Indonesia Gelap, Islam Nyata Terangnya


Oleh : Sri Setyowati (Anggota Aliansi Penulis Rindu Islam)

Belum setahun sejak logo garuda dengan latar biru Peringatan Darurat mewarnai jagat maya, lambang itu kembali mengudara dengan latar hitam. Perubahan warna menjadi lebih suram ini menunjukkan bahwa Indonesia sedang tidak baik-baik saja dan kekhawatiran publik terhadap Tanah Air semakin menguat.

Tagar Peringatan Darurat berlatar hitam ini muncul menyusul tagar #IndonesiaGelap. Gambar garuda hitam tersebut beredar di X sejak tanggal 3 Februari 2025 malam, dua hari setelah pemberlakuan pembatasan distribusi elpiji 3 kilogram (kg) ke pengecer.

Beberapa isu yang diangkat lewat tagar ini termasuk soal kisruh LPG 3 kg, reformasi Polri, program Makan Bergizi Gratis (MBG), pemangkasan anggaran untuk program sosial dan kesejahteraan rakyat, masalah pendidikan, kesehatan, serta lapangan pekerjaan.

Aksi rakyat ini tidak hanya bergema di media sosial, tetapi juga dilanjutkan dengan demo serentak mahasiswa yang dilakukan di lebih dari 10 wilayah. Mulai Universitas Indonesia (UI), Universitas Tulang Buwang (UTB) Lampung, hingga Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari Banjarmasin (UNISKA) serentak menggelar aksi massa bertajuk Indonesia Gelap pada Senin, 17 Februari 2025. 

Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UI misalnya, mengusung lima tuntutan. Kelima tuntutan tersebut di antaranya mencabut Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2025 karena menetapkan pemangkasan anggaran yang dinilai tidak berpihak pada rakyat, dan mencabut pasal dalam Rancangan Undang-Undang tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (RUU Minerba) yang memungkinkan perguruan tinggi mengelola tambang guna menjaga independensi akademik. BEM UI juga mendesak pemerintah untuk mencairkan tunjangan dosen dan tenaga kependidikan secara penuh tanpa hambatan birokrasi dan pemotongan yang merugikan, mengevaluasi total program MBG dan mengeluarkannya dari anggaran pendidikan, serta berhenti membuat kebijakan publik tanpa basis riset ilmiah dan tidak berorientasi pada kesejahteraan masyarakat. (tirto.id, 18/02/2025)

Aksi mahasiswa yang bertajuk Indonesia Gelap digelar sebagai respons terhadap berbagai keputusan pemerintah yang dianggap merugikan rakyat dan mengancam masa depan generasi muda. Penguasa seharusnya bisa mendengarkan dan menindaklanjuti protes publik, bukan hanya sibuk dengan proses kebijakan berpolemik dan tambal sulam yang malah memperkeruh suasana dan menambah ketidakpercayaan publik. Secara prinsip, efisiensi mempunyai tujuan yang bagus. Namun, efisiensi yang dilakukan bersamaan dengan bertambah gemuknya jumlah kementerian menjadi paradoks.

Kekhawatiran mahasiswa akan nasib rakyat harus pula mempunyai arah perubahan yang benar. Sebagai agen perubahan, mahasiswa seharusnya melek politik dan kritis bahwa masalah sebenarnya yang terjadi adalah karena penerapan sistem sekuler kapitalisme demokrasi, dimana dalam sistem ini kedaulatan ada di tangan rakyat. Artinya rakyat atau manusialah yang berhak membuat aturan. Pada kenyataanya kedaulatan ada di tangan para korporasi yang mengusung penguasa dengan politik transaksionalnya. Para pemimpin yang membuat kebijakan akan tunduk pada kepentingan oligarki dan lagi-lagi rakyat menjadi korban. 

Harapan terjadinya perubahan yang lebih baik setelah pergantian kepemimpinan nyatanya hanya berakhir dengan kekecewaan. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan atau pergantian pemimpin yang tidak diiringi dengan perubahan sistem politik yang shohih, hanyalah merupakan perubahan semu.

Sudah seharusnya solusi yang ditawarkan adalah solusi sempurna yang datangnya dari sang Khalik, yaitu solusi Islam. Dalam sistem politik Islam, kedaulatan ada di tangan syara' yang berasal dari Allah. Syariat Islam adalah sumber dari pembuatan undang-undang. Penguasa hanya mengadopsi hukum syara' dalam berbagai kebijakannya. Rakyat boleh mengoreksi penguasa bila kebijakan yang dijalankan tidak sesuai syariat. Aturan yang dibuat tidak akan memberi peluang untuk berpihak pada individu atau kelompok tertentu karena standarnya sudah jelas yaitu syariat.

Sudah seharusnya para mahasiswa dari berbagai kampus yang berbeda di berbagai daerah bergabung dalam jamaah dakwah Islam ideologis yang berjuang demi tegaknya syariah kafah yang nyata terangnya dan penuh dengan keadilan.

Wallahu a'lam bi ash-shawab




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar