Oleh : Lia Ummu Thoriq (Aktivis Muslimah Peduli Generasi)
Dunia pendidikan sedang berduka cita. Pelaku pendidikan baik guru maupun siswa melakukan tindakan yang tidak mencerminkan orang yang berpendidikan. Ada dua kasus yang mencoreng dunia pendidikan saat ini.
Kasus pertama, guru perempuan alias bu guru di Grobogan berinisial ST, 35, punya bujuk rayu maut untuk memperdaya dan mengajak siswa SMP berbuat asusila.
Parahnya, hubungan terlarang yang dilakukan bu guru agama dengan siswa SMP itu bahkan sudah berlangsung hampir 2 tahun. Di mana ST telah mengajak siswanya melakukan hubungan selayaknya suami istri sampai 10 kali. (RadarSolo.com, Kamis 9/02/2025)
Kasus kedua, sebagaimana yang terjadi di Sleman Jawa Tengah. Permohonan dispensasi nikah oleh remaja di Kabupaten Sleman pada tahun 2024 tercatat sebanyak 98 kasus. Dari jumlah tersebut, alasan terbanyak untuk mengajukan permohonan dispensasi adalah karena hamil di luar nikah. "Kalau dispensasi nikah untuk tahun 2024 ada 98 yang masuk di PA (Pengadilan Agama) Sleman," ujar Panitera Muda Permohonan Pengadilan Agama Kabupaten Sleman, Tri Wahyu, saat dihubungi, Jumat (10/1/2025).
Dispensasi nikah adalah izin khusus yang diberikan oleh pengadilan kepada pasangan yang belum memenuhi syarat usia minimum untuk menikah, yakni 19 tahun, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Perkawinan. Tri Wahyu menjelaskan ada beberapa faktor yang menjadi penyebab pengajuan permohonan dispensasi. Berdasarkan data Pengadilan Agama Kabupaten Sleman, pada tahun 2024 faktor penyebab terbanyak adalah kehamilan di luar nikah. (KOMPAS.com, 10/01/2025)
Inilah potret buram sistem pendidikan kita saat ini. Seharusnya dari rahim sistem pendidikan lahir generasi berkualitas dan guru yang menjadi panutan ini justru sebaliknya. Guru dan siswa sama-sama berbuat asusila. Dari dua kasus ini negara kita harus berbenah agar kasusnya tak semakin merambah. Harus ada upaya dari semua pihak untuk mencari penyebabnya.
Sistem pendidikan sekuler sebenarnya hanyalah bagian dari sistem kehidupan bermasyarakat dan bernegara saat ini. Dalam sistem sekuler aturan, pandangan dan nilai Islam memang tidak pernah digunakan untuk menata berbagai bidang termasuk bidang pendidikan. Agama Islam sebagaimana agama dalam pengertian Barat hanya ditempatkan dalam urusan individu dengan tuhannya saja.
Sekularisme adalah biang keladi dari pergaulan bebas di dunia pendidikan. Mengapa demikian? Karena sekulerisme memisahkan agama dari kehidupan. Agama haram hukumnya mengatur individu dalam kehidupan sehari-hari. Agama hanya ngatur manusia dengan Tuhannya. Wajar dalam sekulerisme ibadah jalan maksiat juga jalan.
Sekularisme merupakan akar masalah kerusakan moral di dunia pendidikan saat ini. Pergaulan siswa menjadi semakin bebas sebagai akibat makin jauh dari tuntunan agama. Bahkan semua usia menjadi rusak karena pergaulan yang makin bebas tanpa aturan dan bebas memuaskan hawa nafsunya sehingga membuat kerusakan moral di tengah-tengah masyarakat.
Lebih miris lagi pelaku asusila yang dilakukan oleh seorang guru yang notabenenya adalah guru agama. Ini membuktikan sekularisme telah masuk kedalam pemikiran pelaku pendidikan. Mengajarkan nilai-nilai agama kepada anak didiknya, namun gurunya sendiri melanggar aturan agama. Agama yang seharusnya menjadi standar benar salah ditabrak demi mengikuti hawa nafsu belaka.
"Guru digugu lan ditiru" adalah sebuah peribahasa dalam bahasa Jawa yang artinya "Guru harus didengar dan diteladani". Peribahasa ini mengandung makna bahwa seorang guru tidak hanya berperan sebagai pengajar, tetapi juga sebagai teladan dan panutan bagi siswa-siswanya. Dalam budaya Jawa, peribahasa ini sering digunakan untuk mengingatkan siswa agar selalu menghormati dan meneladani guru mereka.
Pepatah Jawa ini sudah tidak pantas lagi disematkan untuk pendidik atau guru yang berbuat asusila. Seharusnya guru memberikan contoh yang baik malah ini sebaliknya. Ini membuktikan Agama bukan sebagai kiblat namun sekularisme yang menjadi kiblatnya. Tindakan guru ini akan di ikuti oleh murid-muridnya. Seperti pepatah yang mengatakan "guru kencing berdiri, murid kencing berlari".
Kondisi pendidikan ini diperparah dengan mandulnya peran negara. Alih-alih negara mewujudkan generasi emas, negara dengan sistem kapitalisme sekuler justru melahirkan aturan yang melemahkan moral generasi. Negara hari ini justru memfasilitasi pergaulan bebas misalnya adanya aturan kontrasepsi untuk pelajar dan pendidikan kespro yang berasaskan peradaban Barat. Juga kebijakan kesetaraan gender dan semua turunannya yang berkiblat pada barat, seperti hak reproduksi dan bodily autonomi. Jelas sistem kapitalisme sekuler tak mampu melahirkan generasi dan guru yang berkualitas. Butuh ada sistem pengganti yang mampu melahirkan generasi dan guru berkualitas. Sistem tersebut adalah sistem Islam. Karena sistem Islam bersumber dari Wahyu Allah SWT.
Out Put dalam Sistem Pendidikan Islam
Islam adalah agama sempurna. Ajarannya mencakup Tiga hal, mengatur manusia dengan Allah, manusia dengan manusia dan manusia dengan dirinya sendiri. Pendidikan pun tak luput dari ajaran Islam.
Pendidikan adalah kebutuhan asasi yang harus dikecap oleh manusia dalam hidupnya. Pendidikan merupakan pelayanan umum dan kemaslahatan hidup terpenting. Negara merupakan pihak yang berkewajiban mewujudkan pemenuhannya untuk seluruh rakyatnya tanpa terkecuali, baik kaya, miskin, muslim maupun non muslim. Selain itu menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap kaum muslimin, sebagai sabda Rasulullah: "Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim." (HR. Muslim)
Adapun Out Put dari sistem pendidikan Islam adalah sebagai berikut:
1. Memiliki Kepribadian Islam (syaksiyah islamiyah). Tujuan ini adalah konsekuensi dari seorang muslim yaitu teguhnya dalam memegang identitas keislamannya dalam pergaulan sehari-hari. Identitas itu tampak pada dua aspek yaitu pola pikir (aqliyah) dan pola sikap (nafsiyyah). Pola pikir ini adalah pijakan seseorang dalam bertingkah laku. Pola pikir ini dibentuk dengan mengajak peserta didik agar memikirkan alam semesta bahwa dibalik semua ada Al Khaliq yang menciptakannya. Setelah itu akan terbentuk keyakinan yang kuat yang disebut sebagai aqidah aqliyah (keyakinan yang dicapai dari Proses berfikir).
Sedang pola sikap adalah sikap seseorang muslim dalam menjalani kehidupan yang Distandarkan kepada aturan Allah. Mereka merasa Allah senantiasa mengawasi tingkah lakunya dalam kehidupan sehari-hari. Ketika peserta didik memiliki kepribadian Islam yang kuat, maka Halal-haram menjadi standar dalam bertingkah laku. Maka bisa dipastikan pelaku pendidikan baik guru maupun murid tidak akan berbuat yang melanggar perintah Allah.
2. Menguasai tsaqofah islamiyah yang handal.
Islam mendorong setiap peserta didik untuk menjadi manusia yang berilmu dengan cara mewajibkannya untuk menuntut ilmu. Menurut Al Ghazali ilmu dibagi dua kategori yaitu, (1) ilmu fardhu ain, yaitu wajib dipelajari oleh setiap muslim. Ilmu tsaqofah Islam antara lain fiqih, bahasa arab, Sirah Nabawiyah, ulumul Qur'an, ulumul hadits dll. (2) Ilmu fardhu kifayah, antara lain ilmu-ilmu yang mencakup sains dan teknologi, serta ilmu terapan-keterampilan seperti biologi, fisika, kedokteran, pertanian, teknik dll. Ilmu ini bisa digunakan untuk mengembangkan potensi diri.
Demikianlah cara Islam mewujudkan generasi berkualitas dan guru yang kompeten dengan menerapkan sistem pendidikan berdasarkan syariat Islam. Terbukti nyata lahir generasi berkualitas dari rahim sistem pendidikan Islam. Kita bisa lihat ilmuwan muslim seperti Ibnu Sina, Abbas Ibnu firnas, Al biruni dll.
Berikut adalah penemuan-penemuan penting dari Ibnu Sina, Abbas Ibnu Firnas, dan Al-Biruni:
Ibnu Sina (980-1037 M)
Kedokteran Modern: Ibnu Sina menulis kitab "Qanun fi al-Tibb" (Kanon Kedokteran), yang menjadi rujukan utama kedokteran selama berabad-abad. Teori Penyakit: Ibnu Sina menjelaskan teori penyakit yang disebabkan oleh faktor lingkungan, gaya hidup, dan genetik.
Abbas Ibnu Firnas (810-887 M)
Pesawat Terbang: Ibnu Firnas merancang dan membuat model pesawat terbang pertama, yang dapat terbang selama beberapa detik. Gelas Kaca: Ibnu Firnas menemukan cara membuat gelas kaca yang lebih kuat dan tahan lama.
Al-Biruni (973-1048 M)
Teori Gravitasi: Al-Biruni menjelaskan teori gravitasi sebelum Galileo dan Newton. Pengukuran Diameter Bumi: Al-Biruni mengukur diameter Bumi dengan metode trigonometri.
Mereka adalah tokoh-tokoh penting dalam sejarah sains dan teknologi Islam yang memberikan kontribusi signifikan bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar