Oleh : Riska Azizah (Generasi Peduli Umat)
Penderitaan rakyat Palestina tak kunjung usai. Derita itu mereka rasakan nyaris setiap hari. Sungguh, ini adalah sebuah realitas, bukan hanya sekadar persepsi belaka. Hal itu disebabkan oleh tindak genosida yang terus dilakukan tanpa henti oleh kaum entitas Zion*s Yahud*.
Serangan dan gencatan senjata terus dilakukan oleh kaum Zion*s Yahud* lewat jalur Gaza sejak peristiwa 7 Oktober 2023. Akibat dari serangan tersebut, banyak menewaskan lebih dari 45.200 orang, yang sebagian besar adalah anak-anak dan juga perempuan. Antara.com, (23/12/2024).
Dilansir Antara.com, Setidaknya 14.500 anak Palestina telah meninggal dunia. Dalam setiap jam, satu anak tewas. "Ini bukan hanya sekadar angka, melainkan banyaknya nyawa yang melayang," ungkap UNRWA. (25/12/2024).
UNRWA pun memperingatkan bahwa anak-anak di Gaza sedang dihadapkan dengan risiko kematian yang disebabkan oleh dinginnya cuaca. Ketidakadaan pengungsian yang layak mengakibatkan 3 anak Palestina tewas di dalam tenda kamp pengungsian karena kedinginan (REPUBLIK.com, 29/12/2024).
Saat ini, tingkat kekejaman Yahudi semakin menjadi. Serangan yang dilakukan semakin brutal, sehingga banyak menghancurkan fasilitas penting seperti gedung-gedung, bangunan-bangunan, dan sekolah-sekolah. Bahkan, fasilitas kesehatan utama yang masih beroperasi di Gaza Utara, yaitu Rumah Sakit Kamal Adwan, turut menjadi sasaran. (Organisasi Kesehatan Dunia/WHO, Jumat, 28/12/2024).
Atas kekejian Yahud* tersebut, banyak anak-anak yang harus kehilangan anggota keluarga mereka. Mereka harus menjalani hidup seorang diri. Fisik mereka terluka, pendidikannya suram, bahkan mereka kehilangan harapan. Selain terluka secara fisik, mereka juga jelas terluka secara mental.
Melihat kondisi Palestina dan Gaza yang terbantai habis, kaum Muslimin tak bisa tinggal diam. Mereka juga tidak bisa mengharapkan solusi dari dunia internasional. Dunia seakan tak mampu berbuat apa-apa, padahal seharusnya mereka mampu mengerahkan seluruh bala tentaranya untuk membantu saudara-saudari kita di Palestina dan Gaza. Selama ini, mereka hanya sibuk mengecam dan mengirimkan bantuan berupa obat-obatan, makanan, kain kafan, dan lain-lain.
Nyatanya, tak ada satu pun pemimpin negeri kaum Muslim yang menjadikan Palestina sebagai tujuan utama untuk dibebaskan. Mirisnya lagi, mereka justru menyetujui solusi dua negara yang disuguhkan oleh PBB untuk Palestina. Hal tersebut semakin menunjukkan bahwa keberpihakan pemimpin negeri kaum Muslim kepada Palestina hanyalah pencitraan belaka untuk menunjukkan simpati. Keberpihakan pemimpin kaum Muslim tidak murni tulus dari hati mereka untuk kemaslahatan negeri para nabi.
Bagaimana bisa PBB menawarkan solusi dua negara untuk Palestina, padahal jelas bahwa Zion*s adalah pendatang dari Eropa? Sementara itu, rakyat Palestina adalah penduduk asli yang telah tinggal ratusan tahun di sana. PBB menawarkan agar tanah Palestina dibagi dua. Bahkan, uniknya lagi, orang-orang pendatang seperti Zion*s justru diberikan tanah-tanah yang subur, sedangkan para penduduk asli dipaksa pindah dari tanahnya.
Dilihat dari hal tersebut, seolah seorang tuan rumah yang menolong seorang tamu terlunta-lunta tiba-tiba diminta untuk membagi dua rumahnya sendiri. Bahkan, ia diusir dari tempat ternyamannya dan dipaksa tinggal di bagian-bagian rumah yang tidak bagus.
Semakin tampak jelas bahwa Zion*s bukan membela diri sebagaimana yang terus dinyatakan dan diopinikan oleh para pendukungnya. Melainkan, mereka ingin melakukan serangan untuk menggeser dan mengusir penduduk Palestina dari tanahnya.
Begitu kejam dan tidak adilnya dunia saat ini bagi saudara-saudari kita di Palestina, Gaza, maupun bagi seluruh negeri kaum Muslim. Seharusnya kaum Muslim sadar bahwa tidak akan ada keadilan bagi seluruh kaum Muslim, baik di Palestina maupun di seluruh negeri Muslim lainnya, jika masih menerapkan sistem kapitalisme. Kapitalisme itu sendiri adalah sistem yang lahir dari rahim para penjajah, yakni musuh-musuh Islam Kapitalisme itu sendiri adalah sistem yang lahir dari rahim para penjajah, yakni musuh-musuh Islam. Maka, sistem kapitalisme jelas akan membukakan jalan bagi para penjajah untuk membantai seluruh warga Palestina, terutama anak-anak.
Sebagaimana yang telah Allah sampaikan dalam firman-Nya: "Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu (Muhammad) sebelum engkau mengikuti agama mereka. Maka katakanlah sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi penolong dan pelindung bagimu." (QS. Al-Baqarah [2]: 120)
Oleh sebab itu, kaum Muslim seharusnya punya gerakan tersendiri untuk mengupayakan kebebasan Palestina, yakni dengan menyatukan pemikiran, perasaan, dan peraturan untuk berusaha menyadarkan umat yang sedang terbelenggu oleh penjara pemikiran yang dimainkan oleh kaum entitas Zion*s.
Kaum Muslim terlebih dahulu harus terbebas dari belenggu akal pemikiran yang telah lama mengakar kuat di kepala mereka. Sebab, yang menjadi penghalang kaum Muslim adalah penjara pemikiran.
Sebagaimana Perdana Menteri Isra*l, Golda Meir, pernah berkata: "Pada suatu malam, aku pernah membakar Masjidil Aqsa. Kemudian setelah itu, aku tidak bisa tidur. Aku takut bangsa Arab akan berbondong-bondong memasuki Israel dari segala penjuru. Tetapi setelahnya, aku baru sadar bahwa ternyata kami bisa berbuat sesuka kami karena sesungguhnya kami sedang berhadapan dengan 'umat Islam yang sedang tertidur'."
Setelah kebangkitan umat dari belenggu pemikiran, maka seluruh pemuda, terutama di Timur Tengah, akan digerakkan untuk melawan rezim mereka dan bangkit mengambil peran dalam pembebasan Palestina.
Hal ini hanya dapat dilakukan oleh partai politik Islam ideologis yang akan menjadi pemimpin seluruh umat dan melakukan pengkaderan kepada para pemuda dengan pemahaman politik dan tsaqofah Islam. Dengan demikian, dapat terbentuk sosok pemuda yang berkepribadian Islam. Ini merupakan langkah awal untuk melahirkan kader-kader dakwah guna mengantarkan umat menuju kebangkitan yang hakiki.
Mereka juga akan menuntut tegaknya daulah khilafah dan mengangkat seorang pemimpin yang akan memimpin seluruh kaum Muslim untuk membebaskan Palestina. Penguasa muslim dalam daulah khilafah punya kekuatan nyata yakni mempersatukan seluruh kaum muslim dalam jihad, mengerahkan tentara dan segala persenjataan militer yang dimiliki untuk digunakan dalam membebaskan Palestina. Tak hanya Palestina saja, tetapi juga seluruh negeri Muslim yang sedang terjajah. Khilafah akan berperan sebagai junnah (perisai) untuk melindungi seluruh umatnya.
Sebagaimana pada masa kejayaan Islam Khilafah mampu memimpin dunia selama kurang lebih 13 abad dan mampu menaklukkan 2/3 dunia. Seluruh masyarakat nya aman, sejahtera bukan hanya sekadar kaum muslim melainkan seluruh umat tanpa terkecuali kaum non-muslim.
Wallahu a'lam bishshawab.
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar