Oleh: Rifdah Reza Ramadhan, S.Sos.
Pemuda termasuk di dalamnya mahasiswa memiliki peran penting dalam mewujudkan perubahan sosial. Terlebih dengan keadaan sosial hari ini yang dipenuhi berbagai permasalahan membuat pemuda perlu untuk berkaca dan melihat berbagai potensi yang dimilikinya.
Keaktifan pemuda sebetulnya sudah mulai banyak terealisasikan dalam upaya mengkritisi berbagai isu, salah satunya terkait kenaikan Pajak Pertambahan Negara atau PPN. Sebagaimana penolakan yang dilakukan Badan eksekutif Mahasiswa Universitas Airlangga atau BEM Unair yang menolak kenaikan PPN sebesar 12% dari yang semula 11%. Penolakan tersebut dilakukan oleh BEM Unair setelah melakukan kajian komprehensif dan mendalam mengenai dampak kenaikan PPN terhadap masyarakat. (beritajatim.com, 21/12/2024).
Hal serupa juga dilakukan oleh perkumpulan mahasiswa hingga K-popers yang turun ke jalan di depan Istana untuk menyuarakan aksi mereka menolak kenaikan PPN 12% yang mulai diterapkan pada 1 Januari 2025. (kompas.com, 19/12/2024). Tidak ketinggalan Aliansi BEM Seluruh Indonesia pun mengadakan Seruan Konsolidasi untuk mengawal kenaikan PPN 12% secara online pada 22/12/2024.
Atas hal itu dapat dilihat bahwa kesadaran politik pemuda sudah muncul. Namun untuk menghasilkan solusi menyeluruh, kesadaran ini hendaknya dibersamai dengan kesadaran politik Islam sebagaimana upaya untuk mencetak perubahan hakiki.
Mengapa demikian? Sebab, kebijakan zalim yang membebani masyarakat hari ini adalah buah dari berdirinya sistem kapitalisme. Sistem inilah yang menjadi akar dari lahirnya kebijakan-kebijakan yang menyengsarakan ini. Atas hal itu, pemuda tidak bisa berhenti dengan sistem yang sama untuk menyelesaikannya. Sebab yang didapat hanyalah solusi sementara yang tidak menyelesaikan.
Hendaknya pemuda menyatukan visi untuk perubahan menyeluruh, adanya solidaritas, saling menguatkan identitas kolektif sebagai umat Islam, menghindari polarisasi, memperkuat peran media, dan lain sebagainya. Hal ini selaras pula dengan Islam sebagaimana bukan hanya berbicara terkait ibadah saja, tetapi juga membentuk cara berpikir yang menyeluruh supaya pemuda mampu menyikapi tantangan dan permasalahan di tengah masyarakat dengan baik dan benar.
Atas hal itu, sudah saatnya posisi strategis pemuda dikomandoi dengan sebaik-baiknya landasan yaitu Islam. Sebab sistem kapitalisme hanya mampu melahirkan ketimpangan sosial dan ekonomi. Sedangkan Islam menawarkan pandangan menyeluruh yang mencangkup aspek spiritual, sosial, dan politik.
Dengan demikian mempelajari pendidikan politik berbasis Islam adalah hal yang sangat penting, di situlah dapat terbentuk perubahan yang produktif dan ideologis. Hal ini membuat pemuda mengetahui langkah apa yang harus dicapai untuk menghasilkan perubahan hakiki dan berkontribusi untuk umat.
Maka, pemuda akan dikuasai dengan wawasan dan perjuangan yang terarah, menjadikan pemuda sebagai sosok-sosok yang siap dan berani menjadi garda terdepan untuk membela masyarakat. Semua itu pun dapat terealisasi dengan maksimal ketika pemuda bergabung dengan pemahaman Islam ideologis sebagaimana bersama partai politik yang menjadikan Islam sebagai landasan untuk memecahkan segala masalah.
Sebab, jika partai politik masih berlandaskan kapitalisme, yang ada hanyalah penyumbangan atas penderitaan rakyat dengan upaya mendapat keuntungan sebagai prioritas, sedang rakyat mendapatkan imbasnya saja. Bagaimana tidak? Partai politik berdasarkan kapitalisme menjadikan materi dan kuasa sebagai cita-citanya, sedangkan parpol berbasis Islam mewujudkan kesejahteraan rakyat menjadi fokus utama dengan bersamaan pula menggenggam hukum syara sebagai sesuatu yang tidak bisa diganggu gugat.
Dengan demikian, dapat disimpulkan untuk menghadapi berbagai masalah sosial termasuk kenaikan PPN ini, pemuda hendaknya paham pula atas sistem politik apa yang berlaku dan langkah apa yang hendak dipilih. Jangan sampai langkah politik masih terperangkap dengan cita-cita ala kapitalisme sehingga yang dicapai bukanlah perubahan hakiki melainkan perubahan yang semu.
Sebagaimana Allah adalah sebaik-baik hakim, Allah sebaik-baik pengatur berbagai urusan, dan Allah sebaik-baik sandaran. Mana mungkin pemuda menyelesaikan segala macam permasalahan dengan aturan selain dari-Nya? Bukankah Allah telah berfirman, “Barang siapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. Al-Maidah: 47).
Sudah saatnya pemuda termasuk mahasiswa menyamakan langkah dengan berlandas pada Islam. Hal ini untuk menyelesaikan berbagai problematika umat termasuk kebijakan zalim sebagaimana kenaikan PPN hari ini. Hanya dengan spirit politik Islamlah pemuda mampu menjadi garda terdepan untuk meraih kesejahteraan hakiki di bawah naungan syariat Allah Sang Maha Pencipta dan Pengatur.
Wallahu a’lam bishawab.
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar