Oleh : Ummu Ihsan
Dilansir dari CNN Indonesia, sekitar 473 juta anak, atau lebih dari satu dari enam anak, diperkirakan tinggal di daerah konflik di seluruh dunia, menurut badan anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa atau UNICEF.
Berdasarkan data UNICEF pada tahun 2023 sendiri, populasi anak di dunia yang berusia di bawah 18 tahun adalah sebanyak 2,4 miliar. Pernyataan UNICEF sendiri muncul pada hari Sabtu (28/12) ketika konflik terus berkecamuk di seluruh dunia, termasuk di Gaza, Sudan, dan Ukraina, di sejumlah tempat-tempat lainnya. Dalam perang Israel yang menghancurkan di Gaza khususnya, setidaknya 17.492 anak dilaporkan tewas dalam hampir 15 bulan konflik yang telah menghancurkan sebagian besar daerah kantong tersebut menjadi puing-puing. (ccn.indonesia.com sabtu, 28 Des 2024 17:50 WIB)
Sejak saat itu, bantuan kemanusiaan seperti makanan, obat-obatan, dan bahan bakar tidak diizinkan masuk ke wilayah kantong Palestina itu. Kondisi tersebut membuat warga Palestina yang masih bertahan di Gaza utara terancam kelaparan. Agresi Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 45.400 warga Palestina dan menghancurkan wilayah itu sejak 7 Oktober 2023.( Republik.co.id, Ahad, 29 Dec 2024)
Kaum muslim tidak bisa berharap pada dunia internasional, termasuk para pemimpin mereka yang kerap menjadikan isu Palestina hanya untuk pencitraan dan justru mengambil solusi 2 negara arahan Barat (pengusung kapitalisme) yang jelas tidak bisa menyelesaikan perang ideologi ini.
Solusi Dua Negara?
Berbagai seruan internasional untuk menghentikan genosida di Gaza masih saja tidak mempan untuk menghentikan kebrutalan entitas Zion*s Yahudi. PBB tidak hanya bicara selaku organisasi internasional dengan resolusinya, tetapi badan-badan di bawahnya juga merilis data dan pernyataan demi menghentikan serangan entitas Zion*s Yahudi dan dampak buruk yang ditimbulkannya.
Tidak ada keadilan dalam sistem Kapitalisme, bahkan sistem inilah yang telah memberikan jalan pada penjajah Zionis untuk membantai anak-anak Gaza.
Kaum muslim harus punya agenda sendiri, harus menyatukan pemikiran dan perasaan kemudian menggerakkan pemuda-pemuda di timur Tengah untuk bangkit melawan rezim mereka dan bergerak ke Palestina untuk membebaskan Palestina.
Para pemimpin negeri muslim pun nyatanya hanya menjadikan isu Palestina sekadar pencitraan sebagai topeng untuk menunjukkan empati pada Palestina. Namun, mereka menyetujui solusi dua negara untuk Palestina. Ini menunjukkan bahwa keberpihakan mereka tidak tulus untuk kemaslahatan tanah para Nabi itu karena solusi tersebut adalah arahan Barat. Pantaslah jika perang ideologi di Palestina hingga kini tidak kunjung usai.
Kaum muslim harus sadar bahwa keadilan bagi Palestina maupun kaum muslim di seluruh dunia mustahil diperoleh dari sistem kapitalisme yang memang lahir dari rahim musuh-musuh Islam. Terlebih, sistem kapitalisme inilah yang telah memberikan jalan pada penjajah Zion*s untuk membantai anak-anak Gaza.
Ini sebagaimana firman Allah Taala, “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah rida kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah, ‘Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar).’ Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (QS Al-Baqarah [2]: 120).
Oleh sebab itu, kaum muslim harus punya agenda sendiri, yakni dengan menyatukan pemikiran dan perasaan seluruh dunia Islam. Juga membangkitkan pemikiran dan kebutuhan mereka akan penerapan syariat Islam kafah melalui cita-cita tegaknya Khilafah.
Selanjutnya, kebangkitan ideologi Islam―yang semula masih tertidur dalam diri umat―akan menggerakkan pemuda-pemuda terkhusus di Timur Tengah untuk bangkit melawan rezim di negeri mereka masing-masing agar bergerak mengirimkan tentara ke Palestina untuk membebaskan wilayah tersebut dari pendudukan kafir penjajah Zion*s Yahudi.
Agenda besar ini jangan sampai dibajak oleh Barat yang malah akan memperburuk kondisi kaum muslim, baik di Palestina maupun di seluruh dunia. Sungguh, aktivitas membangkitkan umat ini hanya bisa dilakukan oleh partai politik Islam ideologis. Partai tersebut akan memimpin umat serta melakukan pembinaan kepada para pemuda dengan tsaqafah Islam dan pemahaman Islam politik sehingga menjadikan mereka sebagai sosok-sosok yang berkepribadian Islam dengan memiliki pola pikir (aqliah) dan pola sikap (nafsiah) Islam. Semua itu sebagai bekal untuk melahirkan kader-kader dakwah mumpuni dalam rangka mengantarkan umat menuju perubahan hakiki.
Para pemuda kader dakwah itu harus menuntut tegaknya Khilafah. Mereka juga akan mengangkat seorang khalifah untuk memimpin kaum muslim dalam membebaskan Palestina. Khilafah akan berperan menjadi junnah (perisai) bagi umat. Tidak hanya anak-anak Palestina yang bisa dibebaskan dari konflik dan penjajahan di negerinya, tetapi juga anak-anak di negeri-negeri muslim lain seperti Sudan, Lebanon, Myanmar, Suriah, dan Yaman. Wallahualam bissawab.
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar