Bullying Difasilitasi Meskipun Edukasi dan Sosialisasi


Oleh: Wulan Safariyah (Aktivis Dakwah)

Kasus bullying atau perundungan di kalangan remaja masih kerap terjadi di negeri ini. Fenomena bullying seakan sulit untuk diberantas, sehingga pemerintah terus melakukan edukasi atau sosialisasi pencegahan kesekolah-sekolah seperti di SMA 1, SMA 2, dan sebuah SD di Balikpapan.

Edukasi atau sosialisasi pencegahan, hindari perilaku bullying di sekolah diserukan Kasat Lantas Polresta Balikpapan Kompol Ropiyani dalam program Police Goes To School di SMA 1 Balikpapan.

Perilaku bullying selain di sekolah juga di lingkungan tidak dibenarkan. “Hindari perilaku negatif tadi, mulai di keluarga, lingkungan dan sekolah," kata polisi wanita (Polwan) berpangkat melati satu ini. Menurutnya, giat rutin senin pagi ke sekolah-sekolah ini, guna wujudkan generasi sadar dan taat hukum. Di antaranya patuh rambu serta aturan lalu lintas di jalanan. (kaltimpost.id)

Bullying di sekolah dapat berdampak buruk pada kesehatan mental dan fisik korban. Bullying dapat membuat korban merasa tidak berharga, terisolasi, dan kehilangan kepercayaan diri.

Sosialisasi dan dialog antara siswa dan orang tua murid harus dibangun oleh setiap sekolah, salah satunya dengan mengadakan program pencegahan. Salah satu sekolah yang ada di Kota Balikpapan rutin melakukan sosialisasi, dengan tema tahun ini, "Bantulah Hentikan Bullying dan Jadilah Sahabat Sejati."

Hadir sebagai narasumber, Kakak Fatihah Putri Rahmani, psikolog lulusan UI, mengatakan bahwa pembuli biasanya merasa superior dan berkuasa. Mereka cenderung mencari teman yang pendiam dan terlihat lemah.

Pembulian itu terjadi secara berulang-ulang. Biasanya, mereka kurang mengontrol emosi dan berteman dengan teman-teman yang juga cenderung memiliki kekurangan kasih sayang. "Oleh karena itu, cara untuk menghentikannya adalah dengan memberikan perhatian agar mereka tidak mengulang perbuatan tersebut," kata Fatihah saat menjawab pertanyaan dari reporter rri.co.id. Sabtu (8/2/2025).

Sementara itu, Kepala Sekolah SDN 013 Balikpapan Selatan, Susi Misinah, mengatakan bahwa kegiatan ini rutin digelar setiap tahunnya. Tujuannya adalah untuk mencegah perundungan terjadi di sekolah. (rri.co.id) Mencegah prilaku bullying apakah cukup hanya dengan edukasi atau sosialisasi saja?


Butuh Support Sistem 

Perilaku bullying memang marak di tengah generasi sehingga butuh terus disosialisasikan mengenai contoh perilaku yang termasuk bullying, cara menghindari perilaku bullying dan menghadapi perilaku bullying. Namun tidak cukup sekedar itu perlu surport sistem terutama sistem pendidikan dan sistem sanksi agar perilaku bullying bisa dicegah. 

Bullying menjadi persoalan berulang di kalangan pelajar saat ini, tidaklah muncul begitu saja. Ada faktor yang memengaruhinya, salah satunya sistem kehidupan sekuler (memisahkan agama dari kehidupan). Sekularisme menjadi asas dalam berfikir dan berbuat generasi saat ini. Sekularisme mendorong mereka berbuat sesuai hawa nafsunya. Dikarenakan sekularisme dibangun tidak menempatkan penanaman akidah Islam sebagai basis membentuk kepribadian anak. Akibatnya, lahirlah generasi yang miskin akidah, niradab, dan jauh dari aturan agama.

Terjadinya kasus bullying penyebabnya sistemik, mulai dari keluarga sebagai pendidik pertama bagi anak. Saat ini banyak orang tua yang lalai menanankan keimanan dan ketaatan kepada Allah Ta'ala. Orang tua juga tidak menanamkan pendidikan pertama berbasis akidah Islam dan hukum syara' dan lingkungan yang toxic dengan sekulerisme yang mempengaruhi generasi. Akibatnya, anak tidak memiliki contoh dan keteladanan sikap yang baik kepada orang lain.

Kondisi generasi kita saat ini sangat jauh dari adab mulia. Sekularisme juga telah menjauhkan mereka dari fondasi dan aturan Islam. Generasi tumbuh dengan nilai-nilai sekuler yang hanya mementingkan materi. Kehidupan liberal (bebas) dan hedonistik menjadi kiblat mereka dalam bertingkahlaku.

Lingkungan masyarakat juga menjadi tempat yang paling mudah untuk memengaruhi generasi. Lingkungan hari ini terbentuk dari pemikiran sekuler. Yang baik bisa menjadi buruk lantaran terpengaruh lingkungan sekitar. Budaya amar makruf nahi mungkar hampir tidak terlihat dalam masyarakat sekuler. Individualis, egois, dan apatis, inilah yang membentuk masyarakat dalam sistem sekuler kapitalisme.

Maraknya kasus bullying sebenarnya difasilitasi negara, karena lemahnya peran negara menjaga generasi dari kerusakan. Sudah banyak produk hukum yang diregulasi dalam rangka mencegah dan menangani kasus bullying, Seperti UU Perlindungan Anak. Namun, sampai saat ini kasus bullying masih saja berulang. Ini menggambarkan bahwa lemahnya perangkat hukum tidak mampu mencegah bullying.

Kurikulum pendidikan yang diterapkan telah gagal mewujudkan generasi saleh dan salihah. Kurikulum pendidikan saat ini tidak mengarah pada tujuan yang shahih dan sarat dengan nilai-nilai sekuler. Sekolah hanya dianggap sebagai tempat meraih prestasi akademik, tetapi kering dengan prestasi spiritual. Meski banyak berdiri sekolah agama, faktanya tidak mampu membendung gempuran sistem sekuler yang telah mengakar lama. Akhirnya, perilaku generasi rusak dan mereka kehilangan jati dirinya.

Kegagalan negara dalam membendung segala tontonan yang tidak mendidik dan merusak generasi. Betapa banyak tontonan tidak layak yang bertebaran di media sosial maupun visual, bahkan diproduksi massal lewat film-film remaja bertemakan cinta, persaingan, permusuhan, dan sebagainya. Alhasil, tontonan mereka berubah menjadi tuntunan. Dari sinilah pengawasan orang tua bisa saja longgar. Pengguna gawai yang kebablasan akhirnya membuat generasi mendapat informasi yang mungkin tidak seharusnya mereka terima pada usia yang masih labil.

Tiada sinergi antara keluarga, masyarakat dan negara saat ini, sehingga perilaku bullying terus berulang, meskipun edukasi atau sosialisasi pencegahan terus di gaungkan.


Sistem Islam 

Islam memiliki sistem kehidupan terbaik yang mampu mencegah perbuatan buruk, salah satunya perilaku bullying. Ada beberapa langkah pencegahan dan penanganan untuk mencegah bullying.

Pertama, peran negara. Dalam hal ini, kurikulum pendidikan didasarkan pada akidah Islam. Menanamkan akidah Islam sejak dini menjadi modal utama. Anak yang beriman kuat tidak akan melakukan hal-hal yang Allah haramkan. Pandangan yang disajikan dalam media apa pun juga harus bebas dari kekerasan, pelecehan, maksiat, dan segala yang dilarang dalam Islam. Negara menutup segala akses yang dinilai menyimpang dari tujuan pendidikan Islam.

Kedua, peran masyarakat dan sekolah. Masyarakat terbiasa berbuat amar makruf nahi mungkar. Masyarakat adalah pemantau serta pengawas perilaku generasi. Adapun sekolah, menerapkan kurikulum berbasis Islam. Setiap guru tidak akan dipusingkan dengan beban kerja dan gaji rendah. Pada masa peradaban Islam, misalnya, guru digaji tinggi dan fokus mendidik generasi penerus dengan baik.

Ketiga, peran keluarga sebagai sekolah pertama bagi anak. Orang tua tidak akan terbebani dengan biaya pendidikan sebab negara memfasilitasi pendidikan secara gratis bagi rakyatnya. Negara juga membuka peluang kerja bagi laki-laki sebagai kepala keluarga. Alhasil, kaum perempuan tidak akan terbebani oleh masalah ekonomi dan ibu bisa fokus pada perannya sebagai pendidik utama dan pertama bagi anak-anaknya. Kalau kebutuhan dasar sudah terpenuhi, ibu fokus mengurusi generasi dan ayah tenang dalam menafkahi, tidak perlu ada lagi produk generasi gagal tatkala sistem Islam diterapkan. Demikianlah beberapa tindakan pencegahan dalam Islam.

Islam juga menjadikan kemaksiatan sebagai kejahatan. Maka, butuh penangan yang serius. Islam mewajibkan negara menerapkan sanksi tegas yang mampu membuat efek jera bagi pelaku kejahatan. Tidak ada perbedaan antara pelaku kekerasan yang dilakukan antara remaja maupun dewasa. Dalam Islam, tidak ada istilah anak di bawah umur. Ketika anak sudah balig, ia menjadi mukalaf yang wajib menanggung segala konsekuensi taklif hukum yang berlaku dalam syariat Islam.

Islam adalah ideologi dan pandangan hidup yang mampu mewujudkan generasi emas jika diterapkan dalam sistem pendidikan dan kehidupan secara umum. Dengan demikian, Islam mampu wujudkan generasi bersyaksiyah Islamiyyah. Perbuatan bullying bisa dihentikan dan diakhiri hanya dengan mengubah paradigma pendidikan serta menerapkan sistem Islam secara kafah. Ini karena Islam memiliki lapisan pelindung terhadap bullying yakni, akidah, syariat, dan sistem sanksinya.
 
Wallahu'alam bissawab 
 




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar