KHUTBAH JUM'AT : MEWUJUDKAN NEGARA ADIDAYA EKONOMI YANG BERIDEOLOGI ISLAM


KHUTBAH PERTAMA

إنَّ الْحَمْدَ لِلّٰهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا.
اللهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلًا نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا. أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى
وَمَنْ اَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِيْ فَاِنَّ لَهٗ مَعِيْشَةً ضَنْكًا وَّنَحْشُرُهٗ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اَعْمٰى ۝١٢٤ (طه) 
Alhamdulillâhi Rabbil Âlamin, Segala puji bagi Allah Subhânahu Wa Taâlâ yang telah menganugerahkan kita nikmat iman dan Islam, serta mempertemukan kita di tempat yang diberkahi ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad Shallallâhu alaihi wasallam, beserta keluarga, sahabat, dan seluruh umatnya hingga akhir zaman.
Bertakwalah kepada Allah Subhânahu Wa Taâlâ dengan sebenar-benarnya takwa sebagaimana firman-Nya:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim. (QS. Âli Imrân [3]: 102)
Sungguh takwa adalah benteng terakhir kita di tengah kehidupan akhir zaman saat ini. Dan sungguh, hanya dengan takwa kita akan selamat di dunia dan akhirat.

Maâsyiral Muslimîn rahimakumullâh,
Dalam dinamika ekonomi global yang terus berubah, setiap kebijakan dari negara adidaya seperti Amerika Serikat selalu menjadi sorotan dan membawa dampak luas bagi banyak negara. Terlebih ketika kondisi ekonomi dunia sedang berada dalam ketidakpastian dan perubahan politik berlangsung begitu cepat, langkah strategis yang diambil oleh pemimpin dunia akan selalu menjadi bahan perbincangan dan evaluasi, baik dari sisi ekonomi, politik, maupun ideologi.
Presiden AS Donald Trump kembali menarik perhatian dunia dengan menerapkan kebijakan tarif impor baru bertajuk "Reciprocal Tariff" sejak 2 April 2025. Kebijakan ini menetapkan tarif minimum sebesar 10% untuk seluruh produk impor ke AS, dan tarif lebih tinggi untuk 57 negara, termasuk Indonesia. Trump menyatakan kebijakan ini bertujuan memperkuat ekonomi domestik, melindungi pekerja lokal, dan menciptakan persaingan dagang yang adil di tengah defisit ekonomi AS. 
Meski tarif resiprokal lazim digunakan untuk menciptakan keseimbangan perdagangan antarnegara, kebijakan ini dinilai kontradiktif dengan semangat kapitalisme global yang menjunjung perdagangan bebas. Sebagai negara pengusung utama ideologi kapitalisme, AS tetap menggunakan pengaruh hegemoniknya untuk mendikte arah ekonomi global. Reaksi pun bermunculan, mulai dari perlawanan terbuka seperti Cina, hingga diplomasi aktif negara-negara Muslim seperti Indonesia, Turki, dan Malaysia melalui forum G-20 guna menegosiasikan kembali aturan main perdagangan internasional.

Maâsyiral Muslimîn rahimakumullâh, 
Saat ini, negeri-negeri Muslim tidak hanya menghadapi keterpurukan ekonomi, tetapi juga menjadi obyek dominasi negara-negara Barat kapitalis. Dunia Islam telah lama dijadikan sasaran penjajahan dan permainan ideologi asing, termasuk dalam bentuk penguasaan politik dan ekonomi. Barat tidak sekadar menjajah, tetapi juga mengubah negeri-negeri Islam menjadi sekuler, menjauhkan mereka dari sistem Islam yang hakiki. Karena itu, negara-negara adidaya kapitalisme menjadi sumber penderitaan bagi umat Islam, baik dalam bentuk intervensi militer maupun dominasi ekonomi.
Realitas ini menunjukkan bahwa sistem kapitalisme global telah terbukti merusak dan melumpuhkan potensi ekonomi umat Islam. Sejak runtuhnya institusi pemersatu umat, yaitu Khilafah Islam pada tahun 1924, negeri-negeri Muslim dipecah-belah dan dipaksa tunduk pada sistem ekonomi asing. Padahal, negeri-negeri Muslim memiliki kekayaan sumberdaya alam yang luar biasa. Namun karena dikuasai oleh kekuatan kapitalis-imperialis, rakyatnya tetap miskin dan negara-negara mereka terjerat utang ribawi. Dalam konteks perang tarif resiprokal yang digagas AS, negara-negara Muslim hanya menjadi korban tanpa daya tawar.
Jelas, kondisi ini bertentangan dengan apa yang Allah Subhânahu Wa Taâlâ kehendaki. Allah Subhânahu Wa Taâlâ berfirman:
...وَلَن يَجۡعَلَ ٱللَّهُ لِلۡكَٰفِرِينَ عَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِينَ سَبِيلًا
”...Sekali-kali Allah tidak akan memberikan jalan kepada kaum kafir untuk menguasai kaum Mukmin.” (QS. an-Nisâ’ [4]: 141).  
Ayat ini menunjukkan bahwa kaum Muslim seharusnya tidak tunduk di bawah dominasi kaum kafir. Artinya, umat Islam wajib memiliki kemandirian, termasuk dalam hal ekonomi, agar tidak mudah ditekan dan bisa melakukan perlawanan yang setara terhadap dominasi negara lain.
Solusinya adalah dengan kembali kepada sistem ekonomi Islam yang diterapkan oleh Negara Khilafah. Sistem ini memiliki keunggulan komparatif yang tidak dimiliki oleh kapitalisme. Pertama, sistem moneter Islam berbasis pada dinar (emas) dan dirham (perak), mata uang yang memiliki nilai intrinsik dan stabil. Emas dan perak tidak bisa dicetak sembarangan, tidak mudah dimanipulasi, serta sesuai dengan perintah Allah dan Rasul-Nya, sehingga menjamin kestabilan moneter.
Kedua, ekonomi Islam menekankan pada sektor riil, melarang riba, pajak, dan spekulasi. Sumber daya alam dalam Islam adalah milik umum yang harus dikelola negara untuk kemaslahatan bersama, bukan untuk kepentingan swasta apalagi asing. Dengan sistem ini, Negara Khilafah akan mandiri secara ekonomi dan mampu bertahan dalam konstelasi perdagangan internasional, termasuk menghadapi perang tarif seperti yang dilakukan AS terhadap negara-negara lain.
Jika negeri-negeri Muslim bersatu dan menerapkan sistem ekonomi Islam secara menyeluruh, maka Dunia Islam memiliki potensi besar menjadi adidaya ekonomi dunia. Dengan kekayaan sumber daya alam, bonus demografi, dan posisi strategis dalam jalur perdagangan global, Dunia Islam akan menjadi kekuatan ekonomi yang adil, seimbang, dan penuh berkahberbeda jauh dari sistem kapitalisme yang eksploitatif dan merusak.

Maâsyiral Muslimîn rahimakumullâh, 
Melawan penjajahan Kapitalisme global adalah kewajiban mendesak bagi kaum Muslim saat ini. Perjuangan politik umat Islam di seluruh dunia harus dilandasi sudut pandang ideologis Islam untuk membangun kembali kekuatan Dunia Islam yang sejati. Penggalangan kekuatan ini tidak boleh bergantung pada negara kapitalis penjajah, tetapi harus dilakukan atas dasar ideologi Islam. Penegakan kembali Khilafah Islam wajib menjadi agenda politik global umat Islam, karena hanya melalui Khilafah umat dapat meraih kemerdekaan hakiki, kekuatan global, serta menyebarkan dakwah Islam ke seluruh dunia sebagaimana kejayaan peradaban Islam di masa lalu.
Sudah saatnya negeri-negeri Muslim bangkit dan berpegang teguh pada syariah Allah Subhânahu Wa Taâlâ. Kejayaan hanya dapat diraih dengan menegakkan syariah Islam secara total dalam seluruh aspek kehidupan. Allah Subhânahu Wa Taâlâ mengingatkan bahwa berpaling dari al-Quran akan membawa kehidupan yang sempit: 
وَمَنۡ أَعۡرَضَ عَن ذِكۡرِي فَإِنَّ لَهُۥ مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحۡشُرُهُۥ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ أَعۡمَىٰ
”Siapa saja yang berpaling dari peringatan-Ku (al-Qur’an) maka sungguh bagi dia penghidupan yang sempit dan Kami akan menghimpunkan dirinya pada Hari Kiamat dalam keadaan buta.” (QS. Thâhâ [20]: 124). 
Sementara beriman dan bertakwa justru akan membuka keberkahan dari langit dan bumi.
وَلَوۡ أَنَّ أَهۡلَ ٱلۡقُرَىٰٓ ءَامَنُواْ وَٱتَّقَوۡاْ لَفَتَحۡنَا عَلَيۡهِم بَرَكَٰتٍ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِ...
”Andai saja penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka aneka keberkahan dari langit dan bumi” (QS. al-Arâf [7]: 96). Ketakwaan yang diwujudkan melalui penerapan syariah secara menyeluruh inilah yang akan menjadi jalan menuju kemuliaan dan keberkahan bagi umat Islam di seluruh dunia. WalLâhu alam bi ash-shawâb. []

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ





KHUTBAH KEDUA

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إِلَى رِضْوَانِهِ، اللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ؛ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُواللّٰهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَّى بِمَلآ ئِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ، وَقَالَ تَعاَلَى: إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ، وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ، وَارْضَ اللّٰهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ، أَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِي، وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ، وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءَ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، اللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ، وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيْنَ، وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ، وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ، وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
اللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَاْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ، وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ بُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ، رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ





Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar