Food, Fun, Fashion, Bukti Nyata Terjajahnya Generasi Muda


Oleh: Nursaroh Hidayanti

Kasus diabetes anak dan remaja terus mengalami peningkatan. Dikutip dari data Changing Diabetes in Children (CDiC), menyatakan bahwa lebih dari 1500 anak di Indonesia hidup dengan diabetes tipe-1 pada tahun 2024 (Kemenkes, 2024). Bukan hanya diabetes, hipertensi juga salah satu penyakit yang sangat menghantui, hipertensi menempati urutan pertama di antara berbagai penyakit dalam hal angka kematian. Pada tahun 2013 hasil pengukuran tekanan darah pada penduduk Indonesia yang berusia di atas 18 tahun menunjukkan peningkatan prevalensi hipertensi, yaitu sebesar 25,8% dan meningkat menjadi 34,1% pada tahun 2018. Perkiraan jumlah kasus hipertensi di Indonesia adalah 63.309.620, dan angka kematian akibat hipertensi sebesar 427.218 (Riskesdas, 2018). Kedua penyakit mematikan ini mayoritas disebabkan oleh gaya hidup tidak sehat, diantaranya konsumsi makanan tidak sehat yang saat ini dengan mudah dijangkau. Sayangnya, bukan hanya dari segi fisik kita dijajah berupa makanan, melainkan dari segi Fun dan Fashion pun kita turut dijajah secara lembut.


Food
 
Food, kita dijajah habis-habisan dari sisi pangan. Penjajahan pangan ini sering disebut dengan istilah gastrokolonialisme. Gastrokolonialisme pertama kali dikenalkan oleh Craig Santos Perez ketika melakukan penelitian di Hawaii, dimana pangan masyarakat digerus oleh impor besar-besaran makanan olahan murah yang berkualitas rendah dari perusahaan-perusahaan multinasional. Kondisi ini juga mewarnai kita hari ini. Pangan kita dikuasai dan dikendalikan oleh pangan ultra proses yang umumnya memiliki kandungan tinggi gula, garam, lemak, dan cenderung tidak sehat. Pangan ini diproduksi secara masal oleh industri korporasi berskala besar. Mirisnya, hanya sedikit orang yang mengerti dan memahami dampak buruk dari gastrokolonialisme ini.
 
Makanan-makanan yang dulunya membutuhkan waktu lama untuk memasaknya, atau bahkan sulit didapatkan dan diolah, kini tersedia dengan mudah di rak-rak toko secara instan. Kemudahan inilah yang ditawarkan oleh para korporasi besar. Kemudahan yang sebenarnya hanyalah ilusi belaka, padahal disisi lain banyak bahaya yang sedang mengintainya. Masyarakat terlena hingga akhirnya tidak peduli lagi pada kandungan nutrisi makanan yang dikonsumsi. Berbagai permasalahan pun mulai bermunculan, mulai dari gizi buruk, diabetes, hipertensi, dan berbagai penyakit serius lainnya yang berhubungan dengan pembuluh darah dan jantung.
 
Penjajahan ini bersifat pelan tapi pasti. Secara perlahan berbagai makanan lokal mulai tergeser atau bahkan suatu saat bisa tersingkirkan. Pola makan tradisional yang sejatinya jauh lebih sehat dengan kandungan nutrisi tinggi, perlahan ditinggalkan oleh para generasi. Sungguh inilah bentuk nyata penjajahan yang amat rapi dan terstruktur, yang sekali dayung dua tiga pulau terlampaui, karena bukan hanya segi pangan saja yang terdampak, melainkan juga dari sisi ekonomi, budaya, dan yang paling terdampak adalah kesehatan.


Fun
 
Fun meliputi berbagai aspek hiburan generasi muda, diantaranya musik dan film. Saat ini, aspek fun sangat mudah diakses dan dijangkau oleh para generasi muda. Para generasi muda dapat dengan mudah menjangkaunya dari telepon genggam melalui media sosialnya. Konten yang disuguhkan di media sosial sangatlah beragam, mulai dari konten edukasi sampai dengan pornografi, tanpa adanya filter apapun dari negara. Setiap orang dapat dengan bebas membuat konten tanpa memikirkan dampak dari konten tersebut. Hingga akhirnya kita dapat dengan mudah menemukan konten yang tidak bermanfaat, mengumbar aurat dan kemaksiatan yang tersebar, dengan view, like, dan komen ribuan bahkan jutaan. Viralnya berbagai hal negatif tersebut tentunya berdampak pada kondisi para pemuda, para pemuda akhirnya menormalisasi hal-hal negatif berbau kemaksiatan tersebut. Kemaksiatan yang dulunya merupakan suatu aib, kini sudah tampak biasa, bahkan dengan bangga disebarkan oleh pelakunya.
 
Saking dekatnya para pemuda dengan media sosial, mengakibatkan media sosial dijadikan standar dalam kehidupan mereka. Standar kehidupan yang seharusnya hanyalah hukum syara, kini beralih menjadi sesuatu yang viral di media sosial. Segala sesuatu yang viral di media sosial akan dengan begitu mudah dan cepat diadopsi oleh para pemuda, tanpa berfikir bagaimana Islam memandangnya.


Fashion

Penjajahan dari segi Fashion begitu lembut hingga banyak yang tak menyadarinya. Fashion yang berjalan begitu cepat (fast fashion) rasanya begitu familiar dan biasa hari ini. Padahal tren ini memiliki dampak yang luar biasa pada diri pemuda ataupun lingkungannya. Banyak brand Fashion yang mengeluarkan produk terbaru dengan begitu cepat, setiap pekan brand-brand tersebut akan mengeluarkan produk terbarunya. Produk baru ini diproduksi secara masal dalam jumlah besar, harga murah, namun kualitas rendah, sehingga jangka waktu penggunaannya pun relatif singkat. Generasi muda yang mudah fomo akan sesuatu baru, akan turut mengikuti arus dari trend ini. Mereka akan membeli pakaian model terbaru yang akan mereka kenakan agar nampak kekinian. Mereka akan terus mengejar pakaian model terbaru lantas meninggalkan dan membuang pakaian-pakaian lamanya. Pakaian ini akan dibuang, mencemari lingkungan, sekaligus menguras uang mereka. Generasi muda diperbudak oleh fashion kekinian tanpa mempertimbangkan bagaimana hukum syara memandang, mereka tidak peduli.

Berbagai macam fashion yang viral akan dengan cepat diadopsi oleh para pemuda, meskipun fashion tersebut tidak sesuai dengan syariat Islam. Fashion yang seharusnya tetap mengikuti standar Islam, jadi diubah sedemikian rupa sesuai selera tanpa memperhatikan bagaimana syariat Islam memandangnya. Saat ini kita dengan mudah temui fashion melenceng kaum muslim, mulai dari hijab punuk unta, khimar yang tidak menutup dada, celana ketat, baju ketat terbuka, dan berbagai fashion nyleneh yang sebenarnya sudah jelas dilarang dalam syariat Islam. 


Bagaimana Islam Memandang?
 
Kaum muslim jelas secara terang benderang dijajah dari ketiga hal tersebut, yaitu food, fun, dan fashion. Islam sudah mengatur dengan jelas terkait ketiga hal tersebut.

Pertama, Allah memerintahkan manusia untuk makan makanan yang halal dan thayib. Allah berfirman; "Wahai manusia, makanlah dari (makanan) yang halal dan baik (thayib) yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu." – (Q.S Al-Baqarah: 168)

Jelaslah perintah Allah tersebut bahwa kita diperintahkan untuk makan makanan bukan hanya sekedar halal, tetapi juga thayib/baik. Maksud dari makanan yang baik adalah makanan yang tidak memberikan dampak negatif untuk tubuh dan bermanfaat untuk tubuh, sehingga dapat menunjang kita dalam melaksanakan ketaatan. Maka jelas bahwa seharusnya standar kita makan sesuatu bukanlah dari sesuatu yang viral ataupun keinginan nafsu semata, melainkan dari hukum syara. Allah telah menciptakan makanan yang halal dan thayib untuk manusia berbagai macam bentuknya, kita yang harus lebih bijak dalam memilihnya. 

Kedua, dari sisi fun Islam pun telah mengaturnya, diantaranya Allah memerintahkan untuk menundukkan pandangan dan melakukan berbagai hal yang memicu terjadinya syahwat. Perintah menundukkan pandangan tidak hanya berlaku di dunia nyata, melainkan di seluruh aspek kehidupan kita. Maka jelas haram hukumnya ketika kita melihat aurat dan kemaksiatan yang bertebaran dimana mana. Kita seharusnya menghindari berbagai macam kemaksiatan tersebut, bukan menormalisasi atau bahkan menikmatinya sebagai sarana hiburan.

Ketiga, dari sisi Fashion Allah juga telah mengaturnya. Allah telah mengatur fashion seorang muslim sedemikian rupa, bukan karena Allah mengekangnya, melainkan karena Allah sangat memuliakannya. Allah perintahkan setiap muslim untuk menutup auratnya, sehingga haram hukumnya ketika mengikuti trend fashion tapi melupakan esensi dari menutup aurat. Cara menutup aurat pun dijelaskan dalam Islam, yang mana untuk seorang perempuan diwajibkan mengenakan jilbab (gamis), Khimar (kerudung), dan mihna (pakaian rumahan). Jilbab yang digunakan haruslah longgar dan tidak nerawang. Khimar yang diperintahkan oleh Allah pun tidak boleh nerawang, menutupi dada, dan tidak berpunuk unta. Bukan hanya itu, Allah juga melarang adanya tabaruj di depan nonmahramnya.


Bagaimana Peran Negara?

Disisi lain, seharusnya negara berperan aktif dalam menjaga rakyatnya. Negara seharusnya bukan hanya menjadi regulator para industri besar makanan ultraproses, dan mengabaikan kesehatan rakyatnya. Ketika negara berperan aktif dan positif dalam menangani hal ini, maka tidak akan mungkin dengan mudah dijumpai berbagai makanan-makanan tidak thayib tersebut memenuhi rak-rak swalayan kita. 

Dari sisi fun dan fashion, seharusnya negara memiliki kontrol yang sesuai dengan hukum syara. Tidak menampilakan aurat ataupun segala sesuatu yang berbau kemaksiatan. Fashion pun demikian, negara harus bisa mengontrol setiap fashion yang ada. Fashion yang ada haruslah sesuai dengan hukum syara bukan hanya sesuai keinginan semata. Generasi muda yang harusnya bisa memanfaatkan segala potensinya untuk kemajuan peradaban, sungguh sayang jika hanya disibukkan dengan penampilan.

Demikian sempurnanya pengaturan Allah kepada setiap hambaNya. Ketika kita manusia melakukan segala perintah Allah secara sempurna, serta tidak latah dengan berbagai trend yang ada, maka tiada lain kemuliaanlah yang akan kita dapatkan nantinya. Wallahu a’lam bishowab.



Sumber: https://www.kompas.com/food/read/2024/09/13/115326975/menggugat-gastro-colonialism.
https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/blog/20240110/5344736/saatnya-mengatur-si-manis/






Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar