Oleh : Desi Ummu Idris
Persoalan mental seakan tidak ada habisnya diberitakan. Kali ini mencuat kasus meningkatnya gangguan mental yang dialami remaja. Kesehatan mental dikalangan remaja menjadi tantangan yang semakin kompleks, alias PR pendidikan yang semakin menumpuk.
Mengulik Fakta
Tercatat 34,9 persen dari total remaja Indonesia mengalami gangguan kesehatan mental. Artinya sekitar 15,5 juta remaja dari seluruh Indonesia. Data tersebut merupakan hasil survei Indonesia-National Adolescent Mental Health Survey 2024,.
Ketua Tim Informasi dan Komunikasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, menjelaskan bahwa paparan terhadap standar kecantikan yang tidak realistis, cyberbullying, dan kecanduan digital mempengaruhi kesehatan mental. (Kompas.com, 13/2/2025)
Tentu saja hal ini terjadi disebabkan oleh eksposur berlebihan terhadap standar sosial yang tidak realistis. Selain itu banyak faktor penyebab lain yang bisa mempengaruhi kesehatan mental remaja.
Wakil Menteri Kementerian Kependudukan Ratu Ayu Isyana Bagoes Oka, pada media Tempo.com, Jakarta, mengatakan generasi muda saat ini memang menghadapi tantangan yang semakin kompleks, salah satunya adalah isu kesehatan mental di kalangan remaja. Merujuk pada data tersebut diatas, Isyana mengatakan BKKBN telah lama mewadahi komunitas remaja melalui program Generasi Berencana (GenRe). Program ini berada di tingkat desa hingga nasional. Namun, apakah program ini cukup menjadi solusi bagi permasalahan kesehatan mental remaja?
Gangguan Kesehatan Mental Remaja
Remaja merupakan tombak masa depan. Masa remaja biasanya ditandai dengan berbagai macam perubahan fisik, perasaan dan pemikiran. Pencarian jati diri dan menguatnya rasa ingin tahu terhadap dunia luar biasanya dialami pada masa-masa remaja ini. Berbagai macam cara dilakukan untuk memuaskan penasarannya, bahkan terkadang sampai lupa melewati batas-batas kewajaran.
Masa Remaja adalah masa peralihan yang cukup mengagumkan, yaitu beralih dari masa kanak-kanak menjadi dewasa. Dalam Islam biasanya dikatakan dengan masa prabaligh.
Dalam buku karya Budi Ashari yang berjudul Remaja Antara Jihas dan Amerika mengungkap kata remaja yang bermakna: kedunguan dan kebodohan, kejahatan, dan kedzaliman, serta gemar melakukan kesalahan, itu bertentangan dengan istilah yang jelas dipakai oleh Nabi: syabab (pemuda). Ini bukan sekadar pembahasan tentang istilah, tapi menguak nilai di baliknya.
Seperti dizaman para ulama terdahulu, mereka sibuk menuntut ilmu demi memenuhi kebutuhan umat dan taat pada orangtuanya. Ada ulama yang bahkan telah menguasai beberapa disiplin ilmu serta adab yang mulia diusia remaja. Menyampaikan kebenaran dan kebaikan di tengah masyarakat yang telah haus akan ilmu.
Dimasa sekarang ini, justru banyak yang salah kaprah dalam menjalani usia remajanya. Bahkan tidak sedikit orangtua yang kewalahan menghadapi anak remajanya. Salah satu penyebab yang mempengaruhinya tentu saja pergaulan..
Kebanyakan anak remaja sekarang memang sudah tidak bisa dikatakan baik pergaulannya. Mulai dari tawuran, merokok usia dini, bolos sekolah, pacaran, terpapar pornografi, seks bebas, minum minuman keras, bahkan Judol (Judi Online). Hingga pada akhirnya berujung gangguan kesehatan mental.
Beberapa tahun belakangan banyak remaja yang terkena penyakit mental, hal ini secara tidak langsung menunjukkan gagalnya negara membina generasi. Generasi emas 2045 nyaris mustahil terwujud jika kondisi ini terus dibiarkan.
Remaja dalam pandangan Islam
Bagi kita sebagai seorang muslim, Generasi muda kita tidak akan serusak yang digambarkan oleh mereka yang bicara tentang ulah remaja.
Pada sejarah dan perkembangan islam anak-anak muda berkualitas terang benderang bisa kita hadirkan kembali tanpa harus melalui badai pubertas. Asal kita mengerti dan mau kembali kepada pendidikan Islam
Selain itu, Bagian lain yang menarik adalah usia remaja merupakan Usia Rusyd. Konsep yang panduan detailnya, ternyata hanya ada di Islam. Tidak semua yang telah baligh otomatis memiliki Ar Rusyd, dan ini wajib untuk menjadi perhatian. Orangtua harus melatih anak untuk memiliki usia Ar Rusydnya, sebelum masa balighnya.
Namun, hal ini tentu akan terasa sulit jika di dalam kehidupan sehari-hari ternyata yang kita jumpai adalah kebebasan-kebebasan tanpa batasan yang pasti. Seperti; pergaulan remaja yang dipengaruhi oleh lingkungan yang tidak kondusif untuk menjadikannya remaja produktif.
Merabahnya konten media sosial yang tidak mendidik, sistem pendidikan yang tidak menyentuh akhlak para peserta didiknya, serta peran negara dalam mengawasi serta meningkatkan kualitas generasi masa depan yang tidak maksimal.
Peran Negara Mengatasi Persoalan Remaja
Negara secara sadar menerapkan sistem Kapitalisme sekulerisme dan berdampak mewarnai kehidupan dalam berbagai aspek. Pendidikan sekuler misalnya, memberntuk remaja berperilaku liberal yang gagal memahami jati dirinya. Remaja pun gagal memahami penyelesaian shahih atas segala persoalan kehidupannya. Tentu saja hal semacam ini, berakibat pada penyakit mental tak terhindarkan.
Bahkan program-program Kementrian untuk mewadahi remaja yang telah dijalankan tampaknya tidak akan berhasil menjadikan generasi masa depan yang lebih baik. Sebab, kebutuhan remaja sekarang adalah kembalinya kehidupan yang mengatur seluruh aspek kehidupan.
Sehingga berdampak positif pada kesadaran remaja akan tanggungjawab dirinya pada Tuhannya, pada orangtua, serta pada dirinya sendiri. Islam mengajarkan semua pemeluknya mulai dari usia dini, remaja hingga dewasa untuk berpegang teguh pada aturan kehidupan yang telah Allah tetapkan. Yaitu, Al Qur'anul kariim yang mana di dalamnya sudah lengkap terdapat petunjuk-petunjuk menghadapi berbagai persoalan. Termasuk diantaranya persoalan kesehatan mental.
Hari ini yang kita saksikan justru, Negara membebaskan rakyatnya, (termasuk para pemuda) untuk melakukan apapun sesuai keinginan dan hawa nafsu mereka. Tidak lagi memikirkan efek jangka panjang dari kemerosotan adab generasi zaman sekarang.
Solusi Islam
Berbeda dengan Islam, kepemimpinan Islam memiliki tanggung jawab untuk melahirkan generasi cemerlang yang berkualitas, melalui penerapan berbagai sistem kehidupan sesuai dengan syariat Islam.
Islam mewajibkan negara membangun sistem pendidikan yang berasas aqidah Islam. Negara juga wajib menyiapkan orangtua dan masyarakat untuk mendukung proses pembentukan generasi pembangun peradaban Islam yang mulia, yang bermental kuat.
Negara akan menetapkan kebijakan untuk menjauhkan remaja dari segala pemikiran yang bertentangan dengan Islam, yang menyebabkan remaja blunder dengan persoalan hidupnya. Sehingga dengan berbagai penerapan yang negara berikan. Akan terwujud generasi masa depan yang gemilang.
Wallahu'alam bisshowab
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar