Oleh : Lisa Izzate
Pemerintah Indonesia melalui Presiden Prabowo Subianto menyatakan kesiapan menampung sekitar seribu warga Palestina yang terluka dan anak-anak yatim akibat agresi brutal Israel di Jalur Gaza. Rencana ini termasuk upaya evakuasi sementara bagi mereka ke Indonesia hingga kondisi kesehatan dan keamanan membaik. Dalam kunjungan diplomatik ke negara-negara Timur Tengah seperti Mesir, UEA, dan Qatar, Prabowo membawa misi kemanusiaan yang diklaim sebagai bentuk nyata solidaritas Indonesia terhadap Palestina.
Tidak dapat dipungkiri bahwa langkah ini adalah respons positif dalam kacamata kemanusiaan. Mengulurkan tangan kepada korban perang, terutama anak-anak dan warga sipil yang tak berdosa, mencerminkan nurani yang masih hidup di tengah dunia yang cenderung apatis. Namun, jika dicermati lebih dalam, apakah benar ini merupakan solusi sejati bagi penderitaan rakyat Gaza? Ataukah ini hanya upaya ‘tambal sulam’ yang tidak menyentuh akar masalah?
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa penderitaan rakyat Palestina tidak semata karena kekurangan fasilitas medis atau tempat tinggal sementara. Penyebab utama dari tragedi kemanusiaan ini adalah penjajahan Israel yang brutal, kezaliman militer yang terus berlangsung, serta tidak adanya kekuatan yang mampu membela umat Islam di sana secara nyata dan bersenjata. Dalam konteks ini, solusi sejati bukanlah mengevakuasi korban, tapi menghapuskan sebab penderitaan itu sendiri: penjajahan dan agresi zionis.
Solusi tuntas bagi Gaza sejatinya adalah mengangkat senjata melawan penjajah dan membebaskan wilayah tersebut sepenuhnya melalui jihad fi sabilillah. Namun, jihad yang terorganisir dan terarah hanya mungkin terlaksana jika ada institusi politik yang menaunginya—yakni Khilafah Islamiyah. Khilafah adalah satu-satunya entitas yang memiliki legitimasi syar'i dan kemampuan riil untuk menggerakkan umat serta pasukan kaum Muslimin demi membebaskan tanah-tanah Islam dari penjajahan, termasuk Palestina.
Dengan demikian, seruan untuk solusi kemanusiaan semata justru berpotensi menjauhkan umat dari upaya pembebasan yang sesungguhnya. Sudah saatnya umat Islam menyadari bahwa penderitaan di Gaza tidak akan berakhir hanya dengan bantuan medis dan makanan. Umat membutuhkan kepemimpinan yang bersatu, visi jihad yang jelas, dan negara pelindung yang benar-benar peduli—bukan negara-negara yang hanya bergerak ketika sorotan media menekan. Maka, tegaknya Khilafah bukanlah sekadar wacana, melainkan kebutuhan mendesak untuk mengakhiri penderitaan Gaza dan membebaskan Palestina secara total.
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar