Gaza: Evakuasi Bukan Solusi


Oleh : Siami Rohmah 

Terbaru, Presiden Prabowo berencana evakuasi 1000 warga Gaza ke Indonesia. Pemerintah melalui Menteri Luar Negeri, Sugiono menyatakan evakuasi ini bukan berarti relokasi permanen. Warga Gaza bisa kembali lagi ke Gaza. (BBC NEWS Indonesia)

Rencana evakuasi dari Presiden Prabowo ini memicu kontroversi di tengah-tengah masyarakat, terutama para pengamat. Bahkan, Majelis Ulama Indonesia juga memberikan reaksi. Berbagai pendapat dikemukakan sebagai alasan penolakan ini, antara lain, iklim ekonomi di Indonesia sedang susah, akan menimbulkan gelombang protes di dalam negeri ketika negara menerima warga Gaza. Kemudian evakuasi ini justru dipandang sebagai dukungan atas ambisi Trump untuk menguasai Gaza.

Keinginan untuk evakuasi ini sebenarnya sudah mengemuka sejak 19 Januari lalu. Pasca proses genjatan senjata antara Hamas dan Israel. Setelah pernyataan Trump yang akan mengambil alih Gaza dan merelokasi warganya sambil menunggu prosea pembangunan kembali. Dalihnya, Gaza tak layak ditinggali setelah hancur lebur akibat serangan Israel.

Penolakan ide Presiden Prabowo adalah sesuatu yang wajar. Karena rencana evakuasi ini berarti memberikan dukungan dan membukakan jalan dari rencana penjajah Israel dan Amerika untuk mengusir warga Gaza dari tanah air mereka. Ketika Gaza ditinggalkan oleh penduduknya maka akan semakin mudah bagi penjajah untuk menguasai seluruh wilayah yang tersisa. Selain itu ide evakuasi juga bertolak belakang dengan seruan jihad untuk pembebasan Palestina.

Telah nyata selama ini solusi yang ditawarkan tak pernah menjumpai hasil. Karena bahasa yang tepat untuk Israel adalah bahasa perang bukan bahasa diplomasi dan perjanjian. Evakuasi adalah pengusiran secara halus rakyat Gaza. Padahal mereka berada di tanah milik mereka sendiri. Kalau ada yang harus diusir itu adalah Israel karena telah merampas tanah rakyat Palestina.

Opini lain yang mengemuka terhadap rencana evakuasi adalah buah dari kebijakan Trump untuk menaikkan tarif resiprokal barang dari Indonesia sebesar 32%. Pengamat menduga evakuasi adalah hasil negoisasi Indonesia dengan AS, di sisi lain Indonesia akan aman dari hasil final kebijakan tarifnya Trump.

Pengamanan itu dijamin dengan penerimaan Indonesia atas evakuasi warga Gaza, di mana negara-negara lain tidak mau menerima ide evakuasi ini. Inilah yang terjadi ketika sebuah negara tidak memiliki "posisi " dipercaturan dunia. Indonesia tidak memiliki posisi tawar. Contoh berbeda kita lihat pada Cina, di mana ketika AS menaikkanan tarif impor, Cina justru menaikkan tarif untuk Amerika di atas 100%. Hal ini membuat Trump "mengemis" untuk negoisasi.

Solusi untuk masalah Gaza sejatinya bukanlah evakuasi. Pemimpin kaum muslimin yang jumlahnya tak kurang dari 2 miliar jiwa ini seharusnya menyambut seruan jihad, memobilisasi pasukan untuk membebaskan Gaza dari penjajah Israel. Namun, hal itu tak bisa dilakukan karena dinding dan sekat-sekat nation state. Nasionalisme menghalangi negara untuk ikut campur masalah negara lain, meskipun itu sesama muslim dan nyata-nyata terjadi kezaliman.

Para penguasa hanya memberikan retorika berulang yang tak kunjung membuahkan hasil, bahkan tak sedikit yang justru berpeluk mesra dengan zionis Israel. Ini merupakan bentuk pengkhianatan pemimpin kaum muslimin kepada saudara mereka di Gaza dan Palestina.

Umat Islam adalah umat terbaik yang Allah ciptakan di antara umat manusia. Dengan jumlah yang besar dan kekuatan iman. Umat Islam seharusnya bisa menjadi adidaya. Berperan dalam percaturan dunia. Menjadi rahmat untuk seluruh alam, pembela mereka yang tertindas. Namun, saat ini karena umat Islam tidak bersatu mereka senantiasa tertindas baik dalam kondisi minoritas maupun mayoritas.

Umat Islam yang pernah memimpin dunia tak kurang dari 13 abad lamanya kini begitu sengsara. Hal ini karena pelindung mereka, Khilafah rasyidah telah tiada. Khilafah yang dulu membela Palestina dari tentara Salib, Khilafah yang dulu membela dari Theodor Hertzl yang ingin meminta tanah Baitul Maqdis.

Untuk itu umat dan pemimpinnya harus didorong menolak rencana evakuasi ini. Kemudian juga terus mendorong untuk pengiriman pasukan untuk menyerang zionis Israel. Di samping berupaya menegakkan kembali perisai kaum muslimin yaitu Khilafah yang akan menjadi solusi hakiki atas Palestina. Sebagaimana dahulu Khilafah membela dan membebaskan bumi Mi'raj dari cengkeraman musuh-musuhnya. Insyaallah. []




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar