Oleh : Annisa (Penulis dan Aktivis Dakwah Muslimah)
Miris, itulah yang kita saksikan atas penyerangan bertubi-tubi dari Zionis Israel semenjak pelanggaran gencatan senjata dan menewaskan setiap hari setidaknya ada 100 anak Gaza. Selain itu ada 17 anak mati kedinginan dan 52 anak mati akibat kelaparan dan kekurangan gizi. Israel telah menutup jalur-jalur perbatasan dan melarang masuknya bantuan yang diperlukan warga Gaza berupa tepung, bahan bakar hingga pasokan medis.
Telah tercatat 39.000 anak-anak Gaza kehilangan salah satu orangtua mereka, 17.000 anak menjadi yatim piatu dan 1.100 anak ditahan akibat penjajahan keji dari Zionis Israel sejak 7 Oktober 2023. Data ini dirilis oleh Biro Pusat Statistik Palestina pada malam menjelang hari anak Palestina (Kamis, 3 April 2025). Ini merupakan krisis anak yatim piatu terbesar dalam sejarah modern.
Kendati Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan November lalu untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza. Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional. Ini semua tidaklah meninggalkan bekas yang berarti bagi Palestina.
Kita tidak mampu beharap pada lembaga-lembaga International yang menyerukan Hak Asasi Manusia dan segenap aturan internasional serta perangkat hukum soal perlindungan dan pemenuhan hak anak lainnya. Terbukti, penjajahan ini terjadi justru di tengah-di tengah itu semua.
Seharusnya fakta ini menyadarkan kita bahwasanya Palestina membutuhkan solusi yang lebih konkrit. Lebih dari sekedar kecamatan, bantuan kemanusian, lebih-lebih fatwa yang baru saja diputuskan oleh ulama internasional. Karena masa depan anak-anak Gaza ada pada umat ini. Jika mereka tidak segera sadar maka, penjajahan panjang dan keji tersebut akan terus-menerus terjadi.
Maka, dalam hal ini solusi untuk Palestina adalah dengan penegakkan daulah khilafah yang akan menyerukan jihad melawan tentara-tentara Israel laknatullah tersebut. Khalifah akan mengomando pasukan pasukannya dan membebaskan Palestina.
Karena khilafah merupakan rain dan junnah yang akan menjaga persatuan dan kedamaian dunia. Rasulullah Saw. bersabda, “Sesungguhnya Al-Imam (Khalifah) itu perisai yang (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)nya.” (HR Al-Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud).
Seperti halnya ketika masa pemerintahan Sultan Abdul Hamid II yang begitu gigih menolak tawaran Theodor Hezl untuk membeli al-Quds. Beliau menyatakan dengan kalimatnya yang tegas, "Sesungguhnya negara khilafah ini adalah milik rakyat. Mereka tidak akan menyetujui permintaan itu. Oleh sebab itu, simpanlah kekayaan kalian itu dalam kantong kalian sendiri."
Sudah ratusan tahun terbukti dengan penerapan syariatnya, tidak hanya Palestina. Melainkan negeri-neger kaum muslim lainnya terjaga. Khilafah adalah support system terbaik bagi tumbuh kembang anak sehingga mereka menjadi generasi cemerlang peradaban emas dari masa ke masa.
Tentu penegakkan kekhilafahan ini butuh perjuangan dari setiap kaum muslim karena ini merupakan sebuah kewajiban dan agar menjadi hujjah kita kelak di akhirat bahwa kaum muslim tidak diam berpangku tangan atas apa yang menimpa anak-anak, wanita dan warga Gaza lainnya yang dibantai oleh Zionis Israel dan sekutu-sekutunya.
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." (QS. Al-Baqarah: 30)
Dari Abdullah bin Umar RA dari Nabi SAW, ”Barangsiapa yang mati sedangkan di lehernya tidak terdapat baiat (kepada seorang Khalifah/Imam) maka matinya adalah mati jahiliyyah.” (HR Muslim, no. 1851).
Segala persoalan ini akan tuntas ketika daulah khilafah telah tegak dan jihad dikumandangkan.
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar