KHUTBAH JUM'AT : NEGARA WAJIB MELINDUNGI KEPEMILIKAN UMUM


KHUTBAH PERTAMA

إنَّ الْحَمْدَ لِلهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا.
اللهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلًا نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا. أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى: 
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَأْكُلُوْٓا اَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ اِلَّآ اَنْ تَكُوْنَ تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِّنْكُمْۗ وَلَا تَقْتُلُوْٓا اَنْفُسَكُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيْمًا 

Alhamdulillâhi Rabbil ‘Âlamin, Segala puji bagi Allah Subhânahu Wa Ta’âlâ yang telah menganugerahkan kita nikmat iman dan Islam, serta mempertemukan kita di tempat yang diberkahi ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad Shallallâhu alaihi wasallam, beserta keluarga, sahabat, dan seluruh umatnya hingga akhir zaman.
Bertakwalah kepada Allah. Sungguh ini adalah benteng terakhir kita di tengah kehidupan akhir zaman saat ini. Dan sungguh, hanya dengan takwa kita akan selamat di dunia dan akhirat.

Hadirin jamaah jumah rahimakumullâh,
Misteri pagar bambu sepanjang 30 km di Pantai Tangerang akhirnya terungkap. Pemasangan pagar tersebut dilakukan oleh pihak swasta, bukan warga nelayan seperti yang diklaim sejumlah tokoh dan ormas. Kawasan itu ternyata telah dikapling oleh dua perusahaan dengan total 263 Hak Guna Bangunan (HGB), meski hal ini melanggar putusan MK Nomor 85/PUU-XI/2013 yang melarang pemanfaatan ruang HGB di atas perairan. Menteri Agraria Tata Ruang/BPN Nusron Wahid dan Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengungkapkan bahwa pengkaplingan laut juga terjadi di berbagai daerah lain, seperti Batam, Surabaya, hingga Sidoarjo, dengan total 169 kasus. Di Sidoarjo sendiri, pengkaplingan laut mencapai 657 hektare.
Pemasangan pagar dan pengkaplingan laut yang merugikan nelayan dengan membatasi ruang tangkap, menambah jarak pelayaran, meningkatkan risiko kerusakan kapal, serta mengancam ekosistem menunjukkan tidak hadirnya peran negara dalam menjaga kedaulatan wilayah dan melindungi masyarakat. Masyarakat juga mempertanyakan bagaimana pihak swasta bisa memperoleh HGB atau SHM di atas laut meskipun telah dilarang oleh Mahkamah Konstitusi.

Hadirin jamaah jumah rahimakumullâh,
Konstruksi pagar bambu di Laut Pantura dinilai Walhi tidak efektif untuk mencegah abrasi laut. Sebaliknya, pagar ini justru menyebabkan kerusakan lingkungan, seperti menghambat arus laut, memicu kekeruhan, dan menumpuk sedimen. Kekhawatiran rakyat meningkat dengan dugaan adanya permufakatan jahat antara pejabat dan pengusaha, yang memfasilitasi pemagaran hingga terbitnya HGB dan SHM di kawasan laut. 
Kekhawatiran ini makin bertambah karena Proyek Strategis Nasional (PSN) sering dikaitkan dengan konflik agraria, sebagaimana dilaporkan KPA, di mana 36 dari 79 kasus konflik agraria infrastruktur tahun 2024 berasal dari pengadaan tanah untuk PSN. Islam memberikan perlindungan tegas atas hak milik, baik pribadi, umum, maupun negara, sebagaimana disampaikan
Rasulullah Shallallâhu alaihi wasallam dalam Khutbah Wada‘ menegaskan:

فَإِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ وَأَعْرَاضَكُمْ بَيْنَكُمْ حَرَامٌ عَلَيْكُمْ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا، فِيْ شَهْرِكُمْ هَذَا، فِيْ بَلَدِكُمْ هَذَا

"Sungguh darah kalian, harta kalian dan kehormatan kalian itu haram atas kalian seperti haramnya hari ini, bulan ini dan negeri ini.“ (HR al-Bukhari dan Muslim). 

Negara wajib menjaga hak rakyat dan tidak boleh merampas lahan rakyat, kecuali atas dasar keridhaan pemiliknya. Hal ini sesuai dengan firman Allah Subhânahu Wa Taâlâ surah an-Nisâ ayat 29:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ إِلَّا أَنْ تَكُونَ تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِنْكُمْ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian saling memakan harta sesama kalian secara batil, kecuali dengan jalan perniagaan atas dasar keridhaan di antara kalian.” (TQS an-Nisâ’ [4]: 29). 

Dalam Islam, kawasan laut dikategorikan sebagai milik umum yang harus terbuka untuk dimanfaatkan banyak orang, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam: 
الْمُسْلِمُونَ شُرَكَاءُ فِي ثَلَاثٍ فِي الْمَاءِ وَالْكَلَإِ وَالنَّارِ وَثَمَنُهُ حَرَامٌ
“Kaum Muslim berserikat (memiliki hak yang sama) dalam tiga hal: air, rumput dan api. Dan harganya adalah haram.” (HR Ibnu Majah No.2463).
Pemagaran kawasan laut dan pemberian izin eksklusif kepada segelintir pihak adalah tindakan zalim karena membatasi akses Masyarakat dan menimbulkan kemadaratan. Islam melarang pembatasan akses terhadap milik umum, sebagaimana dulu Nabi Shallallâhu alaihi wasallam pernah bersabda: “Mina adalah tempat singgah bagi siapa saja yang datang lebih dulu.” (HR. at-Tirmidzi). Pengelolaan kawasan laut harus memperhatikan kemaslahatan umum dan mencegah kerugian bagi masyarakat, sebagaimana ajaran Islam yang memerintahkan untuk mencegah segala bentuk kezaliman.
Permufakatan jahat antara penguasa dan kapitalis yang menyebabkan privatisasi kawasan publik adalah pengkhianatan terhadap rakyat. Allah Subhânahu Wa Ta’âlâ memperingatkan dalam surah al-Anfâl ayat 27:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَخُوْنُوا اللّٰهَ وَالرَّسُوْلَ وَتَخُوْنُوْٓا اَمٰنٰتِكُمْ وَاَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ
“Janganlah kalian mengkhianati Allah dan Rasul-Nya, dan jangan pula kalian mengkhianati amanat-amanat yang telah dipercayakan kepada kalian.” (TQS al-Anfâl [8]: 27). 
Pengkhianatan ini sering terlihat dalam kebijakan yang memberikan kepemilikan umum kepada pihak swasta, meski merugikan rakyat. Islam mengajarkan bahwa tindakan zalim akan mendapat balasan berat dari Allah Subhânahu Wa Taâlâ, sebagaimana firman-Nya dalam surah an-Nahl ayat 61:

وَلَوْ يُؤَاخِذُ اللّٰهُ النَّاسَ بِظُلْمِهِمْ مَّا تَرَكَ عَلَيْهَا مِنْ دَاۤبَّةٍ وَّلٰكِنْ يُّؤَخِّرُهُمْ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّىۚ
“Seandainya Allah menghukum manusia karena kezaliman mereka, niscaya Dia tidak meninggalkan satu makhluk melata pun di atasnya (bumi), tetapi Dia menangguhkan mereka sampai waktu yang sudah ditentukan.” (TQS an-Nahl [16]: 61).

Hadirin jamaah jumah rahimakumullâh,
Permasalahan lahan dan penguasaan laut menunjukkan kerusakan sistem kapitalisme yang hanya menguntungkan segelintir orang sambil menindas rakyat. Sebaliknya, Islam menawarkan keadilan melalui pengaturan kepemilikan yang berasal dari Zat Yang Mahaadil, serta sistem ekonomi berbasis iman dan takwa untuk menciptakan keberkahan. Islam juga menetapkan pemimpin yang bertakwa dan melayani rakyat dengan ikhlas demi ridha Allah Subhânahu Wa Ta’âlâ. Namun, keadilan ini hanya dapat terwujud dalam naungan Khilafah Islamiyah sebagai institusi yang menegakkan syariah secara sempurna.
Oleh karena itu, pengelolaan kawasan laut harus berlandaskan syariat Islam yang melindungi hak milik rakyat dan mencegah eksploitasi oleh pihak yang hanya mengejar keuntungan pribadi. Negara memiliki kewajiban untuk menjaga keadilan, melindungi hak rakyat, dan memastikan sumber daya milik umum dapat dimanfaatkan secara optimal oleh seluruh masyarakat tanpa menyebabkan kerusakan atau konflik. WalLâhu a’lam bi ash-shawâb. []

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ





KHUTBAH KEDUA

اَلْحَمْدُ لِلهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إِلَى رِضْوَانِهِ، اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ؛ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُواللّٰهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَّى بِمَلآ ئِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ، وَقَالَ تَعاَلَى: إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ، وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ، وَارْضَ اللهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ، أَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِي، وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ، وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءَ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ، وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيْنَ، وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ، وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ، وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَاْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ، وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ بُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ، رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar