Huru-hara Tarian Hora


Oleh: Imas Royani, S.Pd.

Astaghfirullah! Viral di media sosial tarian THR yang sedang trend ternyata Tarian Hora yang ternyata berasal dari budaya yahudi I5rael. Umat muslim khususnya yang berada di Indonesia kembali kena Frank. Setelah sebelumnya berhasil digiring boikot produk I5rael melalui fatwa haram yang dikeluarkan MUI. 

Di awal Ramadhan, banyak doa dipanjatkan bagi saudara-saudara kita di Gaz4. Semoga Ramadhan tahun ini adalah Ramadhan terakhir Gaz4 sendirian menghadapi kebengisan Zi0nis. Betapa kita juga begitu iri akan keteguhan mereka dalam mempertahankan akidah. Berbeda dengan kita di Indonesia, terlalu banyak kesenangan yang melalaikan.

Tapi begitu dapat THR, malah dibelikan produk (terutama minuman instan) yang terafiliasi I5rael. Tanpa malu pamer bagi-bagi minuman tersebut sebagai hadiah di hari raya. Tak ayal, minuman favorit selain sirup, ya minuman tersebut yang disuguhkan sebagai hidangan hari raya. Sulit banget merealisasikan dukungan terhadap saudara kita di Gaz4.

Dan sekarang, kaum muslim kembali latah ikut-ikutan budaya yahudi I5rael. Meski banyak yang menyanggah bahwa itu hanya sekedar seru-seruan dengan melakukan Tarian THR yang digunakan saat bagi-bagi hadiah THR. Belakangan diketahui ternyata Tarian THR meniru tarian Hora. Tarian Hora adalah tarian rakyat yang sangat populer di kalangan komunitas Yahudi di I5rael dan diaspora Yahudi di berbagai negara. 

Tidak bisa menyangkal, Tarian THR hampir 100% mirip Tarian Hora terutama pada gerakan berputar dalam lingkaran dan ritme langkah cepatnya. Meskipun tidak secara eksplisit disebut sebagai Hora, namun struktur gerakan dan bentuk koreografinya mengarah ke inspirasi yang sangat mirip. Bahkan beberapa netizen dan penelusuran menyebutkan bahwa template atau inspirasi Tarian THR diambil dari video populer dengan latar Tarian Hora yang telah diunggah sebelumnya.

Adapun Tarian Hora memiliki ciri khas, yaitu sebagai berikut:
-Dilakukan secara berkelompok membentuk lingkaran, saling bergandengan tangan.
-Mengikuti ritme cepat dengan langkah kaki yang berulang dan sinkron.
-Biasanya diiringi musik tradisional seperti lagu Hava Nagila.
-Sering ditampilkan dalam acara pernikahan, festival keagamaan, dan perayaan nasional I5rael (seperti Yom Ha'atzmaut).
Tarian ini menjadi simbol kebersamaan dan identitas nasional I5rael, terutama pasca pendirian negara tersebut tahun 1948.

Berakar dari Tarian Rakyat Eropa Timur, terutama dari komunitas Rumania dan Balkan, kemudian diadaptasi oleh komunitas Yahudi Ashkenazi di Eropa, lalu dibawa ke Tanah Palestina sebelum masa negara I5rael berdiri. Di wilayah Palestina (pra-1948), gerakan Zi0nis memasukkan tarian ini sebagai bagian dari upaya membentuk identitas budaya baru bagi komunitas Yahudi di tanah tersebut. Jadi meskipun asal gerakannya berasal dari Eropa Timur, Hora dalam konteks modern sangat erat dikaitkan dengan budaya dan identitas Zi0nis I5rael.

Dalam budaya Yahudi/I5rael, Tarian Hora merupakan simbol kebersamaan, perayaan, dan nasionalisme. Tarian Hora dipakai dalam banyak acara keagamaan dan nasional, sehingga memiliki dimensi bukan sekadar hiburan, tapi juga simbol identitas budaya dan politik.

Jika tarian tersebut jelas merupakan bagian dari simbol identitas dan kebanggaan suatu kaum atau nasionalisme musuh-musuh Islam (seperti I5rael), maka mengadopsinya tanpa menyadari asalnya bisa berbahaya dan tidak pantas bagi seorang muslim, sebab bisa dikategorikan sebagai tasyabbuh.

Tasyabbuh adalah sikap, ucapan, atau perbuatan yang menyerupai non muslim. Dan hal demikian adalah terlarang. Rasulullah Saw. bersabda: “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Abu Dawud, hasan shahih).

Allah SWT. berfirman:
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِ ۗ وَمَنْ يَّتَّبِعْ خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِ فَاِ نَّهٗ يَأْمُرُ بِا لْـفَحْشَآءِ وَا لْمُنْكَرِ ۗ وَلَوْلَا فَضْلُ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهٗ مَا زَكٰى مِنْكُمْ مِّنْ اَحَدٍ اَبَدًا وَّلٰـكِنَّ اللّٰهَ يُزَكِّيْ مَنْ يَّشَآءُ ۗ وَا للّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ
"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Barang siapa mengikuti langkah-langkah setan, maka sesungguhnya dia (setan) menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan mungkar. Kalau bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu, niscaya tidak seorang pun di antara kamu bersih (dari perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui." (QS. An-Nur: 21).

Apalagi jika kemudian ikut-ikutan tanpa ilmu dan malah menormalisasi simbol-simbol musuh Islam dalam kehidupan sehari-hari. Jika seseorang mengikuti tarian hanya karena tren tanpa mengetahui asal-usulnya, maka hukumannya bisa lebih ringan, namun tetap perlu diberikan edukasi agar tidak terjatuh dalam kelalaian dan kebodohan.

Namun, bila sudah tahu asal-usulnya dan tetap dengan sengaja mengikuti serta menyebarkannya, bisa jatuh ke dalam dosa karena mendukung budaya musuh Islam secara tidak langsung.

Umat Islam sebaiknya lebih berhati-hati dan selektif dalam mengikuti tren, terutama jika tren itu berasal dari budaya yang sarat dengan identitas ideologis atau keagamaan non-Islam, apalagi yang terkait dengan Zi0nisme. Mendingan mempromosikan budaya dan seni yang bernuansa Islami, atau setidaknya netral dari unsur keagamaan dan politik yang bertentangan dengan Islam.

Hanya saja dalam kondisi saat ini hal-hal demikian terasa berat sebab telah menjadi masalah sistemis yang tentu memerlukan solusi sistematis pula. Tidak cukup dengan perubahan yang dilakukan individu melainkan harus dilakukan bersama-sama antara individu, masyarakat, dan negara sebagaimana dahulu ketika sistem Islam diterapkan. 

Betapa terefisiensinya waktu sehingga ibadah dapat dilakukan dengan optimal sehingga akan terhindar dari kegiatan unfaedah apalagi tasyabbuh. Dari sinilah urgensi mengkaji Islam kaffah bersama kelompok dakwah Islam ideologis dan melakukan aktifitas dakwah agar kita dapat meraih derajat takwa yang sebenar-benarnya. Mari bersama-sama kita mewujudkannya tanpa nanti tanpa tapi!

Wallahu'alam bishshawab.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar