Oleh : Arini Fatma Rahmayanti
Pada hari kemenangan kaum muslim dalam merayakan hari raya idul fitri, saat itu pada salah satu sudut bumi, kita mendengar dan menyaksikan kesedihan saudara-saudara kita yang masih terus mengalami genosida/pembantaian oleh laknatullah zionis israel. Peristiwa kesedihan pada saat idul fitri yang terjadi pada saudara kita memang kerap terjadi.
Dilansir dari ANTARA, menurut kalender Islam muslim di seluruh dunia diperkirakan akan merayakan hari pertama Idul Fitri pada Minggu atau Senin, tergantung pada penampakan bulan sabit. Namun di Gaza, tidak banyak yang bisa dirayakan. Tahun ini menjadi kali kedua secara berturut-turut warga Gaza tidak bisa merayakan Idul Fitri.
Dilansir dari TEMPO.CO, militer Israel telah menewaskan sedikitnya sembilan warga Palestina di Gaza pada pagi hari Idul Fitri, Ahad 30 Maret 2025. Seperti dilansir Al Jazeera, para korban tewas termasuk lima anak. Serangan Israel ini terjadi serentak di kamp pengungsi Khan Younis di Gaza selatan hingga di Kota Gaza dan kamp pengungsi Jabalia di Gaza utara.
Kondisi ini akan terus-menerus terjadi pada saudara kita disebabkan tidak adanya junnah atau perisai yang melindungi mereka yakni daulah islam. Saat ini kaum muslim hidup tersekat-sekat oleh garis imajiner nasionalisme, yang menyebabkan kaum muslim hidup masing-masing dalam negara bangsa mereka. Sehingga sangat mudah bagi para penjajah untuk menjajah kaum muslim, terutama saudara muslim kita yang ada di palestina, mereka terjajah secara fisik, bahkan ketika hari raya idul fitri yang seharusnya kita menyambutnya dengan bergembira, mereka harus menanggung kesedihan sebab zionis laknatullah kembali menyerang mereka, hingga ada yang syahid.
Dalam daulah islam, umat muslim akan senantiasa dilingdungi, baik harta, kehormatan, serta jiwanya, sebab dalam islam khalifah (pemimpin) sebagai junnah atau perisai yang akan melindungi rakyatnya, Imam Bukhari dan Muslim telah meriwayatkan hadis dari jalur Abu Hurairah ra. bahwa Nabi saw. bersabda, “Sesungguhnya seorang imam itu [laksana] perisai. Ia akan dijadikan perisai saat orang akan berperang di belakangnya dan digunakan sebagai tameng. Jika ia memerintahkan takwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan adil, maka dengannya, ia akan mendapatkan pahala. Namun, jika ia memerintahkan yang lain, maka ia juga akan mendapatkan dosa/azab karenanya.” (HR Bukhari dan Muslim).
Menjadi junnah (perisai) bagi umat Islam, khususnya, dan rakyat umumnya, meniscayakan imam harus kuat, berani, dan terdepan. Bukan orang yang pengecut dan lemah. Kekuatan ini bukan hanya pada pribadinya, tetapi juga pada institusi negaranya. Kekuatan ini dibangun karena fondasi pribadi dan negaranya sama, yaitu akidah Islam. Imam di dalam hadis tersebut adalah penguasa kaum muslim yang memimpin negara yang sangat kuat, dan ditakuti lawan. Bukan hanya agama, kehormatan, darah dan harta mereka pun terjaga dengan baik. Tidak ada satu pun musuh yang berani macam-macam.
Tanpa imam yang kuat yang sanggup menyatukan umat di seluruh dunia, kaum muslim saat ini terpenjara dalam sekat-sekat nasionalisme. Ketika saudara-saudaranya di negara lain dibantai, dimusnahkan, dan para muslimah direnggut paksa kehormatannya, kaum muslim yang lain hanya sanggup terdiam, menangis, dan mengecam tanpa memiliki daya untuk memberikan pertolongan. Seperti yang terjadi hari ini di Gaza, Palestina. Tidak ada Sholahudin al-Ayyubi yang datang untuk membebaskan Palestina dari cengkeraman Israel.
Tidak ada khalifah yang sanggup menjadi junnah, melindungi kaum muslim dari kezaliman dan memimpin mereka berperang melawan musuh. Malah ide khilafah dimusuhi, didemonisasi, dan dikriminalisasi. Padahal, hanya khalifah yang mampu menyatukan umat dan mengembalikan kemuliaannya dengan dakwah dan jihad. Oleh karenanya, menjadi keniscayaan bagi kita untuk berjuang mewujudkannya di tengah umat. Wallahu'alam bi sawab.
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar