Generasi Terbaik Terjegal ‘Brain Rot’


Oleh : vieDihardjo (Ketua Komunitas Ibu Hebat) 

Belakangan ramai istilah ‘brain rot’ merujuk pada perasaan yang dialami oleh seseorang setelah menghabiskan beberapa waktu untuk scrooling di media sosial tanpa tujuan, tanpa berfikir dan menikmati konten-konten ‘receh’ yang terdapat didalamnya. Mengutip BBC penggunaan istilah ‘brain rot’ semakin peningkatan sebesar 230 persen dari tahun 2023 hingga 2024. CEO di HK Strategies Indonesia, Marianne Admardatine, mengatakan “Kami telah menemukan bahwa konten kreatif yang disnggap paling efektif dalam menangkap perhatian generasi ini diantaranya meme lucu alias “receh”, parodi, video slapstick,copywriting sinis dan lainnya,” (www.asumsi.co 23/4/2021. Data Badan Pusat Statistik dari Susenas Maret 2023 menunjukkan bahwa akses internet paling banyak digunakan peserta didik usia 5-24 tahun dengan tujuan hiburan. Sebanyak 86,65% peserta didik tampak menggunakan internet untuk mengakses konten-konten hiburan.)

Pew Research mencatat bahwa 85 persen remaja mengakses youtube secara rutin dan menjadikannya platform yang paling populer bagi mereka. TikTok juga telah menjadi sangat populer, terutama karena konten video pendek yang cepat dan menghibur. Business Insider melaporkan bahwa Generasi Z lebih menyukai konten video pendek dengan durasi di bawah satu menit, yang mereka anggap lebih menarik dan mudah dicerna (www.kumparan.com 7/6/2024). Sehingga konten semacam vlog, tutorial dan hiburan dengan durasi kurang dari 30 menit lebih digemari dan terjadi ‘repetisi’ menonton konten serupa di media sosial. Fakta sebaliknya Gen-z kurang menyukai konten yang memerlukan konsentrasi tinggi dan durasi yang panjang. 

Gen-z adalah kelompok yang memiliki resiko tinggi mengalami ‘brain rot’ karena mereka adalah generasi yang dilahirkan dimasa teknologi berkembang dengan pesat dan mereka juga menggunakan teknologi secara masif dalam kehidupan mereka. Menurut psikolog konsultan dan pendiri The Chelsea Psychology Clinic, Dr Elena Touroni, ‘brain rot’ adalah perasaan terkuras atau tumpul secara mental setelah berjam-jam menggulir media sosial, menonton acara secara maraton, atau terlibat dalam materi yang tidak menantang atau merangsang pikiran,”(www.lajur.co 4/12/2024). Sehingga ‘brain rot’ atau pembusukan otak adalah keadaan atau perasaan tidak bersemangat atau mati rasa karena menonton konten yang berkualitas rendah secara berulang-ulang. Menurut Craig Jackson, profesor psikologi kesehatan kerja di Birmingham City University, pembusukan otak yang dimaksud bukanlah terjadi perubahan fisik pada otak atau saraf, melainkan pada kognitif atau perilaku. 

Dampak ‘brain rot’ atau pembusukan otak nampak pada perubahan perilaku hingga gangguan kesehatan mental. Misalnya, berkurangnya produktivitas, sulit fokus, tidak tahan tekanan, berkurang kemampuan ‘problem solving’ hingga menghindari hal-hal yang membutuhkan pemikiran mendalam. Gangguan mental yang bisa terjadi, misalnya, stress, cemas, insecure, overthinking, insomnia, rasa tidak puas yang terus menerus karena membandingkan hdupnya dengan konten yang ditonton, rasa bersalah karena menghabiskan waktu, hingga kesulitan menetapkan tujuan hidup. Potensi terjadinya ‘brain rot’ diprediksi akan terus meningkat pada gen-z atau gen-net, kelompok usia yang sangat tergantung pada internet dan media sosial. 

Peningkatan tersebut semakin didorong oleh sistem kehidupan kapitalistik, dimana materi atau keuntungan menjadi tujuan dalam setiap aktivitas dan kebijakan yang dilahirkan oleh negara dan tidak mempertimbangkan dampak yang terjadi. Maka konten receh akan terus diproduksi selama itu menguntungkan dan menghasilkan materi. Negara tidak menjadi filter konten-konten yang bisa merusak masa depan generasi bangsa. 

Sistem islam melahirkan generasi terbaik (khoiru ummah) 
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتابِ لَكانَ خَيْراً لَهُمْ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفاسِقُونَ
“Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Ali Imran: 110)

‘Brain rot’ akan dicegah didalam sistem islam. Bahkan sejak 1400 tahun yang lalu islam telah fokus melahirkan pemuda-pemuda terbaik dengan peran peradaban yang masih bisa dimanfaatkan hingga hari ini. Sejak dini para pemuda islam telah dibina aqidahnya (keimanannya) bukan hanya melalui keluarga dan masyarakat, namun negara juga mengambil peran besar melalui sistem pendidikan islam juga sistem informasi. Sebagaimana Allah berfirman, 
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اٰمِنُوْا بِاللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ وَالْكِتٰبِ الَّذِيْ نَزَّلَ عَلٰى رَسُوْلِهٖ وَالْكِتٰبِ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ مِنْ قَبْلُۗ وَمَنْ يَّكْفُرْ بِاللّٰهِ وَمَلٰۤىِٕكَتِهٖ وَكُتُبِهٖ وَرُسُلِهٖ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلٰلًاۢ بَعِيْدًا
“Wahai orang-orang yang beriman! Tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya (Muhammad) dan kepada Kitab (Al-Qur’an) yang diturunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya.” Barang siapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sungguh, orang itu telah tersesat sangat jauh.“ (QS. An Nisa‘: 136)

Aqidah (keimanan) adalah pondasi kokoh yang akan menjadi standar pemikiran dan perilaku para pemuda. Apabila pondasi kokoh, akan menjadi benteng bagi semua pemikiran dan perilaku yang merusak. Para pemuda harus menyadari bahwa dirinya adalah hamba Allah yang memiliki misi penciptaan dirinya untuk beribadah kepada Allah bukan untuk bersenang-senang saja di dunia. Allah berfirman, 
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
“Dan tidaklah Kami ciptakan jin dan manusia, kecuali untuk beribadah.“ (QS. Adz–Dzariyat: 56)

Para pemuda terbaik menjadikan Rasulullah SAW sebagai suri tauladan dalam pemikiran dan perilaku. Menjadikan Rasulullah sebagai idola yang patut dicontoh sebagai pribadi, juga sebagai ‘role model’ sebagai pemimpin umat. Para pemuda terbaik meyakini bahwa Al Qur’an dan sunnah adalah pedoman dalam menjalankan kehidupan. Diterapkan dalam seluruh aspek kehidupannya tanpa dipilih dan dipilah sesuai dengan hawa nafsunya saja. Allah berfirman, 
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا ادْخُلُوْا فِى السِّلْمِ كَاۤفَّةً ۖوَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِۗ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ
“Wahai orang-orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam secara kaffah, dan janganlah mengikuti langkah-langkah setan, karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu.“ (QS. Al Baqarah: 208)

Para pemuda terbaik adalah para pemuda yang senantiasa memperhatiikan apa yang terjadi disekitarnya dan melakukan aktivitas amar ma’ruf nahi mungkar alias dakwah ideologis, dakwah menyampaikan islam secara keseluruhan ‘kaffah’. Allah berfirman, 
وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ
“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.“ (QS. Ali Imran: 104). 

Para pemuda terbaik senantiasa bersungguh-sungguh berjuang agar islam kaffah bisa diterapkan dalam institusi negara melalui peran aktif dalam perang pemikiran (ghawzul fikr). Perang pemikiran antara pemikiran kapitalistik sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan dengan pemikiran islam yang menjadikan Al qur’an dan sunnah sebagai pedoman bagi seluruh aspek kehidupan manusia. Pemuda dengan aqidah (keimanan) yang kokoh dan kesadaran penuh posisinya sebagai hamba Allah dan misi penciptaannya didunia akan mendorong lahirnya peradaban yang gemilang, sebagaimana ilmuwan-ilmuwan islam yang memberi manfaat luar biasa bagi peradaban islam. MIsalnya, Ibn Sina dalam bidang kedokteran , Ibn Firnas dalam dunia penerbangan, Ibn Al-Haytam dalam bidang fisika, Mariam Al-Astrolabiya dalam bidang astronomi, Fatimah Al-Fihri pendiri universitas pertama kali, dan masih banyak para ilmuwan islam yang penemuannya masih digunakan hingga kini. 

Peran negara mutlak diperlukan untuk melahirkan pemuda-pemuda terbaik yang akan membangun sebuah peradaban gemilang dengan cara negara menerapkan islam secara keseluruhan ‘kaffah’ dalam semua aspek, termasuk pendidikan dan sistem informasi sehingga ‘brain rot’ tidak terjadi dan merusak para pemuda penerus peradaban gemilang. 

Wallahu’alam bisshowab.





Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar