Zionis Semakin Keji, Gaza Butuh Solusi Hakiki


Oleh : Annisa (Penulis dan Aktivis Dakwah Muslimah)

Gelombang serangan Israel terus-menerus terjadi. Sejak 18 Maret 2025, serangan Israel di Jalur Gaza telah menewaskan sedikitnya 1.001 warga Palestina dan melukai 2.359 orang lainnya. Jumlah korban ini terus bertambah, dengan 80 jenazah dan 305 korban luka dilaporkan dalam 48 jam terakhir.

Serangan Israel ini juga menyebabkan kerusakan infrastruktur dan bangunan di Jalur Gaza, termasuk rumah sakit dan fasilitas umum. Jumlah korban tewas akibat operasi militer Israel sejak 7 Oktober 2023 telah mencapai 50.357 orang, sedangkan korban luka-luka meningkat menjadi 114.400 orang.
 
Namun, sayangnya perhatian masyarakat teralihkan oleh persoalan-persoalan yang terjadi di dalam negeri. Seolah tewasnya saudara-saudara seiman di negeri tanah yang diberkahi tersebut hanya angin lalu dan terabaikan. Bahkan dalam serangan yang baru-baru ini terjadi telah kita saksikan potongan-potongan tubuh terlempar ke udara akibat serangan bom tentara Zionis. Semakin ke sini mereka semakin brutal dan keji.
 
Zionis Israel tidak mengenal bahasa gencatan senjata maupun diskusi. Semua dihabisi tanpa ampun. Kita pun tahu tabiat Yahudi sejak zaman Rasulullah adalah kaum pengkhianat dan tidak memiliki hati nurani. Seharusnya kedzaliman yang kita saksikan menimpa warga Palestina memberikan kita kesadaran bahwasanya hal ini bukan tentang perebutan tanah melainkan penjajahan. 
 
Media-media sosial yang didominasi oleh musuh-musuh islam telah memblokir beberapa akun pro-Palestina. Menghambat penyebaran opini dan berita terkait mereka. Bantuan-bantuan berupa empati dan kemanusiaan tidaklah cukup untuk membantu Palestina. Zionis Israel memiliki backingan Amerika Serikat yang merupakan negara adidaya. Maka, sudah seharusnya yang dibutuhkan untuk mengusir mereka adalah sekelas negara juga. Karena tidak akan imbang jika hanya organisasi melawan negara.
 
Akan tetapi, penguasa-penguasa muslim ini tidak mampu melakukannya dikarenakan batas teritorial yang dikenal dengan nama nasionalisme. Bukanlah urusan negara mereka mencampuri urusan negara Israel dan Palestina. Mereka cenderung angkat tangan dan hanya bisa mengecam.
 
Dahulu di bawah naungan kekhilafahan, Palestina aman dan tentram selama ratusan tahun. Penjagaannya begitu ketat dan khalifahnya begitu berani mempertahankan salah satu dari tiga tanah suci tersebut. Seperti halnya Sultan Abdul Hamid II yang begitu gigih menolak tawaran Theodor Hezl untuk membeli al-Quds. Beliau menyatakan dengan kalimatnya yang tegas, "Sesungguhnya negara khilafah ini adalah milik rakyat. Mereka tidak akan menyetujui permintaan itu. Oleh sebab itu, simpanlah kekayaan kalian itu dalam kantong kalian sendiri."
 
Tidakkah kita merindukan sosok pemimpin yang seperti ini?
 
Bahkan tidak hanya Palestina, negeri-negeri kaum muslim lainnya turut masih terjajah dan terisolasi. Oleh karenanya membangun kesadaran masyarakat akan penegakkan khilafahan merupakan perkara mendesak dan penting. Agar kemudian negeri-negeri terjajah dapat merdeka. Karena khalifah perisai dan akan mengirim tentaranya dan menyerukan jihad fi sabilillah melawan para penjajah tersebut.
 
Rasulullah Saw. bersabda, “Sesungguhnya Al-Imam (Khalifah) itu perisai yang (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)nya.” (HR Al-Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud).
 
Dengan adanya kekhilafahan pula syariat islam akan ditegakkan kepada seluruh negeri-negeri kaum muslim di bawah naungan khilafah. Dengan begitu kesejahteraan dan keberkahan bagi seluruh alam akan terwujud.

Penegakkan kekhilafahan merupakan kewajiban bagi setiap kaum muslim. Dalilnya jelas. “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." (Qs. Al-Baqarah: 30)
 
Dari Abdullah bin Umar RA dari Nabi SAW, ”Barangsiapa yang mati sedangkan di lehernya tidak terdapat baiat (kepada seorang Khalifah/Imam) maka matinya adalah mati jahiliyyah.” (HR Muslim, no. 1851). 

Ini dibutuhkan para pengemban dakwah ideologis yang tidak berhenti menyuarakan kebenaran, membongkar kejahatan-kejahatan musuh-musuh islam dan membangun kesadaran umat akan pentingnya penegakkan khilafahan ini. Mereka terus berjuang bekerja sama untuk mewujudkannya sebagaimana yang pernah didirikan oleh Rasulullah saw. 




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar