BAHAYA BRAIN ROT BAGI GENERASI MUSLIM


Oleh : Syamsi Widad

Kapan terakhir anda membaca surat kabar/koran/buku/majalah? Apakah saat ini masih mengoleksi semua itu terutama buku? Toko Buku apa yang sekarang masih exis di pasaran? Apakah sering kita membacakan buku kepada anak anak kita? Apakah kita masih membelikan buku bacaan untuk anak kita?kapan mereka membaca buku? Kita mungkin merenung mendengar pertanyaan di atas,mungkin jawabnya sudah lama sekali aktivitas itu dilakukan, apalagi mungkin bagi anak anak kita, generasi Z, Alpha mungkin buku sesuatu yang asing terkesan kuno.  

Digitalisasi informasi yang serba cepat saat ini kiita sering merasa kewalahan oleh banjir informasi yang tak henti-hentinya. Baik berhubungan dengan pekerjaan , hiburan, media sosial, sarana prasarana pendidikan hari ini semua serba digital. Digitalisasi inipun terwujuf dalam bentuk smartphone dengan beraneka bagam merek. Dari smartphone ini dunia berasa dalam tangan kita.

Dalam hal media sosialpun berkembang banyak platform yang berkembang dari FB, Youtube,TIktok hingga X. Para konten kreatorpun makin bebas menuangkan ide ide nya, dari yang gampang sampai yang level serius. Tujuan mereka adalah mendapat dukungan like, keranjang, followers dll sehingga mereka viral dan chuan pun bertambah. Maka dari itu banyak konten yang dibuat “aneh aneh atau nyleneh” dengan alasan menghibur, ga usah mikir, obat kepahitan hidup dll . Konten inipun bebas dikonsumsi mulai dari balita, anak,remaja dewasa.  

Pada titik tertentu ada perasaan lesu, sulit fokus, dan penurunan produktivitas menjadi hal yang umum dialami banyak orang, terutama kaum muda. Fenomena ini dikenal dengan istilah "brain rot" atau pembusukan otak.


Apa itu Brain Rot?

Brain rot atau brainrot (pembusukan otak') adalah istilah gaul yang digunakan untuk mendeskripsikan konten internet dengan kualitas atau nilai yang rendah, dan berdampak negatif baik secara psikologis, kognitif dan lain sebagainya. Sebagai pendeskripsi psikologis, brain rot menggambarkan perihal mengenai penggunaan teknologi secara berlebihan, seperti menghabiskan banyak waktu di dunia maya yang dapat mengakibatkan letargi, pikiran berkabut, kemerosotan fungsi kognitif, dan berkurangnya rentang perhatian pada seseorang. Istilah ini telah digunakan secara daring pada tahun 2004, tetapi mulai populer pada tahin 2023 hingga saat ini. Istilah brain rot seringkali digunakan untuk mendeskripsikan budaya internet Generasi Alfa oleh orang dewasa yang menganggap bahwa anak-anak telah kecanduan terhadap teknologi yang merusak kemampuan mereka untuk berinteraksi di dunia nyata.  


Konten receh, nyleneh, berkualitas rendah itu seperti apa?

Ini tergantung dari mindset pemahaman tiap orang, tapi secara umum konten receh adalah konten yang minim faedah hanya sekedar joke, latah, pamer, bahkan banyak konten laki laki cosplay menjadi perempuan dan sebaliknya, bahkan kalimat kalimat yang kasar kotor tanpa sopan santun dll.


Penyebab Brain Rot

1. Konsumsi media berlebihan
Ini mencakup: 
- Penggunaan media sosial yang kompulsif
- Menonton TV atau streaming video secara berlebihan
- Bermain video game dalam waktu yang lama
- Terus-menerus memeriksa berita online atau "doomscrolling"
Ketika kita menghabiskan terlalu banyak waktu untuk mengonsumsi konten digital, otak kita menjadi kewalahan oleh informasi yang sering kali tidak penting atau bahkan negatif.

2. Pola pikir negatif dan stres kronis
Ketika kita terus-menerus memikirkan hal-hal negatif atau berada dalam keadaan stres yang berkepanjangan, otak kita dapat menjadi "lelah" dan kurang efektif dalam memproses informasi dan mengatasi tantangan sehari-hari.

3. Ketergantungan pada teknologi
Ketergantungan yang berlebihan pada teknologi dapat menyebabkan brain rot. Ini termasuk:
- Selalu memeriksa smartphone untuk notifikasi
- Merasa cemas ketika tidak memiliki akses ke internet
- Menggunakan teknologi sebagai pelarian dari masalah nyata
Ketergantungan ini dapat mengurangi kemampuan kita untuk fokus, berpikir mandiri, dan mengatasi masalah tanpa bantuan teknologi.

4. Kurangnya stimulasi mental positif
Brain rot juga dapat disebabkan oleh kurangnya stimulasi mental yang positif dan bermanfaat. Ketika kita tidak cukup melibatkan otak kita dalam aktivitas yang menantang dan memperkaya, seperti membaca, belajar keterampilan baru, atau memecahkan masalah, kemampuan kognitif kita dapat menurun.


Mengapa Media Sosial Menjadi Pemicu Utama?

Media sosial menjadi salah satu pemicu utama brain rot karena sifatnya yang sangat adiktif. Platform ini dirancang untuk membuat pengguna terus-menerus menggulir konten tanpa henti. Selain itu, komunikasi yang terjadi di media sosial umumnya bersifat satu arah, di mana pengguna hanya menerima informasi tanpa berkesempatan untuk memberikan tanggapan atau memproses informasi secara mendalam.Perubahan cepat dari satu konten ke konten lainnya membuat otak anak tidak punya waktu untuk mencerna dan memahami informasi yang diterima. Akibatnya, otak anak menjadi terbiasa dengan pola pikir yang dangkal dan instan, tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjang.


Dampak Brainrot Di Dunia Nyata

Brainrot sangat berpengaruh di dunia nyata, fenomena itu merupakan pelemahan otak dan daya pikir yang membuat pengguna media sosial menjadi malas berpikir berat. Fenomena ini sering terjadi di kalangan pelajar, misalnya, siswa sering mengeluh tentang tugas sekolah yang menurut mereka terlalu berat. Padahal hal tersebut sudah wajar diberikan kepada siswa, yang sudah ada dari generasi sebelumnya. Jenis konten berdurasi pendek dan bisa dilewati bila ia tidak suka konten tersebut, maka hal itu bisa terbawa ke kehidupan nyata. Ketika mereka tidak menyukai sesuatu, maka mereka cenderung akan menghindari hal itu daripada menyelesaikannya. Selain itu dengan kecanduan konten receh di media sosial juga membuat tingkat kesabaran gen Z melemah. Jika generasi sebelumnya ingin menikmati sebuah hiburan, maka mereka harus menunggu dalam kurun waktu tertentu. Berbeda dengan generasi sekarang yang semua harus instan. Dan jika mereka terlibat masalah, maka mereka lebih memilih untuk meninggalkannya dari pada memperbaiki.

Anak-anak adalah kelompok yang paling rentan terhadap dampak negatif dari brain rot. Di usia ini, otak mereka sedang berkembang pesat dan membutuhkan berbagai rangsangan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan kritis. Namun, konsumsi konten digital secara berlebihan justru membawa efek sebaliknya, yakni :

1. Penurunan Kemampuan Kognitif
Saat anak terus-menerus menggulir linimasa media sosial, otak mereka tidak diberi kesempatan untuk mencerna atau mengkritisi informasi yang diterima. Perubahan cepat dari satu konten ke konten lainnya membuat proses berpikir menjadi dangkal. Akibatnya, kemampuan anak untuk berpikir mendalam atau menganalisis sesuatu menjadi menurun.

2. Hambatan Perkembangan Kreativitas
Kreativitas anak juga terancam saat mereka terlalu bergantung pada konten digital. Konten yang bersifat instan dan sering kali pasif membuat anak tidak terlatih untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu dari imajinasi mereka sendiri.

3. Gangguan Produktivitas
Selain itu, terlalu lama menggunakan media sosial membuat anak kehilangan waktu yang seharusnya dapat dimanfaatkan untuk aktivitas produktif seperti belajar, bermain, atau berinteraksi dengan orang lain secara langsung.

4. Dampak Psikologis
Brain rot juga berdampak pada kesehatan mental anak. Konsumsi konten yang berlebihan, terutama jika konten tersebut tidak relevan atau bahkan negatif, dapat memengaruhi suasana hati dan pola pikir mereka. Anak-anak menjadi lebih rentan terhadap stres, kecemasan, atau bahkan depresi.
 

Secara Teknis Brainrot bisa diatasi dengan cara: 

1. Batasi waktu layar dan konsumsi media
- Dengan mengatur waktu antara scrolling time, medsos,menonton TV, bermain game dan kapan gadget itu harus ditaruh. 
- Memisahkan aplikasi  media sosial yang rentan menimbulkan kecanduan dan menyembunyikan notifikasi. Batasi waktu penggunaan gadget di luar keperluan pekerjaan. Untuk orang dewasa, screen time yang disarankan adalah tidak lebih dari 2 jam per hari, sedangkan anak-anak di bawah 2 tahun sebaiknya tidak diperkenalkan dengan gadget sama sekali.
- Gunakan aplikasi yang dapat membantu melacak dan membatasi penggunaan smartphone Anda.
- Praktikkan "digital detox" secara berkala, di mana Anda menjauh dari semua perangkat elektronik selama beberapa jam atau bahkan hari.
- Mematuhi peringatan jam tidur pada gadget. Biasanya, gadget memiliki fitur sebagai pengingat istirahat,  hal itu harus dipatuhi. 
- Tahu waktu, misalnya mematikan gadget ketika berkumpul dengan orang-orang dan hindari gadget sebelum tidur. Ini berhubungan dengan etika,  jangan  sampai ketika mengobrol dengan orang sambil memainkan gadget, apalagi scrolling. Hal itu bisa menjadi distraksi obrolan dan  lawan bicara merasa tidak didengarkan. 
- Kurangi aplikasi yang tidak penting, makin banyak aplikasi yang terpasang, makin besar keinginan untuk menggunakannya. Pasang aplikasi seperlunya untuk meminimalisir paparan konten berkualitas rendah. 

2. Libatkan diri dalam aktivitas fisik dan sosial
- Lakukan olahraga secara teratur untuk meningkatkan aliran darah ke otak dan melepaskan endorfin.
- Luangkan waktu untuk berinteraksi secara langsung dengan teman dan keluarga.
- Bergabunglah dengan klub atau kelompok yang sesuai dengan minat untuk bertemu orang-orang baru, misal klup olahraga, mengaji sore, melukis,memasak dll.

3. Cari hobi baru yang menstimulasi otak
- Pelajari keterampilan baru, berbahasa asing, belajar memasak dll.
- Mulai membaca buku secara teratur yang sesuai perkembangan usia,
- Kerjakan teka-teki, permainan strategi, atau aktivitas lain yang merangsang otak.
- Adanya aktifitas yang rutin sehingga anak memiliki pola yang teratur.

4. Tidur yang cukup dan berkualitas
- Tetapkan jadwal tidur yang konsisten dan patuhi.
- Buat lingkungan tidur yang nyaman dan bebas dari gangguan elektronik.
- Hindari penggunaan layar setidaknya satu jam sebelum tidur.

5. Kurangi paparan terhadap berita negatif
- Batasi konsumsi berita dari sumber-sumber yang cenderung sensasional.
- Pilih sumber berita yang terpercaya dan seimbang.
- Praktikkan "information diet" dengan memilih konten yang menginspirasi dan memberdayakan.

6. Tingkatkan koneksi sosial yang bermakna. Prioritaskan waktu untuk berinteraksi secara mendalam dengan orang-orang terdeka, dan lingkungan kita serta menjalin komunikasi aktif, penuh perhatian dalam interaksi sehari-hari (sesuai aturan Islam).

7. Keteladanan orang tua, contoh kecil jika kita membatassi game untuk anak maka kita juga demikian dll.
 
Penting untuk dipahami bahwa menjaga kesehatan otak dan mental adalah proses yang berkelanjutan. Penting untuk secara teratur mengevaluasi kebiasaan kita terkait penggunaan media sosial dan membuat penyesuaian yang diperlukan. Dengan melakukan hal ini, kita dapat memastikan bahwa teknologi tetap menjadi alat yang bermanfaat dalam hidup kita, bukan sumber stres atau penurunan kognitif. Jika merasa bahwa brain rot telah secara signifikan mempengaruhi kesehatan mental anak anak atau kita jangan ragu untuk mencari bantuan profesional. Konselor atau terapis dapat memberikan dukungan dan strategi tambahan untuk mengatasi tantangan ini. Dengan kesadaran dan tindakan yang tepat, kita dapat melawan brain rot dan menjaga kesehatan mental kita tetap prima di era digital yang penuh tantangan ini.

Karena dampak psikologisnya besar sekali sedangkan usia anak-anak, otak sedang berkembang serta mengasah kemampuan untuk berpikir kreatif dan kritis. Peran orangtua sangat penting untuk menghindarkan anak dari brainrot. Namun tak cukup hanya peran orang tua saja, untuk mengatasi pembusukan otak bagi anak anak generasi muslim, masyarakat harus saling mengontrol dan perlu kebijakan dan aturan negara dalam hal ini.

Dari sisi Orang tua/keluarga hendaknya mengoptimalkan Pendidikan Aqidah Islam bagi putra putrinya, para ibu , ayahnya juga harus terus belajar mengkaji Islam sehingga memiliki kepribadian Islam. Di luar keluarga yaitu lingkungan masyarakat hendaknya dibangun hubungan saling menasehati, tidak cuek dan tercipta lingkungan nyaman baik tutur kata dan pola sikapnya. Lebih lengkap lagi jika di dukung dengan sarana dan prasana publik yang berbasis pada aturan Islam baik sisi Pendidikan, ekonomi, politik, pemerintahan, hukum & sangsi, pranata sosial. Dengan berbasic aturan Islam di harapkan para konten creator akan malu di hadapan Allah jika membuat konte receh unfaedah.

Seiring dengan hal diatas kehadiran pemimpin yang menerapkan aturan Islam kaffah juga sangat urgen dalam mengatasi brain rot , sehingga pembusukan otak generasi muslim pun terhindarkan dan teratasi. Islam menjaga jiwa akal pikiran fisik dan materi manusia, setiap warga jadi tidak akan membiarkan konten konten yang receh unfaedah berseliweran di dunia maya. Akan ada filterisasi tayangan, konten, materi yang akan masuk dan di serap masyarakat apalagi untuk anak-anak. 

Dengan penerapan Islam kaffah maka orang tua bisa optimal menjalankan perannya, system pendidikan dan sistem lain saling support sehingga menghasilkan generasi bersyahsiah Islam, Inovatif ,kuat siap menerapkan Islam di segala kehidupan, membangun peradapan dan kejayaan Islam di bumi Allah.

Islam adalah agama yang berisi aqidah dan aturan, sudah paten dari Allah untuk diterapkan secara menyeluruh dan pernah terterapkan selama selama ribuan tahun sejak Rasulullah hijrah di Madinah hingga tahin 1924 M. Peradaban Islam mendominasi dunia melahirkan tokoh-tokoh berkualitas yang karya karyanya dikembangkan generasi selanjutnya dan bahkan dapat kita rasakan hingga saat ini. Artinya bahwa pada masa itu jiwa pikiran sangat terjaga di dukung dengan fasilitas dari negara. Paham aliran sesat yang mengancam aqidah, merusak pikiran dan pemahaman di control dan di basmi oleh negara.   

Bertolak dari sini, dari kekayaan islam, dimana pemimpin menerapkan Islam kaffah dan dari fakta kehidupan umat islam saat ini yang selalu banyak problem, ketidak adilan, kedzoliman,kerusakan lingkungan, pemenuhan hidup yang susah dan mahal ,kriminalitas, narkoba, termasuk brain rot yang mengancam anak anak generasi maka apakah kita tidak ingin/bercita cita kembali dalam kehidupan penerapan Islam Kaffah?

Saat ini masalah brain rot hanya di kurangi/diatasi dengan masalah teknis, namun di kemudian hari akan bermunculan istilah lain yang sebenarnya adalah persoalan yang sama yaitu pembusukan otak kaum muslim dengan tujuan utama menjauhkan umat Islam jauh dari aturan Islam. Dan inilah yang perlu disadari di waspadai umat Islam, bahwa yang menjauhkan umat Islam dari aturan islam adalah pemikiran pemahaman Kapitalisme. Serbuan konten receh unfaedah adalah cara yang di pakai untuk membusukkan otak anak anak remaja sebagai generasi muslim. “Platform dan Media Sosial serta digitalisasi“ disediakan sebagai sarana kebebasan ekspresi seolah olah mengakomodir hak asasi setiap manusia. Mirisnya ini di sambut oleh mayoritas kaum muslimin.


BAGAIMANA SIKAP KITA?

Sebagai bentuk kepedulian kita sebgai orang tua dan sebagai anggota mansyarakat dan serta bentuk ketaan kita kepada Allah, maka kita tidak akan membiarkan pembusukan otak ini terus berlanjut. Selain meningkatkan kedekatan hubungan kita dengan Allah, menuntut ilmu, mendoakan dan mendidik anak anak, kita dapat berperan aktif untuk mengoptimalkan opini ini kepada lingkungan kita , menjalin persatuan umat, menyamakan pandangan bahwa harus ada Pemimpin yang menerapkan Islam secara menyeluruh sehingga kehidupan kita, anak anak dan generasi selanjutnya mendapatkan keberkahan hingga akhir dunia ini. 
 




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar