Oleh: Imas Royani, S.Pd.
G4Z4 kembali diserang habis-habisan, bahkan menargetkan sekolah hingga menyebabkan banyak anak-anak yang syahid. Tak henti-hentinya G4Z4 dibombardir Zi0nis laknatullah. Jasad korban pengeboman berterbangan ibarat debu berhamburan sampai tak tega melihatnya. Tak terbayang juga jika yang menjadi korban itu adalah anak, atau saudara kita di sini, di Indonesia.
Ya, Indonesia. Negeri yang dengan tegas menolak penjajahan di atas dunia sebagaimana yang tertera dalam pembukaan UUD 1945. Indonesia, yang di awal kemerdekaannya, ketika dunia belum banyak yang mengakui kemerdekaannya, justru Palestin4 lah yang mengucapkan selamat dan mengakui atas kemerdekaannya.
Penjajahan di atas dunia yang manakah yang harus dihapuskan? Nyatanya, ketika saudara kita di G4Z4 Palestina4 berteriak "Aynal Muslimun?", Indonesia hanya mengirimkan TNI-nya itu juga bukan jihad, melainkan sebagai tentara keamanan. Mengamankan siapa? Mengamankan tentara Zi0nis agar leluasa melakukan genosida? Mengamankan warga G4Z4 agar tidak melakukan perlawanan?
Sementara itu, PBB, OKI, dan para pemimpin negeri Muslim sebagian besar masih diam tidak menggerakkan tentaranya untuk membantu G4Z4. Sedangkan I4rael dibantu secara militer oleh negara Amerika, juga Eropa. Mengapa terjadi hal demikian? Mengapa pemimpin negeri Muslim memilih hanya sekedar mengecam dan membatasi pada diplomasi serta bantuan kemanusiaan?
Negara-negara Muslim hari ini terpecah menjadi lebih dari 50 negara karena sistem nasionalisme pasca kolonial. Mereka lebih tunduk pada PBB yang membatasi intervensi militer atas nama kedaulatan negara, meski umat Islam dibantai. Banyak rezim Muslim bergantung pada bantuan ekonomi, perlindungan politik, atau kerja sama militer dengan AS, Inggris, Prancis, dll. Akibatnya, mereka memilih diam demi menjaga relasi dengan kekuatan besar dunia, meskipun saudara Muslim diserang.
Setelah Khilafah Utsmaniyah runtuh tahun 1924, umat Islam tidak lagi memiliki satu pemimpin global (Khalifah) yang memiliki otoritas untuk menggerakkan seluruh kekuatan kaum Muslimin. Akibatnya, umat Muslim ibarat buih di lautan, banyak tapi tidak memiliki kekuatan. Benarlah adanya hadis Rasulullah Saw.: "Umatku seperti buih di lautan, banyak tapi tidak berarti." (HR. Imam Tirmidzi dan Imam Ibnu Majah dari Abu Hurairah RA.).
Dalam Islam, seorang pemimpin bertanggung jawab melindungi umat Islam di mana pun mereka berada, bukan hanya di wilayah administratifnya. Rasulullah Saw. bersabda: "Imam (Khalifah) adalah penggembala, dan ia bertanggung jawab atas rakyatnya." (HR. Bukhari dan Muslim).
Jika ada kaum Muslim yang dizalimi dan dibantai, maka wajib hukumnya bagi pemimpin Muslim untuk membela mereka, termasuk dengan kekuatan militer jika diperlukan. Allah SWT. berfirman:
اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَهَا جَرُوْا وَجَاهَدُوْا بِاَ مْوَا لِهِمْ وَاَ نْفُسِهِمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَا لَّذِيْنَ اٰوَوْا وَّنَصَرُوْۤا اُولٰٓئِكَ بَعْضُهُمْ اَوْلِيَآءُ بَعْضٍ ۗ وَا لَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَلَمْ يُهَا جِرُوْا مَا لَـكُمْ مِّنْ وَّلَايَتِهِمْ مِّنْ شَيْءٍ حَتّٰى يُهَا جِرُوْا ۚ وَاِ نِ اسْتَـنْصَرُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ فَعَلَيْكُمُ النَّصْرُ اِلَّا عَلٰى قَوْمٍۢ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ مِّيْثَا قٌ ۗ وَا للّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada Muhajirin), mereka itu satu sama lain saling melindungi. Dan (terhadap) orang-orang yang beriman tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban sedikit pun bagimu melindungi mereka, sampai mereka berhijrah. (Tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah terikat perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan."(QS. Al-Anfal: 72).
Pemimpin Muslim yang tidak membela darah umat Islam, padahal mereka mampu, akan mendapatkan azab dan hisab berat di akhirat. Bahkan mereka bisa termasuk dalam golongan pengkhianat umat. Hal ini sebagaimana hadis Rasulullah Saw.: "Barangsiapa yang tidak peduli dengan urusan kaum Muslim, maka ia bukan bagian dari mereka." (HR. Al-Hakim).
Jika mereka memilih diplomasi semata padahal bisa menggerakkan tentara, maka itu termasuk menyia-nyiakan amanah kekuasaan. Rasulullah Saw. bersabda: "Siapa pun yang diangkat sebagai pemimpin atas urusan kaum Muslimin, lalu ia tidak bersungguh-sungguh untuk mereka dan tidak menasihati mereka, maka ia tidak akan masuk surga." (HR. Muslim).
Di dunia, mereka akan kehilangan kepercayaan rakyat. Mereka pun akan dengan mudah digulingkan oleh Allah SWT. melalui gerakan rakyat atau kekuatan lainnya. Mereka akan menjadi simbol kehinaan dan ketakutan, bukan kekuatan dan keberanian.
Tak hanya di dunia, tetapi juga di akhirat. Mereka akal diadili sebagai pengkhianat amanah dan termasuk dalam orang yang Allah SWT. murkai karena meninggalkan jihad saat dibutuhkan. Apalagi saat ini hal demikian telah menyebabkan kematian saudara seakidah karena kelalaian atau kemunafikan, dan itu terhitung sebagai dosa besar.
Maafkan aku saudaraku! Saat ini yang bisa aku lakukan adalah mengkaji Islam kaffah bersama kelompok dakwah Islam ideologis dan mendakwahkannya di tengah-tengah masyarakat sambil terus menyuarakan akan semua kondisimu di sana. Juga dengan terus memunajatkan doa agar Khilafah segera tegak. Sebab aku sadar betul, satu-satunya solusi hakiki adalah penyatuan umat Islam di bawah kepemimpinan Islam sejati (Khilafah) yang mampu dan berani menggerakkan militer untuk membela umat secara nyata.
Wallahu'alam bishshawab.
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar