Oleh: Eliyanti
Terbongkarnya kasus pengoplosan BBM di SPBU Gunung Soputan, Denpasar, menguak kenyataan pahit tentang kondisi ekonomi dan moral bangsa hari ini. Oknum pelaku nekat mencampur BBM subsidi dan nonsubsidi demi meraup keuntungan, tanpa memikirkan dampak buruknya bagi konsumen maupun kerugian negara. Peristiwa ini bukan hanya tindak kriminal biasa, tetapi mencerminkan betapa rakyat kini terdesak oleh tekanan hidup, hingga rela melanggar hukum demi bertahan hidup.
Fakta ini menunjukkan bahwa krisis ekonomi yang mendera masyarakat bukan lagi sekadar angka statistik. Biaya hidup yang tinggi, lapangan pekerjaan yang sempit, dan kebutuhan pokok yang makin mahal telah memaksa sebagian orang menempuh jalan curang. Sayangnya, ini terjadi di tengah negara yang gagal menjamin kesejahteraan rakyat. Pemerintah tampak lemah dalam mengendalikan harga, mengawasi distribusi barang, dan bahkan abai dalam memastikan keadilan ekonomi. Akibatnya, ketimpangan terus melebar dan kepercayaan rakyat pada sistem pun runtuh.
Lebih memprihatinkan lagi, moral publik ikut hancur seiring dengan runtuhnya ekonomi. Kecurangan, penipuan, dan manipulasi jadi hal lumrah. Masyarakat dipaksa untuk menghalalkan segala cara demi bertahan. Ini menjadi bukti bahwa ekonomi dan moral tidak bisa dipisahkan. Ketika sistem ekonomi tidak dibangun di atas dasar moral yang kuat, maka kehancuran adalah keniscayaan. Inilah buah dari sistem kapitalisme sekuler yang menyingkirkan nilai-nilai agama dari pengaturan kehidupan dan bernegara
Sebaliknya, hanya sistem Islam yang mampu menyatukan antara kekuatan ekonomi dan keluhuran moral. Dalam naungan khilafah, negara wajib menjamin kebutuhan dasar rakyat seperti sandang, pangan, papan, pendidikan, dan kesehatan secara merata dan adil. Ekonomi dijalankan berdasarkan prinsip syariah, yang melarang penipuan, monopoli, dan riba. Moral rakyat pun dibangun dari akidah Islam yang kokoh, sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah saw. Beliau bukan hanya pemimpin negara, tetapi juga pembina akhlak umat. Dengan sistem Islam, rakyat tidak hanya sejahtera secara materi, tetapi juga terjaga integritas dan kehormatannya.
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar