera menasihati dan berusaha mencegahnya. 

Demikian halnya negara, dalam hal ini Khilafah, adalah institusi yang memiliki kewajiban mengurus dan melindungi umatnya. Khilafah akan sangat serius dalam menjaga akidah umat sehingga mereka senantiasa hidup dalam ketaatan. Negara akan menyaring konten media di tengah-tengah umat agar yang tersisa hanyalah konten positif dan bermuatan dakwah. Adegan kekerasan yang menginspirasi terjadinya tawuran, misalnya, tentu akan dicegah penayangannya. Begitu pun sistem sanksi, negara akan memastikan memberikan hukuman yang menjerakan kepada pelaku kekerasan.


Sistem Pendidikan Islam

Sistem pendidikan Islam yang berlandaskan akidah akan melahirkan generasi yang berkepribadian Islam, yaitu generasi yang memiliki pola pikir dan pola sikap Islam. Keimanan yang selalu ditanamkan oleh para pendidik, akan melahirkan generasi yang bertakwa, yaitu generasi yang senantiasa melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. 

Jangankan tawuran atau kenakalan remaja, para pelajar dalam sistem pendidikan Islam akan mengisi waktu berharganya dengan menuntut ilmu demi keberkahan hidupnya. Ini karena sistem pendidikan Islam menanamkan pada mereka agar dengan ilmunya mereka bisa menyempurnakan ibadahnya sekaligus bermanfaat bagi umat. Inilah yang menjadikan para pelajar menggunakan energi besarnya untuk giat dalam belajar. Para pelajar dalam sistem pendidikan Islam juga akan mampu menjadi individu yang kuat dalam menghadapi berbagai macam persoalan karena ia telah memahami tujuan penciptaan seorang hamba, yakni beribadah pada Allah Taala.

Mereka pun memahami bahwa cobaan hidup adalah wujud kasih sayang Allah pada seorang hamba. Dengan begitu, mereka tidak dipusingkan dengan stres atau masalah kesehatan mental lainnya. Selain itu, sistem pemerintahan Islam dengan kekuatan baitulmalnya akan mengelola sistem pendidikannya secara mandiri tanpa bergantung pada swasta apalagi asing. Meski keberadaan lembaga pendidikan milik swasta diperbolehkan, namun dengan syarat pendidikannya harus berbasis akidah Islam dan kurikulumnya tidak bertentangan dengan tsaqafah Islam. Sehingga degresi emosional remaja dapat tuntas hingga keakar.

Wallahua’lam bissawab




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar