Oleh : Eulis Nurhayati
Dilansir dari TEMPO.CO online Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga / Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebut remaja yang menderita kesehatan mental sangat tinggi, yaitu mencapai 15,5 juta orang atau setara 34,9 persen dari total remaja Indonesia. Wakil Menteri Kementerian Kependudukan Ratu Ayu Isyana Bagoes Oka mengatakan generasi muda saat ini memang menghadapi tantangan yang semakin kompleks, salah satunya adalah isu kesehatan mental di kalangan remaja.
“Hal ini tentu saja menjadi keprihatinan kita bersama, mengingat Indonesia adalah negara yang besar dan penduduk merupakan modal dasar dari pembangunan itu sendiri,” kata Isyana dalam acara Konsolidasi Nasional Pemimpin Muda Hindu di Pusat Pendidikan dan Letihan Kementerian Agama, kawasan Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Banten seperti dikutip dari pernyataan resmi kementerian, Jumat, 14 Februari 2025.
Banyaknya remaja yang terkena penyakit mental menunjukkan gagalnya negara membina generasi. Karena memang generasi saat ini menjadi titik tolak keberhasilan dari negara. Oleh karenanya kualitas dan kemajuan negara pun memang bergantung pada generasi muda itu sendiri. Dan kesuksesan negara tidak hanya dilihat dari sumber daya alam yang melimpah, akan tetapi juga kualitas dari sumber daya manusianya. Dari itu bisa dikatakan ketika generasinya baik, dan memiliki mental yang kuat dan sehat, maka baik dan berhasil pula lah pembinaan dari negaranya, adapun sebaliknya ketika generasi banyak mengalami permasalahan termasuk banyaknya remaja yang terkena penyakit mental, otomatis itu bisa menunjukkan kegagalan dalam pembinaan generasi dari negaranya. Untuk itu maka generasi emas 2045 nyaris mustahil terwujud jika kondisi penyakit mental di kalangan generasi ini terus dibiarkan.
Tidak bisa dipungkiri negara secara sadar menerapkan sistem Kapitalisme sekulerisme dan berdampak mewarnai kehidupan dalam berbagai aspek. Karakter dasar kapitalisme adalah rusak dan merusak. Daya rusak kapitalisme sekuler bersifat massal, bukan saja membunuh generasi dalam arti fisik, tetapi juga bisa membunuh masa depan generasi. Dalam Pendidikan sekuler misalnya, membentuk remaja berperilaku liberal yang gagal memahami jati dirinya. Pendidikan sekuler adalah suatu sistem pendidikan yang tidak sama sekali memprioritaskan nilai-nilai agama dan spiritual. Melainkan lebih fokus pada pengetahuan dan keterampilan yang bersifat materialistis. Hal ini dapat menyebabkan remaja kehilangan identitas dan nilai-nilai yang seharusnya menjadi dasar bagi kehidupan mereka.
Negara ini gagal memahami penyelesaian yang shahih atas segala persoalan kehidupan. Dampaknya membuat remaja rentan terhadap masalah mental. Remaja pun gagal memahami penyelesaian shahih atas segala persoalan kehidupannya. Yang pada akhirnya penyakit mental tak terhindarkan.
Berbeda dengan Islam. Kepemimpinan Islam memiliki tanggung jawab untuk melahirkan generasi cemerlang yang berkualitas, melalui penerapan berbagai sistem kehidupan sesuai dengan syariat Islam. Dan menjadikan pemimpin Islam tidak hanya fokus pada kekuasaan dan kepentingan pribadi, tetapi juga memiliki tanggung jawab untuk membentuk generasi yang akan datang. Mereka harus menerapkan sistem kehidupan yang sesuai dengan syariat Islam, mulai dari pendidikan, ekonomi, sosial, hingga politik. Tujuannya adalah untuk menciptakan generasi yang memiliki akhlak yang baik, berpengetahuan, dan bermental kuat. Selain itu negara dan penguasa harus menjalankan tugas sebagai junnah, yakni pelindung dan pengayom umat.
Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya imam (khalifah) itu (laksana) perisai, (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)nya. Jika seorang imam (Khalifah) memerintahkan supaya bertakwa kepada Allah ’Azza wa Jalla dan berlaku adil, maka ia (khalifah) mendapatkan pahala karenanya; dan jika ia memerintahkan selain itu, maka ia akan mendapatkan siksa.” (HR Bukhari, Muslim, An-Nasa’i, Abu Dawud, Ahmad).
Sistem Islam terbukti mampu mencetak generasi berkualitas bermental tangguh dan intelek. Mulai dari era khulafaur rasyidin, seperti Ali bin Abi Thalib (sahabat paling cerdas dan bertubuh kuat), Usamah bin Zaid (remaja pemimpin Perang Qadisiyah); hingga era kekhalifahan setelahnya, seperti Imam Syafi'i (anak yatim yang menjadi ulama besar pada usia yang sangat muda), Imam Abu Hanifah (pemuda yang menghabiskan waktunya dengan banyak membaca), Shalahuddin al-Ayyubi (pembebas Al-Quds), Al-Khawarizmi (penemu angka nol), dan Muhammad al-Fatih (penakluk Konstantinopel).
Di Sisi yang lain, lslam pun mewajibkan negara membangun sistem pendidikan yang berasas aqidah Islam yang mampu mencetak orang-orang bermental kuat. Oleh karena tujuan pendidikan dalam sistem Islam adalah membentuk kepribadian Islam (syakhsiyah islamiah), sekaligus memiliki keterampilan menyelesaikan problem kehidupan. Dan Ini bukan hanya tentang mengajarkan agama, tetapi juga tentang membentuk generasi yang memiliki mental kuat. Termasuk berakhlak mulia, dan siap membangun peradaban Islam yang gemilang. Negara juga wajib menyiapkan orang tua dan masyarakat untuk mendukung proses pembentukan generasi pembangun peradaban Islam yang mulia, yang bermental kuat. Karenanya Keluarga merupakan wadah pertama dan pilar utama yang memberikan kontribusi besar dalam mendidik generasi. Begitu pun Islam telah menetapkan bahwa ’ bukan hanya keluarga yang bertanggung jawab, akan tetapi masyarakat dan negara memiliki andil yang besar untuk mewujudkan generasi berkualitas, bermental kuat.
Negara juga akan menetapkan kebijakan untuk menjauhkan remaja dari segala pemikiran yang bertentangan dengan Islam, yang menyebabkan remaja blunder dengan persoalan hidupnya. Kebijakan ini akan difokuskan pada upaya pencegahan dan pendidikan yang berkarakter islami, Memperbanyak kajian-kajian Islam, serta memberantas sosial media yang hanya memberikan dampak negatif bagi para remaja. Langkah ini dilakukan semata-mata untuk menyelamatkan generasi agar tidak kehilangan arah dan menjadikan generasi Rabbani generasi yang takut akan Rabb-nya. Yaitu generasi yang beriman kepada Tuhannya sehingga senantiasa berada dalam penjagaan-Nya sebab mendapatkan petunjuk dari Tuhannya dalam kehidupannya.
Sebagaimana yang digambarkan dalam firman Allah Swt :
نَحۡنُ نَقُصُّ عَلَيۡكَ نَبَاَهُمۡ بِالۡحَـقِّؕ اِنَّهُمۡ فِتۡيَةٌ اٰمَنُوۡا بِرَبِّهِمۡ وَزِدۡنٰهُمۡ هُدًىۖ
Artinya : “Kami ceritakan kepadamu (Muhammad) kisah mereka dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambahkan petunjuk kepada mereka.” (QS. Al-Kahfi : 13).
Dengan demikian, sudah saatnya generasi umat ini diselamatkan dengan penerapan sistem Islam. Karena hanya dalam sistem Islam yang mempunyai visi penyelamatan generasi ke depan. Dan bisa menjadikannya generasi berkualitas—pelanjut estafet perjuangan tegaknya Islam— yang bermental kuat. Bahkan menjadikan generasi muda sebagai benteng perubahan sekaligus benteng peradaban.
Wallahu A'lam Bish-shawab.
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar