#KaburAjaDulu : Ada Apa Di Balik Fenomena Ini?


Oleh : Nafisusilmi

Tagar #KaburAjaDulu belakangan ini telah ramai diserukan oleh warganet melalui beberapa media sosial di antaranya seperti Tiktok, Facebook, X atau Twitter
(kompas.com, 07/02/ 25).

Tagar itu berkaitan dengan kesempatan bekerja dan belajar di luar negeri, yaitu untuk kabur dari Indonesia. 
Warganet berbagi informasi mengenai beasiswa, lowongan kerja, pengalaman kerja dan kehidupannya di luar negeri
(kompas.com,14/02/25). 


Munculnya #KaburAjaDulu

Dalam tren tagar ini banyak warganet merekomendasikan sejumlah negara seperti Jepang, Kanada, Inggris, Jerman, Amerika Serikat, Australia dan lain-lain untuk menjalani kehidupan di sana.

Munculnya tagar ini merupakan bentuk kekecewaan pada pemerintah terhadap pendidikan yang tidak layak, lapangan pekerjaan yang sulit dan jaminan kualitas hidup yang tidak diberikan oleh pemerintah. 

Tagar #KaburAjaDulu juga tidak lepas dari pengaruh digitalisasi terutama dari sosmed yang menggambarkan tentang kehidupan negara lain yang lebih menjanjikan. 

Apalagi melihat kualitas pendidikan dalam negeri yang rendah dan mahal. Ketika mereka mendapatkan tawaran beasiswa, banyaknya lowongan kerja, baik tenaga kerja terampil maupun kerja kasar dengan gaji yang lebih tinggi, semakin menguatkan untuk pergi ke luar negeri.

Sebenarnya kemunculan tagar #KaburAjaDulu, berkaitan dengan brain drain yang telah lama terjadi.
Brain drain atau human capital flight adalah fenomena ketika orang pintar dan berbakat memilih untuk bekerja ke luar negeri. 

Arus brain drain sering terjadi di negara-negara berkembang dan menjadi isu krusial dalam liberalisasi ekonomi, dan menjadi kesenjangan antara negara maju dengan negara berkembang. 

Sebenarnya, merupakan hal yang normal jika individu memilih untuk tinggal atau melanjutkan kehidupan dalam rangka bekerja, sekolah dan sebagainya ke tempat yang dianggap lebih memberikan jaminan masa depan. Terlebih untuk keberlangsungan kehidupan yang lebih layak. Namun hal ini juga menjadi introspeksi, khususnya bagi negara yang hendak ditinggal "kabur". Pastilah ada sistem dan manajemen yang tidak tepat dalam menjamin kelayakan kehidupan warganya.


Kapitalisme Sebagai Akar Masalah

Munculnya tagar ini pada dasarnya tidak lepas dari sistem yang digunakan di negeri sekarang, yaitu sekularisme kapitalisme. Sistem ini meniscayakan penguasa membuat dan melegalkan kebijakan yang pro kapitalis. 

Contohnya dalam sistem kapitalisme, pendidikan diliberalisasi. Pendidikan menjadi barang sah untuk dikomersialkan oleh swasta. Alhasil yang bisa mengakses pendidikan dengan kualitas dan fasilitas terbaik hanya orang-orang yang memiliki kekayaan. Bagi yang miskin, hanya bisa memperoleh kualitas dan fasilitas seadanya.

Begitu pula terkait lapangan pekerjaan. Dalam sistem kapitalisme perusahaan atau industri menyediakan lapangan kerja dengan berprinsip untung rugi. Perusahaan ingin keuntungan yang besar, namun dengan modal yang minimalis. Para pekerja pun dipandang sebagai faktor produksi (modal), yang sewaktu-waktu bisa terimbas efisiensi, PHK dan tidak mendapatkan jaminan upah yang layak. 


Pandangan Islam Terhadap #KaburAjaDulu

Telah nyata kapitalisme lah yang membuat kesenjangan antara masyarakat kaya dan miskin. Kapitalisme pula yang memantik keinginan masyarakat untuk meninggalkan tempat tinggalnya karena merasakan kesulitan yang berat dan kehidupan yang tak layak.

Hal ini akan berbeda manakala Islam yang digunakan sebagai solusi. Islam mempunyai aturan yang mewajibkan negara membangun kesejahteraan dan memenuhi kebutuhan setiap warga negaranya. 

Dalam sebuah hadis Rasulullah saw. bersabda, "Imam (Khalifah) adalah raa'in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya" (HR al-Bukhari).

Karena itu dalam Islam pemimpin adalah pihak yang bertanggung jawab menyediakan lapangan pekerjaan, apalagi ada syariat bagi setiap laki-laki baligh wajib mencari nafkah. Tentu saja kewajiban itu perlu dukungan negara dalam bentuk penyediaan lowongan pekerjaan.
 
Dalam Islam kesempatan bekerja sangat luas, semisal dalam sektor ekonomi yang riil, ada bidang pertanian, perkebunan, perdagangan dan industri. Dalam pengelolaan sumber daya alam pun membutuhkan tenaga yang ahli dan terampil. Ini akan semakin memperluas peluang kerja.

Islam juga memiliki aturan yaitu menghidupkan tanah iqtha' yaitu tanah yang diberikan penguasa kepada seseorang atau kelompok untuk dikelola. Dan ihya'ul mawat yaitu menghidupkan tanah mati atau mengembangkan tanah yang tidak produktif. 

Adanya jaminan lapangan pekerjaan itulah membuat mereka tidak akan berniat kabur dan nyaman tetap berada di negerinya sendiri.

Selain itu sistem Islam menjamin pendidikan yang layak, berkualitas dan gratis. 

Tujuan pendidikan dalam Islam adalah mencetak generasi yang memiliki kepribadian Islam, yakni memiliki pola pikir (aqliyah) dan pola sikap (nafsiyah) berdasarkan Islam. Mereka dibina untuk menjadi orang-orang yang berilmu, peka terhadap problematika umat dan siap membangun negara. 

Demikian pandangan dan solusi Islam atas fenomena tagar #KaburAjaDulu. Ketika Islam di terapkan secara kafah dalam institusi negara, maka akan menjadi rahmat bagi seluruh alam sekaligus mewujudkan kesejahteraan. Wallahua'lam bishowab.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar