Menyelamatkan Masa Depan Anak-Anak Gaza dengan Tegaknya Islam


Oleh : Hanum Hanindita, S.Si
  
Hingga kini serangan militer Zionis ke Palestina telah begitu banyak menelan korban. Selain menghilangkan nyawa dari berbagai usia dan harta yang begitu banyak, nasib pendidikan anak-anak Gaza pun ikut menjadi korban.

Para guru Palestina sampai membuat ruang kelas darurat di kamp-kamp pengungsi yang penuh sesak dan sederhana di Jalur Gaza yang masih berkecamuk dengan serangan dari Israel. Saat ini, infrastruktur fisik untuk pendidikan telah hancur. Setidaknya 352 sekolah di Jalur Gaza telah rusak dan tidak bisa digunakan untuk kegiatan belajar mengajar. Sebagian besar bangunan yang tersisa diubah menjadi tempat penampungan bagi para pengungsi (antaranews.com,10/01/25).

Anak-anak pastilah menjadi korban dari sebuah konflik. Apalagi konflik yang terjadi secara berkepanjangan dan berat. Inilah realitas yang harus dihadapi banyak anak-anak di Gaza. Salah satu kerugian yang mereka rasakan adalah kehilangan masa-masa sekolah mereka. Perang yang terjadi disana tanpa berkesudahan memutus kesempatan anak-anak Gaza mengenyam pendidikan. Padahal proses pendidikan yang dijalani merupakan modal untuk membangun peradaban di masa depan. Terlebih lagi, anak-anak Gaza adalah bagian dari anak-anak muslim yang merupakan aset emas untuk membangun dan mengisi peradaban Islam.

Hal yang paling membuat pedih lagi adalah dunia dan lembaga internasional tak bergeming meski mengetahui jumlah korban dan kerusakan sarana pendidikan. Para pemimpin negara-negara di dunia tak jua bergerak memobilisasi tentara untuk menyelamatkan rakyat di sana, termasuk di dalamnya anak-anak Gaza. Mereka hanya terus melakukan upaya mendukung solusi dua negara sebagai jalan keluar perdamaian. Padahal sesungguhnya solusi dua negara itu hanyalah jalan dalam melanggengkan penjajahan Israel terhadap Palestina. Ini semua menjadi petunjuk jika dunia abai terhadap masa depan peradaban Palestina dan Islam. 

Bagaimanapun sebagai muslim sejati kita tidak boleh berpangku tangan melihat penderitaan anak-anak Gaza. Tak cukup juga hanya dengan membantu dengan materi saja. Mendoakan mereka itu sudah pasti keharusan juga, tetapi jangan berhenti begitu saja. Anak-anak Gaza dan kaum muslim di sana pada hakikatnya adalah saudara kita. Allah Swt. telah mempersatukan ikatan ini dengan ikatan akidah yang bahkan lebih kental daripada ikatan darah. Allah Swt. berfirman yang artinya, "Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara. Karena itu, damaikanlah kedua saudaramu (yang berselisih), dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapatkan rahmat.” (TQS. Al- Hujurat :10).

Memang faktanya ikatan akidah dan persatuan ini menjadi lemah karena terhalang dinding nasionalisme. Hal ini pula yang menjadi penghalang untuk membantu Palestina secara militer. Oleh karena itu sekat nasionalisme harus dihancurkan. Karenanya langkah yang harus dilakukan adalah menyeru umat agar menjadi umat yang satu di seluruh dunia agar menjadi satu tubuh yang kuat.

Masa depan anak-anak Palestina hanya akan terselamatkan jika Zionis terkalahkan. Agar semua itu terwujud dibutuhkan solusi nyata berupa jihad dan tegaknya Khilafah. Oleh karena itu umat wajib berjuang menyeru dan mendesak penguasa negeri muslim untuk mengirimkan tentara muslim dalam rangka berjihad membebaskan Palestina. 

Tidak berhenti sampai di situ, kesempurnaan kemerdekaan Palestina juga membutuhkan Khilafah sebagai perisai umat. Tegaknya Khilafah pula yang akan menjaga umat dari musuh-musuh Allah.  Khilafah akan senantiasa melindungi akidah, harta, kehormatan dan jiwa kaum muslimin, termasuk anak-anak di seluruh wilayah Khilafah.

Dengan kedigdayaannya, Khilafah juga akan menjamin pendidikan berkualitas dan gratis bagi generasi, sehingga akan lahir generasi berkepribadian Islam. Nantinya generasi ini akan menjadi pengisi peradaban, sehingga Islam akan menjadi mercusuar dunia dan terus terjaga kemuliaannya. Maka tunggu apalagi, segeralah beraksi nyata untuk menyelamatkan masa depan anak-anak Gaza, yang artinya juga menyelamatkan kemuliaan Islam dan kaum muslim.

Wallahua'lam bishowab.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar