Oleh : Ulianafia (Pemerhati Politik)
Hamas dan zionis telah mencapai kesepakatan genjatan senjata pada tanggal 19 Januari yang lalu. Genjatan senjata ini diopinikan sebagai solusi langkah pertama mengakhiri agresi brutal Zionis yang telah menewaskan 47.000 warga Gaza, yang kebanyakan adalah perempuan dan anak-anak.
Genjatan senjata tidak terjadi baru sekali ini saja dan diopinikan sebagai solusi, melainkan telah berulang kali dilakukan. Namun, tindakan ini tidak memberikan kebaikan sedikitpun bagi umat Islam.
Salah satu contohnya pelanggaran gencatan senjata oleh Israel terjadi pada tahun 2008. Pada 19 Juni 2008, melalui mediasi Mesir, Israel dan Hamas menyepakati gencatan senjata yang awalnya berjalan dengan baik. Namun, Israel kemudian melanggar kesepakatan tersebut dengan melakukan operasi militer yang dikenal sebagai Operasi Cast Lead pada akhir 2008 hingga awal 2009. Operasi ini menyebabkan korban jiwa dan kerusakan infrastruktur yang signifikan di Gaza.
Selain itu, pada Desember 2024, Indonesia mendesak Israel untuk mematuhi gencatan senjata di Gaza dan mencabut larangan terhadap aktivitas Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA). Hal ini menunjukkan bahwa isu pelanggaran gencatan senjata oleh Israel masih menjadi perhatian komunitas internasional.
Selain itu sebagaimana yang telah terjadi selama ini, genjatan senjata akan diambil oleh zionis tatkala mereka merasa kewalahan dalam menghadapi para mujahid Palestina.
Padahal, zionis telah didukung oleh negara pemegang ideologi kapitalisme, Amerika Serikat (AS). AS telah banyak sekali mengucurkan bantuan, mulai dari keamanan seperti iron dome sampai persenjataan.
Selain itu kebijakan politik pemimpin AS begitu kentara berada di sisi zionis. Seperti, Trump yang berencana kosongkan Gaza dengan merelokasi warga Palestina ke Mesir dan Yordania, serta putuskan kembali akan memasok 1 ton bom ke Israel. Begitupun dengan Israel sendiri yang masih terus berulah, dimana warga Palestina di tepi barat diperintahkan untuk mengungsi.
Bahkan yang lebih menyakitkan lagi bagi para pemimpin negeri-negeri muslim justru memberi peluang kepada musuh-musuh Allah SWT, untuk menumpahkan darah, merampas lahan, menghancurkan dan menodai rumah kaum muslimin. Selain itu mereka juga membiarkan musuh-musuh tadi memberi segala alasan untuk menindas kaum muslim, menghasut serta menakut-nakuti umat islam di negeri-negeri muslim lainnya agar tidak melakukan tindakan apapun.
Padahal Allah telah memberikan amanah kekuasaan kepada penguasa negeri muslim. Yang seharusnya dengan kekuasaan itu mereka memiliki tugas untuk menggerakkan tentaranya sekuat tenaga dalam membebaskan Palestina. Namun mereka tidak melakukan hal itu.
Secara logika Zionis pasti akan menang melawan umat Islam Palestina, karena Zionis mendapatkan bantuan dari AS dan bahkan didukung oleh penguasa muslim. Namun, hingga saat ini Zionis terus-menerus mengalami kewalahan menghadapi mujahid Palestina. Jadi gencatan senjata bukan karena tekanan Trum kepada Netanyahu, melainkan karena Zionis tidak sanggup mematahkan rakyat Gaza. Sehingga zionis ingin menghelas nafas dengan berlindung pada genjatan senjata.
Para mujahid Palestinapun terus memberikan fakta yang menyakitkan bagi zionis sekalipun umat Islam di Palestina sendirian. Mereka menderita kelaparan, dibunuh, dan banyak pemimpin pejuang yang syahid, namun mereka tetap dalam keteguhan, kesabaran dan ketabahan.
Keimanan yang menjadi sumber kekuatan giroh jihad para mujahid dalam mempertahankan tanah Palestina, tanah kharajiyyah milik kaum muslimin telah menggentarkan zionis. Karena itu sejatinya Zionis telah kalah telak sedari awal. Mereka tidak layak berlaga di medan tempur untuk melawan para mujahid Islam yang mencintai syahid dan jihad di jalan Allah SWT.
Umat Harus Paham
Umat Islam terkhusus di Palestina harus menyadari bahwa gencatan senjata tidak akan mengubah apapun. Zionis akan tetap menghianati kesepakatan itu dengan menyerang kaum muslimin kembali. Terbukti beberapa jam sejak pengumuman kesepakatan gencatan senjata jenis melakukan serangan yang menewaskan sedikitnya 82 orang. Jadi apa yang dilakukan Zionis ini sudah sangat jelas menunjukkan untuk kesekian kalinya, bahwa solusi untuk Palestina bukan dengan bantuan-bantuan kemanusiaan, boikot dan solusi parsial pragmatis lainnya. Solusi Hakiki untuk mengakhiri masalah ini hanyalah jihad dan persatuan umat muslim dalam naungan Islam.
Terwujudnya daulah lafal akan mengirimkan tentara untuk berjihad membebaskan Palestina adalah kemenangan yang nyata. Umat harus meyakini bahwa kemenangan adalah milik umat Islam dan pujian hanya milik Allah. Seperti dalam firman-Nya, "Sungguh, kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata" (TQS.Al fath:1)
Serta kemenangan akan datang atas pertolongan Allah. "Dan kemenangan itu hanyalah dari sisi Allah. Sungguh, Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana" (TQS. Al Anfal :10)
Maka agar umat Islam ditolong Allah umat Islam wajib berjuang sesuai dengan tuntunan Allah tidak menyerahkan urusan kepada musuh-musuh Allah karena itu umat harus berjuang secara syar'i untuk mewujudkan solusi Hakiki. Wallahualam.
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar