KHUTBAH JUM'AT : MEWUJUDKAN DUA PERISAI UMAT


KHUTBAH PERTAMA

إنَّ الْحَمْدَ لِلهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا.
اللهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلًا نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا. أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ ۝١٨٣ (اَلْبَقَرَةُ) 

Alhamdulillâhi Rabbil Âlamin, Segala puji bagi Allah Subhânahu Wa Taâlâ yang telah menganugerahkan kita nikmat iman dan Islam, serta mempertemukan kita di tempat yang diberkahi ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad Shallallâhu alaihi wasallam, beserta keluarga, sahabat, dan seluruh umatnya hingga akhir zaman.
Bertakwalah kepada Allah Subhânahu Wa Taâlâ dengan sebenar-benarnya takwa sebagaimana firman-Nya:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim. (QS. Âli Imrân [3]: 102)
Sungguh takwa adalah benteng terakhir kita di tengah kehidupan akhir zaman saat ini. Dan sungguh, hanya dengan takwa kita akan selamat di dunia dan akhirat.

Hadirin jamaah jumah rahimakumullâh, 
Tak ada bulan yang menandingi keistimewaan Ramadhan. Ramadhan dijuluki sayyid asy-syuhuur (pimpinan seluruh bulan) karena begitu berlimpah keutamaannya. Pada bulan ini ditebarkan ampunan dan rahmat Allah Subhânahu Wa Taâlâ. Pada bulan ini pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu. Pada bulan ini pula ada satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Itulah Lailatul Qadar.
 Pada Bulan Ramadhan Allah Subhânahu Wa Taâlâ menyeru kaum Mukmin untuk melaksanakan ibadah puasa. Demikian sebagaimana firman-Nya:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa, sebagaimana puasa itu telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertakwa. (QS al-Baqarah [2]: 183).

Hadirin jamaah jumah rahimakumullâh,
Secara bahasa, puasa (shawm) bermakna imsâk (menahan), sedangkan secara syari, puasa berarti menahan diri dari makan, minum, dan hubungan suami-istri sejak terbit fajar hingga tenggelam matahari. Rasulullah Shallallâhu alaihi wasallam menyebut puasa sebagai perisai bagi seorang Mukmin, sebagaimana sabdanya;
الصِّيامُ جنَّةٌ كجُنَّةِ أحدِكُم مِنَ القِتالِ
"Puasa adalah perisai seperti perisai salah seorang dari kalian dalam peperangan." (HR an-Nasa’i No.2411).
 Imam Ibnu Rajab rahimahullâhu menjelaskan bahwa puasa melindungi seorang hamba dari berbagai kemaksiatan di dunia, sebagaimana perisai melindungi seseorang dari serangan musuh (Ibnu Rajab, Jaami’ al-’Uluum wa al-Hikam, 2/139). Selain itu, dalam hadis qudsi, Allah Subhânahu Wa Ta’âlâ telah berfirman;
الصِّيامُ جُنَّةٌ يَسْتَجِنُّ بِهَا العَبْدُ مِنَ النّارِ
“Puasa adalah perisai. Dengan perisai itu seorang hamba membentengi dirinya dari siksa api neraka.” (HR Ahmad No.15299). 
Puasa yang dijalankan dengan keimanan dan hanya mengharap ridha Allah Subhânahu Wa Ta’âlâ akan mengantarkan seorang Muslim pada ketakwaan (QS al-Baqarah [2]: 183). Ketakwaan ini mendorongnya untuk menaati perintah Allah Subhânahu Wa Taâlâ dan menjauhi segala larangan-Nya, seperti ghibah, kata-kata kotor, kebohongan, riba, zina, dan korupsi. Dengan demikian, puasa bukan sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi membentuk pribadi yang senantiasa menjaga ketaatan, bahkan setelah Ramadhan berlalu.

Hadirin jamaah jumah rahimakumullâh
Pertanyaannya, apakah shaum Ramadhan yang telah kita jalankan setiap tahun telah benar-benar menjadi junnah (perisai) untuk diri kita? Sudahkah shaum Ramadhan yang terus berulang setiap tahun membentuk ketakwaan total pada mayoritas Muslim di negeri ini? 
Survei Pew Research Center 2024 menunjukkan Indonesia sebagai negara paling religius di dunia, tetapi kenyataan di lapangan bertolak belakang. Banyak pejabat Muslim, tetapi korupsi tetap merajalela, seperti kasus di Pertamina yang merugikan negara hampir Rp 1.000 triliun. Itu belum termasuk total korupsi bernilai ribuan triliun rupiah lainnya di bidang pertambangan, seperti timah, infrastruktur, dan berbagai bidang lainnya. Begitu pula maraknya judi online yang melibatkan 8,8 juta warga dengan perputaran uang Rp 600 triliun serta pinjaman online yang menjerat 18 juta orang dengan total transaksi Rp 69 triliun. 
Fenomena ini terjadi karena ajaran Islam telah dipersempit hanya dalam aspek ibadah ritual, sementara aspek lainnya seperti ekonomi, sosial, dan politik dikesampingkan. Inilah paham sekulerisme (memisahkan agama dari kehidupan) yang telah menjadi falsafah di negeri ini. Bahkan, ajaran Islam sering dieksploitasi demi keuntungan politik dan ekonomi, seperti penggunaan citra keshalihan dalam politik menjelang pemilu. Ironisnya, mereka yang menyerukan penerapan Islam secara kaaffah justru dilabeli radikal dan dimusuhi. 

Padahal, Rasulullah Shallallâhu alaihi wasallam telah mengingatkan bahwa puasa bisa menjadi sia-sia jika tidak membentuk ketakwaan sejati. Sabda beliau:
رُبَّ صَاىِٔمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الْجُوْعُ وَالْعَطَشُ 
"Betapa banyak orang berpuasa, yang hasil dari puasanya hanyalah lapar dan dahaga saja" (HR Ahmad No.9683). 
Puasa seharusnya menjadi perisai, tetapi tanpa penerapan Islam secara menyeluruh, ia gagal melindungi individu dan masyarakat dari maksiat serta kerusakan sosial. 
Selain itu, umat juga kehilangan perisai lain, yakni Imam/Khalifah yang menerapkan Islam secara kaaffah. Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam bersabda;
إِنَّمَا الإمَامُ جُنَّةٌ
"Sesungguhnya Imam (Khalifah) adalah perisai..." (HR Muslim No.1841).
Imam an-Nawawi menjelaskan bahwa Khalifah melindungi umat dari kejahatan, menjaga kemuliaan Islam, dan memberikan rasa aman. Ketiadaan perisai ini membuat kaum Muslim tercerai-berai, kehilangan perlindungan, dan tidak memiliki kekuatan untuk melawan penjajahan maupun ketidakadilan. 
Khilafah yang menjadi pelindung umat dihancurkan oleh Inggris dengan bantuan Kamal Ataturk pada 3 Maret 1924. Sejak saat itu, kaum Muslim dibiarkan tanpa penjaga, sementara musuh-musuh Islam semakin leluasa merampas sumber daya dan melemahkan umat. Bahkan, Khilafah dimonsterisasi agar umat takut terhadap ajarannya sendiri. Imam al-Ghazali rahimahulLâh menegaskan bahwa agama dan kekuasaan adalah saudara kembar;
الدِّيْنُ وَالسُّلْطَانُ تَوْأَمَانِ، وَلِهَذَا قِيْلَ: الدِّيْنُ أُسٌ وَالسُّلْطَانُ حَارِسٌ وَمَا لاَ أُسَ لَهُ فَمَهْدُوْمٌ وَمَا لاَ حَارِسَ لَهُ فَضَائِعٌ
“Agama dan kekuasaan itu ibarat dua saudara kembar. Karena itu sering dikatakan: Agama adalah fondasi, sementara kekuasaan adalah penjaganya. Apa saja yang tidak memiliki fondasi akan hancur. Apa saja yang tidak memiliki penjaga akan lenyap.” (Abu Hamid al-Ghazali, Al-Iqtishâd fî al-I’tiqâd, 1/78).
Sudah saatnya umat Islam menyadari bahwa hanya dengan penerapan Islam secara total, ketakwaan sejati dan perlindungan hakiki dapat terwujud. 

Hadirin jama’ah jum’ah rahimakumullâh
Wahai kaum Muslim! Bukankah sudah saatnya kita memperbaiki kualitas puasa kita? Tidak lain agar terwujud ketakwaan yang hakiki dan menyeluruh dalam diri kita. 
Untuk itu, mari kita menjadikan Ramadhan kali ini untuk memulai perubahan menuju pribadi yang benar-benar bertakwa, yang siap menjalankan dan menegakkan syariah Allah Subhânahu Wa Ta’âlâ secara kaaffah. Tentu dalam institusi Khilafah. Sebabnya, hanya dengan Khilafahlah segenap ajaran dan hukum-hukum Islam dapat terlaksana sempurna. WalLâhu a’lam bi ash-shawâb. []

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ




KHUTBAH KEDUA

اَلْحَمْدُ لِلهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إِلَى رِضْوَانِهِ، اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ؛ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُواللّٰهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَّى بِمَلآ ئِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ، وَقَالَ تَعاَلَى: إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ، وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ، وَارْضَ اللهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ، أَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِي، وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ، وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءَ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ، وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيْنَ، وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ، وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ، وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَاْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ، وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ بُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ، رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ





Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar