Oleh : Vera Carolina, S.P
Miris dan kesedihan yang mendalam dirasakan kaum muslimin hari ini. Dilansir dari Liputan6.com 6/4/25 memberitakan bahwa akibat serangan Israel yang terus menerus sejak 7 Oktober 2023 sebanyak 39.000 Anak Palestina di Gaza menjadi Yatim. Jalur Gaza menjadi tanah yang tidak aman bagi anak-anak. Menurut Biro Statistik Palestina seperti dilansir Al Mayadeen, Jalur Gaza kini menghadapi krisis yatim terbesar dalam sejarah modern. Dalam pernyataan yang dikeluarkan menjelang Hari Anak Palestina, biro tersebut mengonfirmasi bahwa 39.384 anak telah menjadi yatim sepanjang 534 hari pengeboman. Dari jumlah tersebut, sekitar 17.000 anak kehilangan kedua orangtua dan kini menghadapi kehidupan tanpa dukungan atau perawatan.
Sementara itu, sedikitnya 100 anak Palestina tewas atau terluka setiap harinya di Jalur Gaza sejak Israel melanggar gencatan senjata pada 18 Maret 2025, kata kepala badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) Philippe Lazzarini, mengutip UNICEF pada Jumat (4/4). Lazzarini Menyebut situasi ini mengerikan serta menyayangkan hidup anak-anak yang terputus akibat perang yang bukan mereka yang buat.
Fakta-fakta yang ada saat ini menunjukkan kebiadaban zionis.Puluhan ribu anak-anak menjadi korban genosida. Narasi soal HAM, aturan internasional dan perangkat hukum soal perlindungan dan pemenuhan hak anak hanyalah ucapan semata tanpa ada tindakan yang nyata untuk mencegahnya. Kenyataannya aturan-aturan tersebut tak mampu menghentikan apalagi mencegah penderitaan anak-anak Palestina. Lantas, apa solusi hakiki persoalam Palestina agar derita anak-anak Palestina tidak terulang kembali?
Kaum Muslim adalah Satu Tubuh
Rasulullah saw. mengibaratkan kaum muslim laksana satu tubuh. Beliau bersabda, “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, menyayangi, dan mengasihi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya).” (HR Bukhari dan Muslim).
Apa yang menimpa anak-anak Palestina sejati nya kaum muslimin merasakan sakit yang sama. Salah satu bagian tubuh kaum muslimin tertindas secara fisik. Seharusnya kaum muslimin diluar palestina juga merasakan hal yang sama. Bergerak cepat unruk mengobati sakit itu. Layak nya tubuh saling membantu agar luka di tubuh itu tidak melemah kan tubuhnya. Namun, hari ini, sangat disayangkan kaum muslimin yang berada dekat dengan palestina hanya diam dengan mengecam saja tanpa menghilangkan sebab masalah yaitu penjajahan Israel di tanah Palestina.
Sikap diam dan mengecam saja diakibatkan pembatasan wilayah dalam lingkup negara. Pembatasan ini lahir dari paham Nasionalisme. Suatu paham cinta tanah air dan bangsa. Paham nasionalisme inilah yang membuat penguasa negeri-negeri muslim bangga dengan kebangsaan masing-masing. Alhasil kaum kafir penjajah berhasil mengotak-kotakkan kaum muslim ke berbagai negara bangsa di dunia. Mereka hidup dalam batas-batas wilayah dan enggan bertindak lebih lanjut persoalan Palestina dengan alasan Palestima bukan urusan kita. cukup dengan mengirimkan bantuan obat-obatan, makanan, pakaian, serta doa. Paham yang lahir dari ide sekulerisme menjadi alat kafir penjajah untuk memperkecil wilayah Khilafah Islam. Berakhir dengan runtuhnya sistem Khilafah Islam pada tahun 1924 M.
Rasulullah saw. sendiri tidak menjadikan ikatan ashabiyah sebagai pengikat antara sesama muslim. Dari Zubair bin Muth’im, bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Bukan termasuk golongan kami, orang yang mengajak kepada ashabiyah, berperang karena ashabiyah dan mati karena ashabiyah.” (HR Abu Dawud). Ashabiyah inilah yang dikenal dengan istilah nasionalisme. Yang tergambar di benak kaum muslimin bahwa umat Islam persoalam kaum muslimin terbatas pada wilayah negerinya saja, sedangkan persoalan Palestina adalah persoalan bangsanya saja bukan persoalan seluruh kaum muslimin di dunia.
Palestina Menuntut Pertanggungjawaban
Derita anak-anak Gaza semestinya menyadarkan umat bahwa tidak ada yang bisa mereka harapkan dari lembaga-lembaga internasional dan semua aturan yang dilahirkannya. Palestina akam menuntut pertanggungjawaban dari kaum muslimin apa yang menimpa mereka. Masa depan Gaza ada pada tangan mereka sendiri, yakni pada kepemimpinan politik Islam dalam bingkai sistem khilafah Islam yang semestinya sungguh-sungguh mereka perjuangkan.
Khilafah berfungsi sebagai pengurus dan perisai kaum muslimin. Khilafah tidak akan pernah membiarkan kezaliman menimpa rakyatnya. Khilafah terbukti selama belasan abad berhasil menjadi benteng pelindung yang aman, dan memberikan support system terbaik bagi tumbuh kembang anak sehingga mereka bisa menjadi generasi cemerlang pembangun peradaban emas dari masa ke masa.
Setiap muslim wajib terlibat dalam memperjuangkan kembalinya khilafah agar mereka punyai hujjah dihadapan Allah SWT bahwa mereka tidak diam berpangku tangan melihat anak-anak Gaza dan orang tua mereka dibantai oleh zionis dan sekutu-sekutunya. Persoalan anak-anak Gaza akan selesai ketika persoalan Palestina juga terselesaikan secara tuntas. Dalam pandangan hukum syara ketika kaum muslimin dibunuh tanpa alasan yang dibenarkan syariat maka wajib ada pembelaan dari pemimpin kaum muslimin untuk menjaga darah, harta, serta kehormatan dengan aktifitas fisik mengakhiri kebrutalan zionis dengan memeranginya berupa aktivitas jihad dan khilafah.solusi tuntas hanya dapat terwujud dengan jihad dan khilafah.
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar